Cantik, seksi, dan mematikan! Tiga kata yang menggambarkan seorang wanita bernama Karlen Maria Gerarda. putri mantan anggota ex KGB yang menyaksikan sendiri bagaimana seluruh keluarganya dibunuh dan hanya menyisakan dirinya, karena memiliki warna mata yang langka dan unik. Melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana keluarganya dibunuh, membuat Maria begitu sakit hati dan berniat membalas dendam terhadap orang-orang yang telah membuatnya menjadi yatim piatu sejak kecil. "Menyentuhku, nyawamu milikku!" Jargon miliknya yang terkenal di kalangan penghibur kelas atas. Identitasnya yang disembunyikan membuatnya dengan mudah meluaskan pengaruh dan mencari teman untuk memuluskan rencananya menghancurkan Sang Jenderal.
DORRRR!!!!
Rentetan serta desingan proyektil meluluhlantakkan bangunan tak terlalu besar di sebuah daerah bernama Minsk. Rumah yang dihuni oleh satu keluarga itu kini dihancurkan dengan timah panas yang datang dari berbagai penjuru rumah tersebut. Adalah Joseph Stalin Gerarda, sang kepala keluarga Gerarda yang harus melindungi istri serta dua orang putrinya yang berusia 10 serta 15 tahun yang sedang ketakutan dan bersembunyi di ruang bawah tanah milik mereka.
"Mommy, aku takut." Ucap Sabrina, gadis cilik berusia 10 tahun itu menutup kedua telinganya sambil memegang boneka teddy bear miliknya dengan wajah ketakutan.
"Jangan khawatir, Sayang. Papa pasti akan menyelamatkan kita. Maria, apa kau tak apa-apa, Sayang?" tanya sang Mama melihat dua putri tercintanya dipanda ketakutan dan kecemasan.
"Papa ... aku khawatir dengan papa, Mommy." Ucap Maria menangis dalam dekapan sang mama.
"Semua akan baik-baik saja, Sayang. Jangan takut, Tuhan bersama kita." Mama berusaha menenangkan dua putrinya.
****
"Di mana benda itu?" seorang pria dengan potongan layaknya serdadu asing dengan rambut warna pirang berdiri tegak serta tubuh kekar berotot dibalut pakaian hijau army tengah menodongkan laras panjang jenis AK 45 semi-otomatis di pelipis seorang pria dengan posisi berlutut sambil mengangakat kedua tangannya ke atas.
"Kutanya sekali lagi, Tuan Joseph Stalin Gerarda, di mana Anda simpan chip itu? Bekerjasamalah dan kujamin, kau beserta istri dan dua putri cantikmu masih bisa melihat matahari terbit esok hari." Ujar pria itu menyeringai.
"Chip-nya tak ada padaku! Percuma saja kalian datang ke tempat ini karena memang tak ada padaku." Sahut pria bernama Joseph Stalin Gerarda itu tanpa takut sedikit pun.
"Hahahha, benar-benar tipikal seorang agen sejati rupanya. Apa kau tak takut jika istri dan anak-anakmu tahu apa pekerjaan ayah mereka?" Senyum seringai tersungging dengan jelas di bibir pria pirang itu.
"Kau tak akan berani mengatakannya," sahut Joseph.
BUAGH!!
Sebuah pukulan kencang dengan memakai gagang senapan milik pria pirang itu membuat Joseph langsung tersungkur seketika dengan kucuran darah segar di pelipis dan tepi mulutnya .
"Siapa sebenarnya kalian? Mengapa kalian menghancurkan rumahku? Apa salahku pada kalian?"
"Anda tak perlu tahu siapa kami! Tapi kami tahu siapa Anda, pekerjaan, istri, serta anak-anak Anda. Kenapa? Karena kami lebih pintar dari Anda!" balasnya tertawa puas.
"CIH, jika kalian memang sepintar itu, kenapa belum juga menemukan apa yang kalian inginkan? Atau kepintaran kalian itu hanya omong kosong belaka?" Joseph membalas dengan tawa sekeras-kerasnya hingga terdengar ke ruang bawah tanah di mana istri serta kedua anaknya bersembunyi.
