/0/16090/coverbig.jpg?v=74b9387fb8c57892d679de5c35374ace)
Melinda menikah dengan Yusuf Gunawan setelah setahun berpacaran. Mereka harus tinggal bersama keluarga Yusuf karna permintaan orangtua Yusuf. Di perlakukan seperti pembantu oleh ipar dan keluarga besar suaminya sudah menjadi kebisaan Melinda setelah menikah. Hanya karna sering memakai daster membuat keluarga besar Yusuf memperlakukan Melinda seperti Upik Abu. Pergulatan mental bahtara rumah tangga Melinda dan Yusuf makin rumit saat kehadiran Alika diantara mereka. Apakah yang akan terjadi selanjutnya saat Melinda mengetahui bahwa Alika adalah gadis masalalu suaminya? Dan bagaimana reaksi keluarga Yusuf saat tahu bahwa orang yang mereka anggap Upik Abu ternyata seorang Sultan?
"Mel kamu bereskan ruang tamu ya!" kata Santi kakaknya Yusuf.
"Loh kok aku mbak? Kan aku gak ikutan kumpul-kumpul disana tadi," protes Melinda.
"Terus siapa lagi dong? Aku? Hari ini Siti pembantunya bude Ami gak masuk lagi sakit dia. Jadi kamu yang cuci semuanya," titah Santi berlalu meninggalkan Melinda karna tak mau dibantah lagi.
Hari ini keluarga besar Yusuf melangsungkan arisan bulanan keluarga. Kebetulan diadakan dirumah bude Ami, saudara tertua dari mamanya Yusuf. Berhubung Melinda baru menikah dua bulan bersama Yusuf, pertemuan ini juga menjadi perkenalan pertamanya dengan keluarga besar suaminya.
"Loh kok masih diam aja? Diluar banyak loh piring dan gelas kotornya. Cepat dicuci," ucap bude Ami mengagetkan Melinda.
"Ah iya bude," jawab Melinda agak gugup. Melinda langsung mengambil piring dan gelas kotor untuk dibawa ke wastafeel kemudian dicucinya. Padahal saat dirumahnya sebelum menikah dengan Yusuf, Melinda tidak pernah melakukan pekerjaan ini. Karna semua sudah dikerjakan oleh Yati, pembantu rumah tangga dirumah orangtuanya.
"Kalau sudah selesai kamu sapu dan pel langsung lantainya hari ini juga!" perintah bude Ami lagi.
Melinda hanya mengaguk dan terus mencuci piring-piring kotor. Meskipun tidak pernah melakukannya sebelumnya, tapi ini bukan pekerjaan yang susah untuk Melinda. Semua orang pasti bisa melakukannya.
Suara dering ponsel dari saku daster yang dikenakan oleh Melinda menghentikan pekerjaannya. Saat dilihatnya ternyata Yusuf yang menelponnya. Langsung saja Melinda menjawab panggilan dari suaminya.
"Assalamualaikum, Mas!" ucap Melinda saat panggilan terhubung.
"Waalaikumsalam, yank. Bagaimana dirumah bude Ami? Kamu senangkan bisa kenal dengan keluarga besarku?" jawab Yusuf diseberang sana. Ya, Yusuf memang tidak bisa ikut bergabung dengan keluarganya karna harus pergi keluar kota untuk mengurus pekerjaannya.
"Rame mas,"
"Iya memang rame yank. Apalagi kalau dikumpulkan dengan keluarga papa jadi tambah rame," sahut Yusuf.
"Iya mas. Kamu lagi ngapain? Kapan pulang?" cecar Melinda.
"Lusa kayaknya. Kenapa yank? Kangen kah?"
"Iya gitu deh mas. Soalnya ini kali pertama aku ditinggalkan saat kita menikah," balas Melinda.
Sudah dua minggu Yusuf pergi meninggalkan Melinda karna pekerjaannya. Dengan terpaksa Melinda pun mengizinkan Yusuf pergi, meski dengan berat hati. Melinda juga terpaksa mengikuti keinginan Yusuf untuk tinggal dirumah orangtuanya karna rumah mereka masih dalam proses pembangunan.
"Sabar ya sayang. Bentar lagi aku pasti pulang kok," kata yang diucapkan oleh Yusuf menambah rasa kangen di hati Melinda.
"Aku tunggu loh mas. Udah dulu ya, aku lagi bantu-bantu dirumah bude Ami. Nanti kalau udah sampai rumah ku telpon lagi ya Mas," ujar Melinda mengakhiri panggilan dengan suaminya.
"Iya sayang. Jangan capek-capek ya, jaga kandunganmu," balas Yusuf.
Ya, benar. Melinda memang lagi mengandung benih cintanya dengan Yusuf. Bahkan dokter juga berpesan jangan terlalu capek karna usia kandungannya baru dua minggu, masih sangat rawan soalnya.
