/0/14599/coverbig.jpg?v=846c041a05a75fa3ac2960e72be51fe1)
Angel Matthew sudah bosan menjadi satu-satunya gadis perawan di kampusnya, hingga saat malam tahun baru dia menyerahkan keperawanannya pada Erick Cullen- seorang murid baru di kelasnya.Setelah penyatuan tubuh mereka. Angel dihadapkan pada sebuah fakta bahwa Erick adalah seorang vampir. Dia berusaha tidak percaya, tapi kemunculan Jack Wild- seorang werewolf tampan yang juga mengincarnya menjadi bukti bahwa semua ini nyata. Di saat Angel ingin menghindar, semua sudah terlambat, karena dia adalah seorang "Gadis Suci" yang diperebutkan oleh klan mereka.
"Virginity party?"
Angel mengerutkan kening saat menatap spanduk besar yang terbentang di depan kampusnya. Mata abu-abunya bergerak-gerak menyusuri setiap untaian kata yang tercetak di spanduk tersebut.
"Merayakan pesta malam tahun baru bagi para gadis perawan. Ajak pemuda yang kau sukai untuk menikmati keperawananmu yang berharga."
"Hah?" Mulut Angel melongo lebar, walaupun begitu matanya tampak berbinar. "Ide yang cukup gila, tapi terdengar sangat seru."
Angel menggigit bibir yang mengulas senyum nakal, otaknya mulai menemukan siapa yang akan diajaknya pergi dalam pesta gila tersebut. Dia memang telah bosan dengan cap sebagai gadis perawan di usianya yang sudah memasuki delapan belas tahun, dan sekarang saatnya untuk mengubah status polosnya itu.
"Baiklah, aku akan menemuinya sekarang," gumam Angel dengan gejolak semangat yang berkobar di dada. Di tersenyum lebar, bersiap melangkahkan kaki saat tiba-tiba ada suara yang menghentikannya.
"Permisi."
Angel memutar badan, sejenak terpaku saat melihat seorang pemuda yang tampak asing di hadapannya. Keningnya berkerut dalam, dan lagi-lagi matanya bergerak liar mengamati pahatan sempurna pada wajah tampan di hadapannya. Mata berwarna coklat yang sangat terang, bibir sangat merah dan juga kulit yang terlalu pucat untuk ukuran pemuda Amerika. "Atau mungkin dia orang Rusia?" Pikir Angel dalam hati.
"Di mana kelas Sains?"
Suara itu terdengar dalam, diikuti dengan tatapan tajam yang membuat Angel bergidik ngeri. "Ah itu, ada di lantai dua lorong sebelah kiri, nanti kau akan menemukan petunjuk di sana."
"Thank you."
Angel mengangguk pelan, baru akan berucap saat mendadak merasakan hembusan angin yang cukup kencang. Tapi bukan itu yang membuat tubuhnya kini menegang, melainkan sebuah aroma harum yang terasa begitu aneh tapi terasa begitu nyaman saat menerobos indera penciumannya. Bahkan Angel sampai memejamkan mata, menikmati aroma segar yang tidak pernah ditemukan di mana pun.
"Parfum Mu sangat harum," gumam Angel dengan kembali memejamkan mata, tapi dia dibuat bingung saat melihat pemuda di hadapannya membungkuk seperti menahan sebuah kesakitan luar biasa.
"Are you ok?" Angel mengulurkan tangan, berniat mengusap lengan pemuda itu tapi dia kembali dihadapkan pada keanehan yang lain. Kulit pemuda itu terasa begitu dingin. "Kau demam?"
Alih-alih menjawab, pemuda itu malah melenggang pergi meninggalkannya begitu saja.
"Sangat tampan, tapi juga sangat aneh," gumam Angel dengan masih menatap punggung pemuda itu hingga menghilang di balik gedung kampus.
"Hemm... i dont care...." Angel menggeleng-geleng pelan dengan memasang wajah tak peduli. Dia bersiap kembali melangkah, tapi lagi-lagi ada saja yang mengganggunya.