"Papa! Aku ingin ke papa, Mommy. Aku ingin melihat papa!" Maria terus mendesak sang mama agar mengizinkannya menemui sang papa.
"Tidak! Tidak! Tidak Maria! Kau dan adikmu tetap di sini, biar Mommy yang melihat keadaan papa."
"Tapi, Mom ...," Maria memegang lengan sang mama dengan kuat.
"Ini perintah!"
Tanpa pikir panjang, sang mama membuka pintu ruang bawah tanah, mengamati gerak-gerik musuh yang masih berada di rumah mereka. "Doakan Mommy agar berhasil." Senyum sang mama pada kedua putirnya yang saling berpelukan.
"Mommy janji Mommy harus kembali! Harus kembali," ucap Sabrina menangis tak henti-hentinya sambil dipeluk Maria.
"Maria, jaga adikmu. Jika Mommy tak kembali ...,"
"Mommy harus kembali! Maria tak ingin dengar alasan apa pun! Harus kembali bersama papa!" tegas Maria menahan air matanya.
"Kalian memang anak hebat!" Sang Mama mengecup kening keduanya sambil menitikkan air mata. "Mama pergi dulu."
Maria dan sang adik, Sabrina saling berpelukan dan menguatkan satu sama lain, sementara mama mereka menjemput sang papa.
****
Dengan mengendap-endap, sang mama berusaha mencari yahu keberadaan sang suami yang sedang ditawan oleh sekelompok orang tak dikenal. Dengan hati-hati ia menyusuri tiap kamar dan ruangan di rumah besar itu, hingga ....
AKHHHHH!!
Seseorang dari belakang menarik paksa rambut sang istri dan menyeretnya ke tempat di mana suami berada.
"OUCH!!" rintihnya
"Sayang!" Sang suami langsung meraih tubuh sang istri dan memeluknya. "Kau tak apa-apa?" tanya Joseph.
sang istri mengangguk, "Aku tak apa-apa."
"Anak-anak bagaimana? Apa mereka aman?' bisik Joseph.
"Mereka aman, Sayang. Mereka sedang menunggumu."
"HEI! KENAPA KALIAN MALAH BICARA BERDUA, HAH!"
BUAGHH!!
"Akhhhh, Papaaaa ...," teriak Mama melihat sang suami dipukuli lagi dengan gagang senjata api.3
"Cukup! Cukup! Hentikan, apa yang kalian inginkan?" Mama memeluk sang suami yang telah bersimbah darah dan tertelungkup.
"Chip!"
"Chip? Chip apa maksud kalian? bingung Mama.
"Tuan Joseph, bagaimana? Perlukah kami memberitahu istri Anda apa pekerjaan Anda sebenarnya?" tanya pria pirang itu lagi.
"Pekerjaan se--benarnya? Tuan, siapa kalian ini sebenarnya? Kenapa tiba-tiba masuk rumah kami dan melukai suami saya?"
"Hah!! Cukup basa-basinya. Biar kuberitahu, Nyonya Joseph Stalin Gerarda, suami Anda adalah seorang ...,"
KREK ... KREK!!
Tanpa disangka, Joseph mengambil senapan kecil dari tempat selongsong senjata api kecil milik pria itu. Dengan mengokang (menarik pelocok senjata api) dia mengarahkan pada pria pirang itu. Beberapa anak buah sang pria bertubuh tegap-besar itu sontak mengarahkan laras panjang mereka ke arahnya.
"Hahaha, kau mau menembakku? Silakan,.tapi jangan harap kedua putrimu akan selamat! Bawa mereka ke sini!" teriaknya.
Tanpa diduga, Maria dan sang adik, Sabrina berhasil ditangkap oleh orang-orang tak dikenal itu dan membuat mereka harus bertekuk lutut di hadapan pria pirang itu.
"Jangan sakiti mereka, aku mohon ...," sang Mama menangis mengatupkan kedua tangannya.
"Jadi bagaimana, Tuan Joseph? Masih mau bermain-main denganku?" Seringai pria itu.
Tangan gemetar, wajah penuh darah di sebagian pelipisnya, membuat Joseph mau tak mau menyerah dan membuang senjata api sedikit menjauh darinya.
