/0/16044/coverbig.jpg?v=1e31674bb83c7d3709b22fd8f1f8804d)
Mak Bayah seorang dukun kampung yang memiliki dua orang suami yang tinggal di satu atap dengan akur, Mak Bayah akan melakukan apa saja asalkan laki-laki yang ia inginkan, ia dapatkan.
1975, Berau (East Kalimantan)
Part 1
"Heran sama kehidupan Mak Bayah! Punya suami dua tapi suaminya akur semua, Apa nggak cemburu ya pas di ranjang?" tanya Asnah, salah satu tetangga Mak Bayah.
Asnah sedang asik bercerita dengan Lusi mengenai Mak Bayah, dukun di kampung mereka yang sudah beberapa tahun ini memiliki suami dua dan anehnya, suaminya berada di satu atap.
Kehidupan merekapun sangat akur.
Bahkan kedua suaminya saling membantu saat Mak Bayah begitu repot menangani pasien berobat kampung yang datang tak hanya dari kampung saja, namun hingga luar daerah.
Sesekali suaminya yang bernama Rizal dan Suwito tertawa bercanda.
"Iya ... ya, padahal kalau mau dibilang bodoh juga ya enggak. Soalnya si Rizal kan sekolahnya tinggi sampai SMA dan pernah bekerja juga di ladang Pak Tejo sebagai mandor, tapi kok mau-maunya dijadikan suami kedua Mak Bayah. Ini aneh!" Seru Lusi.
Asnah langsung menyilangkan jari telunjuknya ke mulut, meminta Lusi untuk mengecilkan volume suaranya. Mereka yang tengah duduk di teras menunduk saat Mak Bayah lewat tak jauh dari tempat mereka. Tatapan sinis Mak Bayah membuat mereka menunduk.
"Kalian itu kalau tidak ada kerjaan, tidak perlu menggunjing orang apalagi orang seperti aku. Memangnya kalian dapat apa! Urusi saja suami kalian, sebelum aku ambil nanti!" Bentak Mak Bayah lantas melintasi mereka, sementara Suwito, suami pertamanya mengekor di belakangnya.
"Sebaiknya aku pulang dulu, Lus. Aku lupa belum masak nasi buat suamiku." Tukas Asnah gegas meninggalkan Lusi sendirian.
Lusi menarik napas dalam-dalam kemudian menghembuskannya perlahan. Sepulang Asnah dari rumahnya, Lusi memikirkan suami-suami Mak Bayah, terutama Rizal.
Rizal sendiri sejatinya mantan kekasih Lusi dulu, kurang lebih hampir enam tahun mereka menjalin kasih.
Namun, tiba-tiba Rizal berubah dan memutuskannya tanpa alasan, dua pekan setelahnya Rizal menikah dengan Mak Bayah yang usianya terpaut lima belas tahun.
Pernikahan Rizal dan Mak Bayah sempat membuat geger kampung. Orang tua Rizal sendiri bahkan tidak mau mengakuinya sebagai anak.
"Ibu sudah setuju kamu dengan Lusi, tapi kenapa kamu ngotot mau menikah dengan perempuan yang usianya hampir sama dengan Ibu? Di mana akal sehatmu, Rizal? Kamu benar-benar sudah dibutakan oleh Mak Bayah!" sengit Ibu Rizal, Suri kala itu.
"Aku tak peduli, Bu. Aku cinta mati sama Mak Bayah. Pokoknya aku harus menikah dengannya, entah Ibu mau setuju atau tidak, aku sudah tak peduli lagi," kata-kata Rizal benar-benar menghancurkan kokohnya dinding hati Suri. Begitu juga Lusi yang saat itu berada di tempat.
Suri dan Lusi menangis bersama tak dipedulikan oleh Rizal, saat terlontar kata-kata tak mengakui sebagai anak. Bukannya takut, Rizal malah menantang dengan mengangkut semua pakaiannya dan serta merta ke luar dari rumah tanpa ampun.
Rizal sudah menikah jelang dua tahun dengan Mak Bayah. Apa yang dilakukan oleh Mak Bayah dengan bersuami
dua, pernah ditegur oleh kepala kampung, Jamal.
Tapi, sepulang dari rumah Mak Bayah, Jamalpun sudah tak peduli lagi dengan keinginan warga.
"Biarlah Mak Bayah bersuami dua, Toh, dia tidak merugikan kita juga sebagai warga kampung, apalagi selama ini Mak Bayah selalu menolong orang yang sakit baik karena disantet atau karena sakit biasa, semuanya ditolong dan Mak Bayah tak pernah sungkan membantu kita, hanya karena dia punya suami dua membuat kita marah, buat apa ... kalau dia pergi dari kampung kita, kita juga yang akan rugi. Jadi biarlah dia dengan urusannya."