Melinda pun meneruskan pekerjaannya. Namun teriakan dari mbak Santi menghentikan pekerjaannya lagi.
"Mel cepat disini masih banyak nih!" teriak mbak Santi.
Membuat Melinda langsung berlari keluar. Namun, betapa terkejutnya Melinda saat melihat semua orang justru sibuk dengan ponsel mereka masing-masing. Tidak seperti dugaan Melinda yang mengira mereka saling membantu. Piring-piring masih berserakan sama seperti saat Melinda pergi ke dapur tadi.
"Itu Mel disana! Kamu bereskan dulu, kemudian kamu cuci ya. Kenapa malah melamun begitu?" ucap bude Ami sambil menunjuk kearah piring dan gelas yang berserakan.
Melinda nampak mematung memikirkan. Kenapa hanya dia yang bekerja disini? Kenapa hanya dia yang disuruh membereskan semua ini? Bukan kah disini juga banyak keponakannya yang lain. Kenapa tidak disuruh juga? Kenapa hanya Melinda yang dijadikan babu?
"Kenapa malah diam aja Mel? Bude tahu kok kalau ini adalah pekerjaanmu sebelum kamu menikah dengan Yusuf!"
"Kenapa hanya aku saja yang disuruh mengejakan semua ini bude?" tanya Melinda.
"Ya iyalah kamu Mel. Kamu kan hanya bisa bantu tenaga saja disini. Gak mungkin kan kamu bisa kayak Dina?" ujar bude Ami membuat Melinda bingung akan perkataannya.
"Ma aku haus. Pengen es jeruk!" ujar Syifa anaknya mbak Santi.
"Tolong kamu ambilkan es jeruk didalam kulkas sekalian ya Mel. Syifa haus katanya," mbak Santi kembali menyuruh Melinda. Padahal pekerjaan itu sangat mudah. Tapi tak dilakukannya.
"Aku mbak?" tanya Melinda menunjuk dirinya sendiri.
"Iya lah. Siapa lagi memangnya yang namanya Melinda disini? Cuman kamu doangkan?" ketus mbak Santi.
"Udah sana kamu ambilin. Sekalian kamu bawa piring-piring kotor itu kebelakang!" bude Ami menengahi tapi masih menyuruh Melinda.
"Tapi kan mbak Santi bisa mengambilnya sendiri,"
"Kamu ini diminta tolong malah protes? Ini keponakan kamu loh yang haus, gak ikhlas kah?" balas mbak Santi.
"Bukan kah dia juga anak mu mbak?" ucap Melinda dalam hati. Tapi dia memilih diam dan melanjutkan pekerjaannya. Ia tak mau memperpanjang masalah lagi.
Tapi tetap saja Melinda bertanya-tanya dalam hatinya. Kenapa dia diperlakukan begini? Apa karna dia anggota baru dikeluarga ini? Atau karna bajunya tak sebagus dengan anggota keluarga yang lain? Melinda sempat melirik kearah Dina tadi yang tampil mewah sangat berbeda dengannya karna hanya mengenakan daster. Karna daster adalah pakainan favorit Melinda, tidak gerah dan tidak ribet.
"Mel mana es jeruknya? Buruan dong!" teriak mbak Santi lagi.
"Iya!" sahut Melinda sambil berlari kearah kulkas.
"Loh kok jus mangga?" ucap Syifa melotot.
"Es jeruknya habis. Hanya sisa jus mangga"
"Pokoknya aku gak mau itu! Aku mau nya es jeruk tante. Tadi aja masih banyak!" rengek Syifa.
"Kamu beliin ya Mel. Ada kok di depan komplek. Nih uangnya, kembaliannya buat kamu aja!" ucap mbak Santi menyerahkan uang dua puluh ribu.
"Tinggal keluar. Kamu lurus aja. Nah di depan orang jualan jus buahnya," ucap bude Ami disamping mbak Santi.
"Nah dekat aja Mel. Kamu cepat beliin ya. Kasian Syifa kehausan," timpal mbak Santi.
Dengan langkah berat Melinda pun melakukan perintah iparnya lagi. Dia melangkah keluar rumah.
"Ehh mau kemana Mel?" tanya pakde Anton sambil memainkan ponselnya diteras.
"Mau beliin Syifa jus pakde!" sahut Melinda.
"Wah kebetulan sekali. Pakde nitip beliin rokoknya. Malas harus jalan kaki keluar," ujar pakde Anton.
"Tapi pakde?"
"Udah gak usah tapi-tapian. Nih uangnya!" sela pakde Anton mengeluarkan uang merah dari dalam dompetnya.
"Bukan itu pakde! Aku gak tau dimana warungnya!" ucap Melinda mulai kesal menghadapi keluarga suaminya.
"Kamu jalan aja kedepan pasti ketemu nanti warungnya!" balas pakde Anton berlalu masuk tanpa mau tahu alasan Melinda lagi.
