Unduh Aplikasi panas
Beranda / Romantis / Tinggal Bersama Mantan Suamiku
Tinggal Bersama Mantan Suamiku

Tinggal Bersama Mantan Suamiku

5.0
10 Bab
4.7K Penayangan
Baca Sekarang

Tentang

Konten

Sarah tidak pernah menyangka dia akan bertemu kembali dengan Michael yang merupakan mantan suaminya di ruang bedah dengan tubuhnya yang penuh luka dan butuh perawatan darinya. Perceraian itu telah berlalu selama tiga tahun, tapi Sarah tidak memiliki ingatan yang baik tentang pria itu, kalau bisa... dia akan membiarkannya mati, tapi dia adalah seorang dokter, dan tugas seorang dokter adalah menyelamatkan pasiennya. Namun, Sarah langsung segera menyesali keputusannya untuk menyelamatkan pria itu karena tiba-tiba ternyata Michael mengalami amnesia dan mengingat bahwa mereka baru saja menikah! Yang membuat Sarah lebih menyesal lagi, kenapa dia dengan bodohnya menerima permintaan mantan mertuanya untuk berpura-pura tetap menjadi istri Michael sambil merawatnya? Tapi... selama menghabiskan waktunya bersama mantan suaminya itu, sikap Michael sangat berbeda dengan apa yang terakhir kali diingat oleh Sarah. Dia sangat lembut... dan penyayang, membuat perasaannya yang dia pikir sudah menghilang, ternyata masih ada. Apakah Sarah bisa mengatasi perasaannya? Lalu... apa yang akan terjadi ketika ingatan Michael tiba-tiba kembali? Apakah sikapnya akan tetap sama seperti itu? ============= EXCERPT: "Wifey," panggil Michael sambil menatap ke arah Sarah yang sedang berbaring disampingnya. "Hm," jawab Sarah dengan singkat, tanpa memandang ke arah Michael. "Sepertinya aku sudah sehat." Tubuh Sarah menegang ketika mendengar hal itu. Michael sudah sehat? Apakah itu artinya dia telah mengingat semuanya? Apakah dia akan memarahiku karena telah menipunya. "Wifey? Kenapa diam saja? Aku rasa aku sudah sehat dan aku bisa melakukannya," ucap Michael dengan pelan. "Apa maksudmu?" Sarah akhirnya menatap Michael dengan alis terangkat. "Membuat bayi."

Bab 1 Bertemu Dengan Mantan Suami Di Meja Operasi

Suasana di rumah sakit yang berada di London terlihat sangat ramai seperti biasanya, khususnya di bagian Emergency Room beberapa perawat terlihat berlari kesana kemari sambil membawa peralatan yang diminta, begitu juga dengan para dokter yang terlihat sangat sibuk merawat pasien yang tak henti-hentinya datang.

Seperti kali ini, dua orang paramedis datang sambil mendorong tandu ambulance yang dinaiki oleh seorang pria yang penuh luka dan tampak tidak sadarkan diri, seorang paramedis berada di atasnya sambil terus memompa dada pria itu.

Salah seorang perawat dan dokter segera menghampiri paramedis itu dan menuntun mereka ke salah satu tempat tidur yang kosong untuk memindahkan pasien.

"Kecelakaan lalu lintas, pasien awalnya masih sadar tapi tiba-tiba pingsan dan mengalami henti jantungnya ketika ambulans tiba di rumah sakit," ucap salah satu paramedis memberikan penjelasan ketika mereka sedang memindahkan pasien.

Salah satu perawat langsung pergi mengambil defibrillator ketika mendengar hal itu, dan dokter yang berada di situ langsung mulai mengejutkan jantungnya.

"Dia kembali!" ucap dokter itu setelah melihat monitor alat jantung yang kembali memiliki garis naik turun.

Namun, meskipun mereka telah mendapatkan denyut jantungnya kembali, mereka tahu bahwa ini belum selesai, pasien masih dalam kondisi kritisnya.