"Morning!"
Angel menoleh ke sisi kiri saat merasakan sebuah lengan yang merangkul bahunya, menemukan seorang gadis berkaca mata yang telah menjadi sahabatnya sejak sekolah menengah. "Morning, Bell... mau ikut virginity party?"
"What?!" pekik Bella dengan kening berkerut dalam. "Are you crazy?"
Angel memutar bola mata malas sembari membawa kakinya melangkah. "Ayolah... aku sudah bosan menjadi gadis perawan, kita harus membuat perubahan di malam tahun baru besok."
"Astaga, Angel... jangan macam-macam, kita akan tetap baik-baik saja dengan status perawan. Lagipula kita sudah sepakat hanya akan memberikan keperawanan kita pada malam pertama pernikahan," oceh Bella dengan sesekali menaikkan bingkai kaca mata besarnya.
"Itu sudah sangat kuno, Bella...." Angel menghentikan langkah, tiba-tiba menangkup kedua sisi wajah sahabatnya itu dengan mata berbinar. "Aku sudah memutuskan untuk ikut dalam acara virginity party."
"Siapa yang akan kau ajak?"
"Calvin Klein," jawab Angel dengan wajah penuh percaya diri.
"Tapi-"
Angel tak perlu menunggu ocehan Bella lebih panjang lagi, karena dia memutuskan untuk berjalan cepat. meninggalkan gadis itu. Kakinya terus berjalan ringan, menaiki anak tangga untuk mencapai lantai dua gedung kampus. Dia menyusuri lorong sebelah kiri, sesuai instruksi yang diberikan kepada pemuda aneh tadi karena mereka memiliki tujuan pada kelas yang sama.
Mata Angel berbinar saat sudah memasuki kelas Sains, lebih tepatnya tertuju pada seorang pemuda berambut pirang yang saat ini duduk di kursi paling pojok. Dia setengah berlari menghampiri pemuda tersebut, langsung duduk pada kursi kosong di depannya.
"Morning, Calvin," sapa Angel dengan senyum yang dibuat semanis mungkin, tapi pemuda di hadapannya masih tampak memejamkan mata seolah tak peduli.
Angel mendengus keras, mengulurkan sebelah tangan untuk menarik earpod yang menyumpal lubang telinga pemuda itu. "Morning, Calvin Klein!"
Calvin langsung membuka mata, menurunkan kedua kakinya yang tadi berselonjor di atas meja. "Selamat pagi, Cantik. Apa kau sudah membawakan tugasku?"
Angel mengangguk cepat, mengeluarkan sebuah buku dari tas dan menyerahkan pada pemuda itu."Aku pastikan kau akan mendapatkan nilai A nanti."
"Good girl...." Calvin tersenyum manis sambil mencubit pipi Angel lembut. "Aku akan mentraktir-"
"Tidak perlu," sela Angel cepat dengan senyum merekah. Dia sedikit memajukan tubuh, membawa kedua tangannya terlipat di atas meja. "Aku ingin yang lain."
Calvin mengerutkan kening. "Kau ingin meminta yang lain?"
Angel mengangguk antusias. "Aku ingin mengajakmu datang ke virginity party besok malam."
"Virginity party?" Pekik Calvin dengan kerutan di keningnya yang semakin dalam. "Kau serius?"
Lagi-lagi Angel menganggukkan kepalanya cepat, bahkan wajahnya mulai tampak menampilkan ekspresi penuh harap.
"C'mon, Angel... pesta itu hanya untuk gadis pera-" Tiba-tiba Calvin menjeda kalimat, dengan mata yang melebar sempurna. "Jadi, kau masih perawan, Angel?!"
Suara pekikan itu terdengar begitu keras, hingga membuat semua yang ada di sana menoleh ke arah mereka.
