/0/15614/coverbig.jpg?v=c418b1aaaf998551827b3d1ad249b85a)
Hubungan Rhea dan Mario sudah terjalin satu tahun lamanya. Mario berniat akan menikahi Rhea di tahun ini agar wanita itu tidak pergi meninggalkan dirinya. Rhea yang memiliki seorang anak hasil hubungannya dengan mantan kekasihnya terdahulu. Hanya saja, wanita itu tidak pernah mau memberi tahu Brandon tentang anak mereka. Di sisi lain, hubungannya dengan Mario tidak semulus yang dikira. Keluarga Mario yang merupakan keluarga konglomerat tidak merestui hubungannya dengan Rhea karena wanita itu telah memiliki seorang anak dari lelaki lain. Meski Mario tidak peduli, akan tetapi keluarganya tetap menentang hubungannya itu. Hingga membuatnya sulit menikahi Rhea sebab kartu identitasnya ditahan oleh sang ayah. Dalam hubungannya yang masih ruwet, Brandon mengetahui bila dirinya memiliki seorang anak dengan Rhea. Lelaki itu mendesak Rhea agar jujur mengenai Kaisan-anak mereka. Hingga akhirnya Rhea mengatakan yang sebenarnya. Betapa terkejutnya Brandon bila selama ini ia memiliki seorang anak dari Rhea.
"Rhea?" Mario menghampiri Rhea yang tengah membuat list apa saja yang harus disiapkan untuk ulang tahun nanti.
Ia lalu menoleh kepada Mario. "Iya, Mario? Ada apa?" tanyanya kemudian. Perempuan tangguh-ditinggal pergi oleh sang kekasih saat dirinya tengah mengandung Kaisan tiga tahun yang lalu.
Mario kemudian duduk di samping perempuan itu sembari mengulas senyumnya. "Aku nggak bisa ngasih hadiah yang mewah untuk Kaisan. Modal usahaku masih butuh banyak dan hanya bisa kasih ini buat dia."
Mario memberikan kotak kado berukuran cukup besar kepada Rhea untuk Kaisan. Anak kecil itu akan berulang tahun ketiga tahun satu minggu yang akan datang.
Sebagai ibu yang bertanggung jawab dan sangat menyayangi anaknya itu, Rhea hendak merayakan acara ulang tahun anaknya di sebuah hotel mewah.
Perempuan itu lantas terkekeh pelan. "Ya udah sih, nggak ngasih juga nggak apa-apa. Yang penting nanti kamu hadir di sana, sebagai ayahnya."
Mario lalu mengulas senyumnya. "Bahkan aku belum berani lamar kamu karena belum punya apa-apa. Sudah dua tahun padahal, aku ada di sini."
Rhea lalu mengusapi lengan lelaki itu dengan lembut. "Yang penting kamu masih mau menemani aku dan Kaisan juga udah deket banget sama kamu. Bahkan menganggap kamu sebagai ayah kandungnya."
"Aku senang, Rhea. Tapi, ada rasa tidak enak hati juga karena belum bisa jadi ayah yang baik buat Kaisan."
Perempuan itu hanya menghela napasnya. Ia lalu menyimpan kado tersebut di atas tempat tidurnya.
"Udah, jangan terlalu memikirkan hal itu. Selama dua tahun ini aku nggak pernah minta kamu buat lamar aku. Yang penting kamu ada di sini, udah buat aku nyaman."
Mario lalu mengulas senyumnya. "Terima kasih, Rhea. Oleh karena ini, aku selalu jatuh hati pada kamu."
Rhea membalas senyum itu.
Tok tok tok!
"Permisi, Non. Ada telepon dari sekolahnya Kaisan." ART yang bekerja di rumah Rhea masuk ke dalam kamar memberi tahu ada panggilan telepon dari sekolah Kaisan.
Rhea lalu menyambungkan telepon yang ada di ruang tengah itu ke telepon di dalam kamarnya.
"Selamat siang, saya dengan ibunya Kaisan."