"Lepaskan putriku! Mereka tak ada hubungannya dengan ini!" ujar Joseph.
"Siapa bilang tak ada? Bukankah mereka adalah darah dagingmu? Apa kau lupa perumpamaan 'darah lebih kental dari air?'. Jika ingin mereka selamat, katakan padaku!""
Dengan menjentikkan jarinya, salah satu putri mereka Sabrina diseret dan ditodong senjata laras panjang miliknya.
"SABRINA!!!" Maria dan sang mama berteriak.
"Bagaimana Tuan Joseph? Apa kini Anda mengerti apa maksud ucapanku?"
"Tapi aku memang tak tahu di mana chip itu berada! Kenapa kalian tak percaya juga."
Tak lama, salah satu anak buah pria pirang itu menghampiri dan berbisik padanya.
"Baiklah, Tuan Joseph. Ternyata Anda tak berbohong. Chip itu memang tak ada pada Anda,"
Joseph, sang istri dan dua putrinya menghirup napas seakan telah terbebas dari bahaya. "Oleh karena itu, aku juga akan membebaskan kau dan seluruh keluargamu!"
"A--apa maksudmu?" Joseph langsung keringat dingin, dan ....
Dor ...
Dor ...
Dor ...
"Papa! Mama! Sabrina ...,"
Satu per satu, nyawa keluarga Gerarda harus berakhir secara tragis. Sementara itu, Maria yang melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana keluarganya dibunuh berusaha melawan mereka, namun tentu saja, fisik yang jauh berbeda serta emosi yang tak stabil, membuat Maria dengan mudah dijatuhkan.
"Hmm, wajahmu cukup lumayan! Jika aku membawamu dan bertemu dengan Tuan, mungkin tak akan ada ruginya. Bawa dia!" perintah pria pirang itu.
"Lepas! Lepaskan aku! Lepaskan aku!" Maria berusaha melawan dan tiba-tiba salah satu dari mereka memukul tengkuk Maria dengan gagang senjata api miliknya hingga ia pingsan.
"Tuan, bagaimana sekarang? Apa yang harus kita lakukan?" tanya deorang pria pada pria pirang yang tengah berdiri di depan kediaman Gerarda.
"Seperti biasa! Killing clearly and burn it!" ucapnya meninggalkan tempat itu sambil tertawa penuh kemenangan.
Di saat langkahnya belum jauh dari kediaman Gerarda, tiba-tiba sebuah bunyi ledakan cukup kencang dan keras ditimbulkan di sekitar tempat kejadian. Rupanya kediaman keluarga Gerarda telah dihancurkan oleh anak buah pria pirang guna menghilangkan barang bukti dan jejak mereka.
"Misi selesai, Tuan. Tapi sayangnya, chip itu tak ada di sana.," ucap sang pria berambut pirang di ponsel yang ia pegang dan segera beranjak meninggalkan kediaman Gerarda.
Sebastian Narendra Gunawan, pria yang tak puas hanya dengan memiliki dua istri. Pria yang juga seorang pengusaha ini memilih menikah 'tuk kali ketiga dengan seorang gadis payung saat kolega bisnisnya memperkenalkannya. Keinginannya untuk menikahi calon istri ketiganya ternyata tak semulus bayangannya. Ada saja hal-hal yang membuat pria kerap disapa Naren itu naik darah, bahkan salah satu istrinya sempat melakukan teror pada calon istri ketiganya jika dia masih bertekad menjadi istri ketiga Naren. Bagaimana kelanjutan kisah pria ini? Apakah Naren berhasil menikah untuk ketiga kalinya atau justru calon istri ketiganya memilih mundur dan melupakan mimpinya menjadi nyonya Naren?
Arnius Nagendra, pria dengan masa lalu kelam yang kini kembali menuntut balas dendam setelah kematian sang istri di tangan sindikat perdagangan manusia internasional yang dipimpin oleh sepupunya sendiri, Janied Marques. Dibantu oleh seorang wanita cantik yang berprofesi sebagai seorang guru taman kanak-kanak yang pada akhirnya harus terjerumus ke dunia abu-abu dan merahasiakan identitas Arnius yang menyamar sebagai guru tempat di mana wanita tersebut bekerja. Siapakah wanita itu? Apa hubungan mereka hanya sebatas rekan kerja dan atas dasar prinsip 'saling membantu?' Mampukah sang wanita tersebut membantu Arnius hingga dendamnya terbalaskan? Apakah benih cinta akan tumbuh di antara mereka berdua atau justru pria itu akan kembali mengulang kelam masa lalunya?