Warga kampungpun pasrah mendengar kata-kata Jamal.
Meski sudah lama putus dengan Rizal dan Rizal menikah dengan dukun kampung itu, perasaan Lusi tak pernah berubah bahkan semakin bertambah karena dia yakin jika mantan kekasihnya itu hanya salah jalan saja dan berharap suatu saat nanti, mereka akan kembali lagi.
Dia yakin Rizal terkena pelet Mak Bayah. Logika saja, tidak mungkin ada seorang laki-laki yang dengan tulus, ikhlas dipoliandri begitu. Benar-benar tak masuk akal.
Lusi menghela napas mengingat semua rentetan kejadian, tak lama dia masuk ke dalam rumah, memasak nasi dan lauk untuk kepulangan orang tuanya dari ladang. Sebagai anak tunggal, Lusi tak diperbolehkan membantu kedua orang tuanya bekerja, mereka tidak mau anak cantiknya hitam karena terkena sengatan matahari.
***
"Apa kamu masih cinta sama si Lusi itu?" tanya Mak Bayah ke pada Rizal saat mereka sedang duduk bertiga menyantap makan siang.
Rizal mendongakkan kepala kemudian menggelengkan kepalanya. Mak Bayah nampak menyunggingkan senyumnya.
"Kamu jangan pernah dekat-dekat lagi dengan perempuan manapun, termasuk sama mantan pacarmu itu, aku tak pernah suka dan sampai itu terjadi, kamu akan tahu akibatnya!" Ancam Mak Bayah sambil terus mengunyah. Rizal hanya mengangguk tanpa banyak bicara.
Selesai makan siang, Mak Bayah mencuci tangan lalu masuk ke dalam kamar sementara kedua suaminya bergotong royong membersihkan sisa makanan dan mencuci piring. Kegiatan seperti ini setiap hari mereka lakukan, makan siang yang baru saja mereka santap adalah hasil karya kedua suaminya.
"Kamu jangan sampai membuat Mak Bayah marah, nanti dia akan mendiamkan kita berhari-hari. Lebih baik apa saja maunya, kita ikuti karena mendapatkan senyumannya saja kita sudah sayang sama dia." Titah Suwito sambil menyapu bekas makan siang mereka yang lesehan di lantai.
"Ya, aku selalu mengikuti apa maunya, tidak pernah tidak. Aku juga sudah tidak pernah mengangkat wajahku ke pada perempuan-perempuan manapun di luar sana." Sahut Rizal mengangkut piring dan mangkuk untuk dicuci.
Mak Bayah yang mendengar percakapan mereka dari dalam kamar tersenyum. Dia senang dengan kedua suaminya yang akur dan tak pernah sekalipun melawan dirinya. Dia tahu dengan pelet kotoran dari kemaluannya membuat kedua laki-laki itu tunduk dan patuh padanya sampai kapanpun.
Setiap ia datang bulan, maka Mak Bayah dengan teganya akan mencampurkan sedikit kotoran darah haidnya ke dalam kopi yang ia suguhkan dan wajib diminum oleh mereka, setelahnya dia akan bercinta dengan kedua suaminya di ranjang dalam keadaan kotor.
Para suaminya tidak jijik sama sekali, bahkan mereka menikmati permainan dengan penuh gelora. Mak Bayah sebenarnya memiliki wajah yang lumayan manis dengan kedua lesung pipinya, sebelum menikah dengan Suwito dan Rizal.
Dia pernah menikah dengan Hamzah, suami yang meninggalkannya karena ada perempuan lain di hatinya.
Berbekal pengetahuan yang diturunkan dari ibunya, Mak Bayah mengamalkan memberi kotoran darah haid ke dalam minuman untuk laki-laki yang disukai atau bakal menjadi suaminya kelak.
Untuk membalas dendam atas apa yang dilakukan Hamzah ke padanya, Mak Bayah pernah memberi darah tersebut pada minuman Hamzah, setelahnya Mak Bayah meninggalkan laki-laki yang telah membuat sakit hatinya itu.
Sebelum Mak Bayah meninggalkan tanah kelahirannya dan berdiam diri di Pulau Kalimantan. Dia hanya mendengar kisah Hamzah yang kini mengalami gangguan jiwa akibat ditolak oleh Mak Bayah.
Mak Bayah puas karena pelakor yang merebut Hamzah darinya, hanya kebagian jatah mengurus Hamzah yang dinyatakan gila.