Seandainya, Imel mama mertua nya ada disini, beliau pasti membela Melinda. Sayangnya beliau sedang melaksanakan ibadah Umrah ditanah suci. Imel mama mertuanya Melinda tak pernah pilih kasih dan pandang bulu. Dia sangat menyayangi anak menantunya. Merupakan satu kebanggaan khusus dihati Melinda mengingat perlakuan ramah mertuanya, "Melinda kangen mama deh,"
Bersambung...
Warning!!!!! 21++ Dark Adult Novel Ketika istrinya tak lagi mampu mengimbangi hasratnya yang membara, Valdi terjerumus dalam kehampaan dan kesendirian yang menyiksa. Setelah perceraian merenggut segalanya, hidupnya terasa kosong-hingga Mayang, gadis muda yang polos dan lugu, hadir dalam kehidupannya. Mayang, yang baru kehilangan ibunya-pembantu setia yang telah lama bekerja di rumah Valdi-tak pernah menduga bahwa kepolosannya akan menjadi alat bagi Valdi untuk memenuhi keinginan terpendamnya. Gadis yang masih hijau dalam dunia dewasa ini tanpa sadar masuk ke dalam permainan Valdi yang penuh tipu daya. Bisakah Mayang, dengan keluguannya, bertahan dari manipulasi pria yang jauh lebih berpengalaman? Ataukah ia akan terjerat dalam permainan berbahaya yang berada di luar kendalinya?
Siska teramat kesal dengan suaminya yang begitu penakut pada Alex, sang preman kampung yang pada akhirnya menjadi dia sebagai bulan-bulannya. Namun ketika Siska berusaha melindungi suaminya, dia justru menjadi santapan brutal Alex yang sama sekali tidak pernah menghargainya sebagai wanita. Lantas apa yang pada akhirnya membuat Siska begitu kecanduan oleh Alex dan beberapa preman kampung lainnya yang sangat ganas dan buas? Mohon Bijak dalam memutuskan bacaan. Cerita ini kgusus dewasa dan hanya orang-orang berpikiran dewasa yang akan mampu mengambil manfaat dan hikmah yang terkandung di dalamnya
Yolanda mengetahui bahwa dia bukanlah anak kandung orang tuanya. Setelah mengetahui taktik mereka untuk memperdagangkannya sebagai pion dalam kesepakatan bisnis, dia dikirim ke tempat kelahirannya yang tandus. Di sana, dia menemukan asal usulnya yang sebenarnya, seorang keturunan keluarga kaya yang bersejarah. Keluarga aslinya menghujaninya dengan cinta dan kekaguman. Dalam menghadapi rasa iri adik perempuannya, Yolanda menaklukkan setiap kesulitan dan membalas dendam, sambil menunjukkan bakatnya. Dia segera menarik perhatian bujangan paling memenuhi syarat di kota itu. Sang pria menyudutkan Yolanda dan menjepitnya ke dinding. "Sudah waktunya untuk mengungkapkan identitas aslimu, Sayang."
Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?
Hidup itu indah, kalau belum indah berarti hidup belum berakhir. Begitu lah motto hidup yang Nayla jalani. Setiap kali ia mengalami kesulitan dalam hidupnya. Ia selalu mengingat motto hidupnya. Ia tahu, ia sangat yakin akan hal itu. Tak pernah ada keraguan sedikitpun dalam hatinya kalau kehidupan seseorang tidak akan berakhir dengan indah. Pasti akan indah. Hanya kedatangannya saja yang membedakan kehidupan dari masing – masing orang. Lama – lama Nayla merasa tidak kuat lagi. Tanpa disadari, ia pun ambruk diatas sofa panjang yang berada di ruang tamu rumahnya. Ia terbaring dalam posisi terlentang. Roti yang dipegangnya pun terjatuh ke lantai. Berikut juga hapenya yang untungnya cuma terjatuh diatas sofa panjangnya. Diam – diam, ditengah keadaan Nayla yang tertidur senyap. Terdapat sosok yang tersenyum saat melihat mangsanya telah tertidur persis seperti apa yang telah ia rencanakan. Sosok itu pelan – pelan mendekat sambil menatap keindahan tubuh Nayla dengan jarak yang begitu dekat. “Beristirahatlah sayang, pasti capek kan bekerja seharian ?” Ucapnya sambil menatap roti yang sedang Nayla pegang. Sosok itu kian mendekat, sosok itu lalu menyentuh dada Nayla untuk pertama kalinya menggunakan kedua tangannya. “Gilaaa kenyel banget… Emang gak ada yang bisa ngalahin susunya akhwat yang baru aja nikah” Ucapnya sambil meremas – remas dada Nayla. “Mmmpphhh” Desah Nayla dalam tidurnya yang mengejutkan sosok itu.