Bella berpikir setelah perceraian, mereka akan berpisah untuk selamanya - pria itu bisa menjalani hidupnya dengan caranya sendiri, sementara dia bisa menikmati sisa hidupnya. Namun, takdir memiliki rencana lain. "Sayangku, aku salah. Maukah kamu kembali padaku?" Pria itu, yang pernah sangat dicintainya, menundukkan kepalanya yang dulu bangga dengan rendah hati. "Aku mohon, kembalilah padaku." Bella dengan dingin mendorong buket bunga yang pria itu tawarkan padanya dan menjawab, "Sudah terlambat. Nasi sudah menjadi bubur!"
Seto lalu merebahkan tubuh Anissa, melumat habis puting payudara istrinya yang kian mengeras dan memberikan gigitan-gigitan kecil. Perlahan, jilatannya berangsur turun ke puser, perut hingga ke kelubang kenikmatan Anissa yang berambut super lebat. Malam itu, disebuah daerah yang terletak dipinggir kota. sepasang suami istri sedang asyik melakukan kebiasaan paginya. Dikala pasangan lain sedang seru-serunya beristirahat dan terbuai mimpi, pasangan ini malah sengaja memotong waktu tidurnya, hanya untuk melampiaskan nafsu birahinya dipagi hari. Mungkin karena sudah terbiasa, mereka sama sekali tak menghiraukan dinginnya udara malam itu. tujuan mereka hanya satu, ingin saling melampiaskan nafsu birahi mereka secepat mungkin, sebanyak mungkin, dan senikmat mungkin.
Menikahi single mom yang memiliki satu anak perempuan, membuat Steiner Limson harus bisa menyayangi dan mencintai bukan hanya wanita yang dia nikahi melainkan anak tirinya juga. Tetapi pernikahan itu rupanya tidak berjalan mulus, membuat Steiner justru jatuh cinta terhadap anak tirinya.
Ketika Nadia mengumpulkan keberanian untuk memberi tahu Raul tentang kehamilannya, dia tiba-tiba mendapati pria itu dengan gagah membantu wanita lain dari mobilnya. Hatinya tenggelam ketika tiga tahun upaya untuk mengamankan cintanya hancur di depan matanya, memaksanya untuk meninggalkannya. Tiga tahun kemudian, kehidupan telah membawa Nadia ke jalan baru dengan orang lain, sementara Raul dibiarkan bergulat dengan penyesalan. Memanfaatkan momen kerentanan, dia memohon, "Nadia, mari kita menikah." Sambil menggelengkan kepalanya dengan senyum tipis, Nadia dengan lembut menjawab, "Maaf, aku sudah bertunangan."
Setelah tiga tahun menikah yang penuh rahasia, Elsa tidak pernah bertemu dengan suaminya yang penuh teka-teki sampai dia diberikan surat cerai dan mengetahui suaminya mengejar orang lain secara berlebihan. Dia tersentak kembali ke dunia nyata dan bercerai. Setelah itu, Elsa mengungkap berbagai kepribadiannya: seorang dokter terhormat, agen rahasia legendaris, peretas ulung, desainer terkenal, pengemudi mobil balap yang mahir, dan ilmuwan terkemuka. Ketika bakatnya yang beragam diketahui, mantan suaminya diliputi penyesalan. Dengan putus asa, dia memohon, "Elsa, beri aku kesempatan lagi! Semua harta bendaku, bahkan nyawaku, adalah milikmu."
Kisah Cinta Jimmy Hugo mafia yang sangat berkuasa dengan Graziela yang merupakan puteri dari mendiang sahabatnya! Perbedaan usia yang sangat jauh serta banyaknya musuh di kehidupan Jimmy membuat kisah cinta beda usia itu penuh aksi namun romantis.