"Selamat siang, Ibu. Mohon maaf mengganggu waktunya. Apakah Ibu bisa ke sekolah sekarang juga? Anak Ibu, Kaisan tadi bertengkar lagi dengan teman satu kelasnya."
"Apa? Ya ampun. Kaisan kenapa lagi. Baik, Bu. Saya segera ke sana." Rhea lalu menutup panggilan tersebut.
"Ada apa, Rhea? Kaisan kenapa lagi?" tanya Mario tampak cemas.
Rhea menghela napas kasar. "Kaisan ... berantem lagi sama teman kelasnya. Aku ke sekolah dulu. Kamu, lagi nggak ada kerjaan, kan? Tolong tulis nama-nama yang mau diundang ini, yaa."
Mario mengangguk. "Beres!"
Rhea lalu menerbitkan senyumnya. "Thank you!" ucapnya lalu segera beranjak dari duduknya dan mengambil kunci mobil untuk menjemput anaknya yang lagi dan lagi bertengkar dengan teman satu kelasnya.
Lima belas menit kemudian, Rhea tiba di sekolah anaknya itu. Lalu masuk ke dalam kelas yang mana anak kecil yang sudah dipukul oleh Kaisan tengah menangis histeris.
"Sayang. Kamu kenapa lagi, heum? Kenapa temannya dipukul?" Rhea memegang kedua tangan anaknya itu sembari mengusapi rambutnya.
"Biasalah, Bu. Anak kecil kadang kalau diganggu pasti akan marah. Tapi, kali ini Kaisan benar-benar marah. Gaftan selalu mengganggunya, makanya Kaisan memukul wajahnya Gaftan." Bu Ira memberi tahu kronologinya.
Rhea lalu memejamkan matanya sekejap dan menatap Kaisan lagi. "Minta maaf ya, Nak. Mami tidak pernah mengajarkan kamu untuk memukul teman kamu. Tidak boleh ya, Nak. Sekarang minta maaf!" titah Rhea dengan suara lembutnya.
Kaisan hanya menggeleng. Tidak berucap apa pun hanya melirik pada Gaftan yang masih menangis.
"Bu. Orang tuanya Gaftan juga dipanggil? Saya mau tanggung jawab dan meminta maaf," ucap Rhea bertanya kepada Bu Ira.
"Masih di jalan, Bu. Ibunya katanya tidak bisa datang. Nanti ayahnya yang datang kemari."
"Oh, iya. Biasanya, kalau dengan ayahnya tidak akan seribet dengan ibunya." Rhea meringis pelan.
Bu Ira terkekeh pelan. "Ibunya Gaftan memang jarang mengantar dia ke sekolah, Bu. Yang sering mengantarnya ke sekolah itu ayahnya. Berangkat dan pulang pasti ayahnya yang menjemput."
Rhea manggut-manggut dengan pelan. Ia lalu mengusapi pucuk rambut Gaftan dengan lembut. "Maafin Kaisan ya, Sayang. Nanti Tante beliin es krim. Mau?"
"Gaftan alergi susu, Bu. Jangan diberi jajanan seperti itu."
Rhea mengerutkan keningnya. Ia lalu menoleh dengan cepat kepada Gaftan dan menatapnya dengan lekat. Lalu menatap Kaisan lagi. Ada kesamaan dari wajah kedua anak itu.
"Ngomong-ngomong, karena Kaisan baru satu bulan sekolah di sini, dan saya selalu memikirkan ini. Mohon maaf sebelumnya. Tapi, wajah mereka hampir mirip, yaa. Saya pikir, Ibu masih terikat saudara dengan orang tuanya Gaftan."
'Dan ternyata Ibu Ira juga merasakan hal yang aku rasakan juga. Mungkinkah anak ini ....' Rhea berucap dalam hatinya.
"Bu Rhea?" Bu Ira menepuk pundah Rhea karena terlihat melamun.
Perempuan itu lantas menoleh kepada Bu Ira. "Kalau boleh tahu, nama orang tua Gaftan siapa ya, Bu?" tanyanya kemudian.
"Ibu Tari dan Pak Brandon, Bu."