"Sebenarnya... iya," Angel menggigit bibir bawah dengan wajah mulai bersemu merah, "aku masih perawan, dan aku ingin menjadikanmu sebagai pasanganku. Itu artinya kau akan menjadi pria pertama yang merasakan keperawananku."
Tidak seperti yang diharapkan, alih-alih merasa terharu dengan pengakuan Angel, ternyata Calvin malah tertawa keras dengan tatapan mengejek. Bahkan sekarang pemuda itu bangkit dari kursi, bertepuk tangan dengan tatapan mengedar.
"Demi Tuhan... ternyata masih ada gadis perawan di kelas kita!" ejek Calvin dengan tatapan merendahkan ke arah Angel. "Apa kau berniat menjadi biarawati, Angel?"
Sontak terdengar tawa dari semua orang yang ada di sana, kecuali seorang pemuda yang hanya duduk diam di pojok yang lain.
"Calvin, kenapa kau seperti ini?!" Angel ikut berdiri, wajahnya sudah tampak merah padam dengan mata berkaca-kaca.
Calvin tampak melipat kedua tangan di depan dada. "Memangnya apa yang kau pikirkan selama ini, Angel? Apa kau pikir aku menyukaimu?"
Angel hanya diam, bibirnya terlalu kelu untuk menjawab sesuatu yang ternyata hanya ada di dalam angan-angannya. Saat ini dia hanya bisa merasakan remasan kuat di dada yang berimbas pada cairan yang menggenang di kelopak matanya.
"Aku hanya menyukai kepolosanmu, Sayang?" Calvin mengusap kepala gadis itu lembut dengan senyum miring. "Siapa lagi yang akan mengerjakan semua tugasku kalau bukan dirimu, Angel?!"
"Dont fucking touch me!" bentak Angel sembari menepis tangan Calvin dari kepalanya.
"Wow!" Calvin kembali bertepuk tangan dengan tawa yang sarat akan penghinaan. "Apa kau lupa kalau baru saja menawarkan keperawananmu padaku, Angel?"
Lagi-lagi terdengar tawa dan cemoohan dari semua orang yang ada di kelas tersebut, membuat dada Angel terasa semakin sesak.
"Kau harus tahu, Angel...." Calvin membungkukkan punggung hingga membuat wajah mereka sejajar, bibirnya kembali memasang senyum merendahkan. "Aku tidak pernah tertarik untuk menidurimu, dan kurasa tidak ada satu pun pria di sini yang mau."
"Aku mau!"
Seruan tegas itu membuat semua mata teralihkan, bergeser ke arah pemuda aneh yang saat ini berdiri di sudut kelas. Angel pun melakukan hal yang sama, menatap pemuda yang ditemuinya di halaman tadi dengan wajah terperangah.
"Aku yang akan menjadi pasangan Angel dalam acara virginity party besok malam."
WARNING 21+‼️ (Mengandung adegan dewasa) Di balik seragam sekolah menengah dan hobinya bermain basket, Julian menyimpan gejolak hasrat yang tak terduga. Ketertarikannya pada Tante Namira, pemilik rental PlayStation yang menjadi tempat pelariannya, bukan lagi sekadar kekaguman. Aura menggoda Tante Namira, dengan lekuk tubuh yang menantang dan tatapan yang menyimpan misteri, selalu berhasil membuat jantung Julian berdebar kencang. Sebuah siang yang sepi di rental PS menjadi titik balik. Permintaan sederhana dari Tante Namira untuk memijat punggung yang pegal membuka gerbang menuju dunia yang selama ini hanya berani dibayangkannya. Sentuhan pertama yang canggung, desahan pelan yang menggelitik, dan aroma tubuh Tante Namira yang memabukkan, semuanya berpadu menjadi ledakan hasrat yang tak tertahankan. Malam itu, batas usia dan norma sosial runtuh dalam sebuah pertemuan intim yang membakar. Namun, petualangan Julian tidak berhenti di sana. Pengalaman pertamanya dengan Tante