Begitu kedua suaminya menyelesaikan pekerjaan, Mak Bayah meminta mereka berdua memijat tubuhnya.
Gegas Suwito dan Rizal melakukan tugasnya. Dengan mata berbinar mereka memijat dan selang beberapa menit, merekapun bercinta dengan dahsyatnya.
Suara erangan dan desahan terus ke luar dari mulut ketiganya, keringat yang menitik dan membasahi sebagian tubuh, tak mereka pedulikan.
Mereka terus melakukan aksinya, tilam lusuh yang beralaskan tikar menjadi saksi ketiganya.
"Aku mau beristirahat dulu, kalian siapkan bahan pengobatan karena nanti siang ada orang yang mau ke sini." Perintah Mak Bayah yang melanjutkan tidurnya setelah pertempuran sengit mereka.
Tanpa banyak tanya, Suwito dan Rizal segera menggunakan pakaian dan menuju dapur mempersiapkan bahan yang diperlukan untuk pengobatan.
Berbagai daun yang telah dikeringkan sudah mereka masukkan dalam wadah seperti mangkuk besar dan berbagai ramuan lainnya pun selesai ditata di atas meja yang ditempatkan di ruangan khusus persis bersebelahan dengan ruang makan.
Mak Bayah memang melakukan pengobatan di dalam ruangan khusus, hanya dia dan orang yang sakit saja yang boleh masuk, tugas kedua suaminya menunggu perintah dari balik pintu ruangan yang hanya disekat oleh gorden bunga-bunga saja.
Kehebatan Mak Bayah, orang sakit menahun dan sulit disembuhkan akan sembuh dalam hitungan jam saja ditangannya.
Mak Bayah juga tak pernah meminta mahar yang ditukar untuk jasa pengobatannya. Dia hanya meminta jarum atau rokok saja sebagai ganti uang.
Meski tak sedikit yang memberinya uang, dia juga tak menolak asalkan mahar terpenuhi.
Tak sedikit pula yang membawakannya beras, bahan dapur sehingga tanpa bekerjapun Mak Bayah sangat tercukupi dari hasil pengobatan.
Mak Bayah bangun dari tidurnya, kemudian menampung sperma milik kedua suaminya dan menaruhnya dalam gelas kecil yang sudah dia siapkan. Sperma kedua suaminya itu berguna untuk peletnya agar suaminya tak macam-macam.
Lestari hanya diberi nafkah 25 ribu setiap hari sementara ia harus bisa memenuhi kebutuhan keluarga kecilnya, sedangkan suaminya, Reyhan memiliki pekerjaan mapan dengan gaji nyaris 15 juta perbulan. Lestari dibuat mengemis ketika ia meminta haknya sebagai istri. Awalnya Lestari bertahan dengan suami pelit tersebut, namun lama kelamaan hatinya lelah melihat Reyhan semakin dzolim tak mempedulikan dirinya dan Dinda, anak hasil pernikahan mereka. Lestari pun tak bisa bertahan, ia lebih memilih bercerai dan memulai hidupnya dari nol. Tapi, siapa sangka ia justru menemukan kebahagiaan setelah berpisah. Yuk ikuti ceritanya.
Mayang diperlakukan layaknya pembantu oleh Ibu Mertuanya sendiri, apapun akan dilakukan Ibu Mertuanya karena ia begitu membenci Mayang lantaran Mayang bukan menantu idamannya. Apalagi Mayang tak bisa memberikan cucu perempuan. Tak heran berbagai cara dilakukan Ibu Mertuanya, Sutinah asalkan Mayang berpisah dengan anaknya, Ilham. Entah sampai kapan Mayang mampu bertahan menghadapi Mertua yang membencinya.