Detik itu juga, Rhea membolakan matanya serta menutup mulutnya lantaran terkejut kala tahu dan yang dia kira tadi memanglah benar.
"Itu dia, papanya datang." Bu Ira menunjuk Brandon yang baru saja tiba dan langsung memeluk anaknya itu sembari mengusapi pucuk kepalanya.
Rhea tidak ingin menoleh. Tidak mau melihat lelaki yang sudah hampir empat tahun lamanya ini menghilang darinya.
'Kenapa? Kenapa harus dipertemukan lagi dengan manusia bodoh itu?' ucapnya dalam hati.
"Jangan menangis lagi ya, Nak. Ada Papa di sini. Cuma kegores kukunya sedikit, tidak apa-apa. Anak jagoan nggak boleh nangis, oke?" ucap Brandon dengan suara lembutnya.
Rhea menggenggam erat tangan Kaisan seraya menekan dadanya yang terasa sesak. Ingin mengeluarkan air matanya, namun masih ia tahan.
"Gaftan-nya jahat, Om. Ganggu aku terus," ucap Kaisan dengan suara khas anak kecil.
Brandon lalu menoleh pada Kaisan. Betapa terkejutnya ia kala melihat wajah tampan anak itu.
"Bu Rhea, Pak Brandon. Saya permisi dulu sebentar, yaa."
Brandon lantas membolakan matanya. "Rhea?" ucapnya pelan.
Detik itu juga, Rhea langsung menggendong anaknya tanpa mau menoleh pada Brandon. Tidak ingin lelaki itu mengenali anaknya.
"Rhea, tunggu!" Brandon menahan tangan Rhea dan menggenggamnya dengan sangat erat.
"Lepas!" ucap Rhea dengan tegas. Ia lalu mengibaskan tangannya yang digenggam oleh Brandon tadi.
Brandon menatap wajah Kaisan yang tengah digendong oleh Rhea. Hidung dan matanya tidak bisa mengelak kalau anak kecil itu adalah anaknya.
"Kenapa kamu menyembunyikan ini dari aku, Rhea?" tanya Brandon meminta penjelaan kepada Rhea tentang anak yang digendong oleh perempuan itu.
"Rhea, jawab!" Brandon meminta Rhea untuk menjawab pertanyaannya tadi.
Sakit hati karena ditinggal pergi oleh kekasihnya, Kayla akhirnya membalaskan dendamnya karena ulah Miranda lah ia dan Bisma harus berpisah. Jason, pria tampan dengan sejuta pesona berhasil terpikat oleh wajah cantik dan seksi Kayla yang melamar kerja sebagai sekretaris pribadinya. Dengan tambahan Kayla akan memuaskan hasrat Jason yang bisa ia lakukan lebih dari Miranda.
Tak ada yang tahu dengan perasaan aneh Sebastian Sachdev Rendra yang jatuh cinta pada adiknya sendiri. Dan, tak ada yang tahu pula, jika Elvina bukanlah anak kandung dari orang tua Bastian. Alias Bastian juga bukan kakak kandung Elvina. Perasaan itu terus menggunung seiring jalannya waktu yang ia habiskan bersama Elvina. Hingga suatu hari, Luna, sang mama tak sengaja membaca diary milik Bastian. Semuanya berisi tentang Elvina.Tentang ia jatuh hati pada adiknya sendiri. Pada akhirnya, Luna pun menyampaikan bahwa Elvina bukanlah adik kandungnya. Bastian tentu senang mendengar itu. Namun, bagaimana dengan Elvina? Sementara perempuan itu sangat menyayangi Bastian sebagai kakak yang selalu melindunginya. Rahasia itu harus disembunyikan dari Elvina. Sampai waktunya tiba, orang tuanya akan mengatakan yang sebenarnya. Akankah Elvina membalas cintanya Bastian. Atau memilih tetap jadi adiknya walau hanya sebagai adik angkat?