Namira bagaikan api yang menyulut dahaga akan sensasi terlarang. Seolah alam semesta berkonspirasi, Julian menemukan dirinya terjerat dalam jaring-jaring kenikmatan terlarang dengan sosok-sosok wanita yang jauh lebih dewasa dan memiliki daya pikatnya masing-masing. Mulai dari sentuhan penuh dominasi di ruang kelas, bisikan menggoda di tengah malam, hingga kehangatan ranjang seorang perawat yang merawatnya, Julian menjelajahi setiap tikungan hasrat dengan keberanian yang mencengangkan. Setiap pertemuan adalah babak baru, menguji batas moral dan membuka tabir rahasia tersembunyi di balik sosok-sosok yang selama ini dianggapnya biasa. Ia terombang-ambing antara rasa bersalah dan kenikmatan yang memabukkan, terperangkap dalam pusaran gairah terlarang yang semakin menghanyutkannya. Lalu, bagaimana Julian akan menghadapi konsekuensi dari pilihan-pilihan beraninya? Akankah ia terus menari di tepi jurang, mempermainkan api hasrat yang bisa membakarnya kapan saja? Dan rahasia apa saja yang akan terungkap seiring berjalannya petualangan cintanya yang penuh dosa ini?
Hidup itu indah, kalau belum indah berarti hidup belum berakhir. Begitu lah motto hidup yang Nayla jalani. Setiap kali ia mengalami kesulitan dalam hidupnya. Ia selalu mengingat motto hidupnya. Ia tahu, ia sangat yakin akan hal itu. Tak pernah ada keraguan sedikitpun dalam hatinya kalau kehidupan seseorang tidak akan berakhir dengan indah. Pasti akan indah. Hanya kedatangannya saja yang membedakan kehidupan dari masing – masing orang. Lama – lama Nayla merasa tidak kuat lagi. Tanpa disadari, ia pun ambruk diatas sofa panjang yang berada di ruang tamu rumahnya. Ia terbaring dalam posisi terlentang. Roti yang dipegangnya pun terjatuh ke lantai. Berikut juga hapenya yang untungnya cuma terjatuh diatas sofa panjangnya. Diam – diam, ditengah keadaan Nayla yang tertidur senyap. Terdapat sosok yang tersenyum saat melihat mangsanya telah tertidur persis seperti apa yang telah ia rencanakan. Sosok itu pelan – pelan mendekat sambil menatap keindahan tubuh Nayla dengan jarak yang begitu dekat. “Beristirahatlah sayang, pasti capek kan bekerja seharian ?” Ucapnya sambil menatap roti yang sedang Nayla pegang. Sosok itu kian mendekat, sosok itu lalu menyentuh dada Nayla untuk pertama kalinya menggunakan kedua tangannya. “Gilaaa kenyel banget… Emang gak ada yang bisa ngalahin susunya akhwat yang baru aja nikah” Ucapnya sambil meremas – remas dada Nayla. “Mmmpphhh” Desah Nayla dalam tidurnya yang mengejutkan sosok itu.
Bagi yang belum cukup umur, DILARANG KERAS Membaca Cerita ini, karena banyak sekali adegan Dewasa. Mohon Bijak Dalam Membaca.⚠️ Menceritakan seorang anak muda, yang terjerumus kedalam lubang hitam, hingga akhirnya, pemuda tampan kecanduan seks dengan Guru dan keluarganya sendiri.
21+ !!! Harap bijak memilih bacaan HANYA UNTUK DEWASA. Untuk menguji kesetiaan pasangan masing-masing akhirnya Arga dan rekan-rekan sekantornya menyetujui tantangan gila Dako yang mengusulkan untuk membolehkan saling merayu dan menggoda pasangan rekan yang lain selama liburan di pulau nanti. Tanpa amarah dan tanpa cemburu. Semua sah di lakukan selama masih berada di pulau dan tantangan akan berakhir ketika mereka meninggalkan pulau. Dan itu lah awal dari semua permainan gila yang menantang ini di mulai...