Warning!!!!! 21++ Dark Adult Novel Aku, Rina, seorang wanita 30 Tahun yang berjuang menghadapi kesepian dalam pernikahan jarak jauh. Suamiku bekerja di kapal pesiar, meninggalkanku untuk sementara tinggal bersama kakakku dan keponakanku, Aldi, yang telah tumbuh menjadi remaja 17 tahun. Kehadiranku di rumah kakakku awalnya membawa harapan untuk menemukan ketenangan, namun perlahan berubah menjadi mimpi buruk yang menghantui setiap langkahku. Aldi, keponakanku yang dulu polos, kini memiliki perasaan yang lebih dari sekadar hubungan keluarga. Perasaan itu berkembang menjadi pelampiasan hasrat yang memaksaku dalam situasi yang tak pernah kubayangkan. Di antara rasa bersalah dan penyesalan, aku terjebak dalam perang batin yang terus mencengkeramku. Bayang-bayang kenikmatan dan dosa menghantui setiap malam, membuatku bertanya-tanya bagaimana aku bisa melanjutkan hidup dengan beban ini. Kakakku, yang tidak menyadari apa yang terjadi di balik pintu tertutup, tetap percaya bahwa segala sesuatu berjalan baik di rumahnya. Kepercayaannya yang besar terhadap Aldi dan cintanya padaku membuatnya buta terhadap konflik dan ketegangan yang sebenarnya terjadi. Setiap kali dia pergi, meninggalkan aku dan Aldi sendirian, ketakutan dan kebingungan semakin menguasai diriku. Di tengah ketegangan ini, aku mencoba berbicara dengan Aldi, berharap bisa menghentikan siklus yang mengerikan ini. Namun, perasaan bingung dan nafsu yang tak terkendali membuat Aldi semakin sulit dikendalikan. Setiap malam adalah perjuangan untuk tetap kuat dan mempertahankan batasan yang semakin tipis. Kisah ini adalah tentang perjuanganku mencari ketenangan di tengah badai emosi dan cinta terlarang. Dalam setiap langkahku, aku berusaha menemukan jalan keluar dari jerat yang mencengkeram hatiku. Akankah aku berhasil menghentikan pelampiasan keponakanku dan kembali menemukan kedamaian dalam hidupku? Atau akankah aku terus terjebak dalam bayang-bayang kesepian dan penyesalan yang tak kunjung usai?
21+ !!! Harap bijak memilih bacaan HANYA UNTUK DEWASA. Untuk menguji kesetiaan pasangan masing-masing akhirnya Arga dan rekan-rekan sekantornya menyetujui tantangan gila Dako yang mengusulkan untuk membolehkan saling merayu dan menggoda pasangan rekan yang lain selama liburan di pulau nanti. Tanpa amarah dan tanpa cemburu. Semua sah di lakukan selama masih berada di pulau dan tantangan akan berakhir ketika mereka meninggalkan pulau. Dan itu lah awal dari semua permainan gila yang menantang ini di mulai...
Hidup itu indah, kalau belum indah berarti hidup belum berakhir. Begitu lah motto hidup yang Nayla jalani. Setiap kali ia mengalami kesulitan dalam hidupnya. Ia selalu mengingat motto hidupnya. Ia tahu, ia sangat yakin akan hal itu. Tak pernah ada keraguan sedikitpun dalam hatinya kalau kehidupan seseorang tidak akan berakhir dengan indah. Pasti akan indah. Hanya kedatangannya saja yang membedakan kehidupan dari masing – masing orang. Lama – lama Nayla merasa tidak kuat lagi. Tanpa disadari, ia pun ambruk diatas sofa panjang yang berada di ruang tamu rumahnya. Ia terbaring dalam posisi terlentang. Roti yang dipegangnya pun terjatuh ke lantai. Berikut juga hapenya yang untungnya cuma terjatuh diatas sofa panjangnya. Diam – diam, ditengah keadaan Nayla yang tertidur senyap. Terdapat sosok yang tersenyum saat melihat mangsanya telah tertidur persis seperti apa yang telah ia rencanakan. Sosok itu pelan – pelan mendekat sambil menatap keindahan tubuh Nayla dengan jarak yang begitu dekat. “Beristirahatlah sayang, pasti capek kan bekerja seharian ?” Ucapnya sambil menatap roti yang sedang Nayla pegang. Sosok itu kian mendekat, sosok itu lalu menyentuh dada Nayla untuk pertama kalinya menggunakan kedua tangannya. “Gilaaa kenyel banget… Emang gak ada yang bisa ngalahin susunya akhwat yang baru aja nikah” Ucapnya sambil meremas – remas dada Nayla. “Mmmpphhh” Desah Nayla dalam tidurnya yang mengejutkan sosok itu.
"Jang, kamu sudah gak sabar ya?." tanya Mbak Wati setelah mantra selesai kami ucapkan dan melihat mataku yang tidak berkedip. Mbak Wati tiba tiba mendorongku jatuh terlentang. Jantungku berdegup sangat kencang, inilah saat yang aku tunggu, detik detik keperjakaanku menjadi tumbal Ritual di Gunung Keramat. Tumbal yang tidak akan pernah kusesali. Tumbal kenikmatan yang akan membuka pintu surga dunia. Mbak Wati tersenyum menggodaku yang sangat tegang menanti apa yang akan dilakukannya. Seperti seorang wanita nakal, Mbak Wati merangkak di atas tubuhku...