"Sepertinya pasien harus dioperasi, siapa dokter bedah yang berjaga saat ini?" tanya dokter itu setelah memeriksa keadaan pasiennya. Dia masih seorang residen dan belum memiliki banyak pengalaman untuk melakukan operasi.

"Dokter Sarah."

"Siapkan ruang operasi dan panggilkan dokter Sarah!"

***

Seorang wanita baru saja datang ke rumah sakit dengan memakai jaket dan membawa segelas kopi di tangannya, dia tersenyum ketika beberapa perawat, bahkan dokter menyapanya dengan penuh hormat.

Setelah menjadi residen selama tiga tahun, dia akhirnya telah menjadi dokter bedah di salah satu rumah sakit terkenal di London.

Saat sedang menuju ke tempat untuk berganti pakaian, wanita itu melihat ada seorang perawat yang sedang berlari dan sepertinya sedang menuju ke arahnya.

"Dokter Sarah!" panggil seorang perawat itu sambil menarik napasnya karena berlarian.

"Ada apa?" tanya Sarah dengan tegang. Dia sudah bisa membayangkan alasan perawat itu berlari ke arahnya, tapi Sarah masih ingin mencoba untuk menyangkalnya. Dia baru saja datang dan bahkan belum menghabiskan kopinya.

"Dokter dibutuhkan di ruang operasi tiga! Ada pasien emergency!" ucap perawat itu.

Sarah menghela napasnya, sepertinya lagi-lagi dia akan menghabiskan kopinya nanti. Dengan buru-buru, dia langsung menuju ke tempat ganti pakaian untuk menukar pakaiannya.

***

Tak lama kemudian, Sarah akhirnya berlari menuju ruang operasi dengan pakaian berwarna biru, lengkap dengan masker, dan penutup kepala. Begitu masuk, dia mencuci tangannya dulu untuk mensterilkan tangannya, dan masuk ke dalam kamar operasi.

Seorang perawat langsung menghampiri Sarah dan membantunya memakaikan sarung tangan dan gaun bedah.

"Kondisi pasien?" tanya Sarah saat dia sedang dibantu.

"Pasien adalah pria berumur sekitar 30-an, mengalami kecelakaan lalu lintas, sempat henti jantung dan sepertinya memiliki pendarahan di dalam," ucap dokter yang tadinya memeriksa keadaan pasien itu.

Sarah mengangguk ketika mendengar hal itu dan akhirnya berjalan menghampiri pasien untuk segera membedahnya.

Namun, ketika pandangan Sarah melihat ke arah wajah pasien, Sarah terdiam ditempatnya. Wajah yang sedang memejamkan mata itu terlihat familiar. Dia memang sudah lama tidak melihat wajah pria itu, tapi dia tidak akan pernah melupakan wajah pria itu.

"Michael? Pasienku adalah Michael?" pikir Sarah yang mengenali pria itu.

Pria itu adalah mantan suaminya yang bercerai dengannya tiga tahun lalu. Dia pikir dia tidak akan pernah bertemu dengan pria brengsek itu lagi seumur hidupnya, tapi bagaimana bisa dia bertemu dengan mantan suaminya itu di meja operasi?

"Apakah ini kesempatan yang diberikan kepadaku untuk bisa membunuhnya? Aku masih mengingat dengan jelas waktu itu pernah bersumpah untuk membunuhnya suatu saat nanti! Apakah aku harus berpura-pura tidak sengaja memotong pembuluh darahnya dan membiarkannya mati karena pendarahan?" pikir Sarah yang mulai memikirkan bagaimana caranya untuk bisa membuat Michael mati tanpa membahayakan statusnya sebagai dokter bedah.

"Dokter Sarah?"

Suara dari dokter yang memanggilnya membuat Sarah segera tersadar kembali.

"Maaf," Sarah lalu berdehem, "Kita akan segera memulai operasinya. Scalpel!"