Samuel harus berusaha untuk melupakan Nindy yang tidak akan pernah kembali. Hadirnya seseorang dalam hidupnya memang sedikit membuat Samuel lupa, tentang perempuan yang sudah meninggalkan dirinya sejak tujuh tahun yang lalu. Namun, di balik keluguan dan kepolosan Elvira Maharani, tersimpan banyak misteri dan rahasia yang bahkan orang tersebut tidak tahu. Ikuti kisahnya dan semoga suka. Selamat membaca.
Siska teramat kesal dengan suaminya yang begitu penakut pada Alex, sang preman kampung yang pada akhirnya menjadi dia sebagai bulan-bulannya. Namun ketika Siska berusaha melindungi suaminya, dia justru menjadi santapan brutal Alex yang sama sekali tidak pernah menghargainya sebagai wanita. Lantas apa yang pada akhirnya membuat Siska begitu kecanduan oleh Alex dan beberapa preman kampung lainnya yang sangat ganas dan buas? Mohon Bijak dalam memutuskan bacaan. Cerita ini kgusus dewasa dan hanya orang-orang berpikiran dewasa yang akan mampu mengambil manfaat dan hikmah yang terkandung di dalamnya
Demi bisnis yang menguntungkan dirinya sendiri Rian tega menjual kekaksihnya pada seorang tuan muda yang bernama Albert. Albert menjadikan Renata yang merupakan seorang mahasiswa pertanian sebagai budak ranjangnya setiap hari, jika Albert marah Renata harus melayani Albert yang menyakitinya. namun seiring berjalannya waktu Albert memiliki rasa pada Renata dan menjadikannya pendamping hidup meski Albert harus menentang orang tuannya dan memutuskan pertunangannya dengan seorang wanita pilihan orang tuanya.
Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?
Dua tahun lalu, Regan mendapati dirinya dipaksa menikahi Ella untuk melindungi wanita yang dia sayangi. Dari sudut pandang Regan, Ella tercela, menggunakan rencana licik untuk memastikan pernikahan mereka. Dia mempertahankan sikap jauh dan dingin terhadap wanita itu, menyimpan kehangatannya untuk yang lain. Namun, Ella tetap berdedikasi sepenuh hati untuk Regan selama lebih dari sepuluh tahun. Saat dia menjadi lelah dan mempertimbangkan untuk melepaskan usahanya, Regan tiba-tiba merasa ketakutan. Hanya ketika nyawa Ella berada di tepi kematian, hamil anak Regan, dia menyadari, cinta dalam hidupnya selalu Ella.
Menikahi single mom yang memiliki satu anak perempuan, membuat Steiner Limson harus bisa menyayangi dan mencintai bukan hanya wanita yang dia nikahi melainkan anak tirinya juga. Tetapi pernikahan itu rupanya tidak berjalan mulus, membuat Steiner justru jatuh cinta terhadap anak tirinya.
Tanpa membantah sedikit pun, aku berlutut di antara sepasang paha mulus yang tetap direnggangkan itu, sambil meletakkan moncong patokku di mulut kenikmatan Mamie yang sudah ternganga kemerahan itu. Lalu dengan sekuat tenaga kudorong batang kenikmatanku. Dan …. langsung amblas semuanya …. bleeesssssssssssskkkkkk … ! Setelah Mamie dua kali melahirkan, memang aku merasa dimudahkan, karena patokku bisa langsung amblas hanya dengan sekali dorong … tanpa harus bersusah payah lagi. Mamie pun menyambut kehadiran patokku di dalam liang kewanitaannya, dengan pelukan dan bisikan, “Sam Sayang … kalau mamie belum menikah dengan Papa, pasti mamie akan merengek padamu … agar kamu mau mengawini mamie sebagai istri sahmu. “ “Jangan mikir serumit itu Mam. Meski pun kita tidak menikah, kan kita sudah diijinkan oleh Papa untuk berbuat sekehendak hati kita. Emwuaaaaah …. “ sahutku yang kuakhiri dengan ciuman hangat di bibir sensual Mamie Tercinta. Lalu aku mulai menggenjotnya dengan gerakan agak cepat, sehingga Mamie mulai menggeliat dan merintih, “Dudududuuuuuh …. Saaaam …