***

Sarah keluar dari kamar operasi dan langsung membuang masker yang dia kenakan. Wajahnya terlihat bermasalah.

"Seharusnya aku membunuhnya!" pikir Sarah yang menyesali keputusannya untuk menyelamatkan Michael.

Dia memang ada niat untuk membunuh mantan suaminya itu, tapi setelah dia pikirkan sekali lagi, dia adalah seorang dokter yang telah mengambil sumpah untuk menyembuhkan pasien yang datang dan memandang mereka sebagai pasien, tanpa prasangka.

Sarah menghela napasnya dan langsung keluar dari ruang operasi itu, dia harus pergi meminum kopinya.

"Dokter? Bagaimana keadaan anakku?"

Begitu Sarah keluar, dia langsung dihampiri oleh sepasang suami istri yang sepertinya sejak tadi menunggu seseorang untuk keluar dari ruang operasi itu.

Sarah sedikit terkejut, tidak menyangka bahwa ada orang yang sedang menunggu operasi Michael. Bukannya dia adalah pasien yang kecelakaan lalu lintas? Apakah mereka sudah berhasil mendapatkan identitasnya dan menghubungi keluarganya?

"Sarah? Bukankah kamu Sarah?" tanya pria tua itu yang mengenali Sarah terlebih dahulu.

Istrinya yang tadinya terlihat khawatir, segera memandang Sarah lekat-lekat ketika mendengar ucapan suaminya, raut wajahnya segera berubah begitu dia menyadari di depannya adalah Sarah.

"Kamu benar! Ini adalah Sarah. Tunggu dulu, apakah kamu yang mengoperasikan anakku?!" jerit wanita tua itu yang tiba-tiba merasa kesal.

"Operasinya berjalan dengan lancar, saat ini pasien sudah dipindahkan, kita tinggal menunggu pasien untuk segera sadar," jawab Sarah sambil mengeluarkan senyuman profesionalnya.

"Lihat kelakuannya yang tidak punya sopan santun! Apakah kamu berpura-pura tidak mengenali kami?" jerit wanita tua itu sambil menunjuk-nunjuk Sarah.

"Ah! Maafkan aku! Bagaimana bisa aku tidak mengenali Nyonya Collins. Wajahmu sangat berubah semenjak terakhir kali kita bertemu. Haruskah aku memberikanmu kontak Dermatologist yang bagus? Kamu bisa mendapatkan diskon jika menyebutkan namaku," jawab Sarah sambil tersenyum manis.

"A-Apa? Lihat dirimu yang mulai membalas perkataanku! Apa maksudmu aku telah bertambah tua?!" jerit wanita itu lagi.

Kali ini, Sarah tidak memperdulikannya lagi, dia hanya menatap pria tua yang berada disamping istrinya dan menganggukkan kepalanya lalu segera pergi dari tempat itu.

Sarah memegang tangannya yang tanpa sadar gemeteran.

"Kamu sekarang orang yang berbeda, Sarah. Kamu sudah menjadi dokter bedah!" pikir Sarah untuk menguatkan dirinya. Dia tidak menyangka dia masih akan takut ketika melihat ibu mertuanya itu.

Sarah yang sedang menuju ke tempat ganti pakaian untuk mengambil kopinya, langsung mengubah haluannya untuk mencari dokter residen yang ikut operasi bersamanya tadi.

Dia memang sudah mencoba untuk tidak takut, tapi sebaiknya dia menghindar, dia tidak bisa menemui keluarga Michael lagi ketika Michael sadar, dan menyuruh dokter itu untuk melakukannya.

Sarah segera tersenyum begitu Alex-dokter itu- mengangguk mengerti. Namun, Sarah sama sekali tidak menyangka dalam beberapa jam kemudian, dia akan menemui Michael dan keluarganya lagi.

Lanjutkan Membaca
img Lihat Lebih Banyak Komentar di Aplikasi
Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY