/0/14111/coverbig.jpg?v=bf25a176b00c418376355bc8252f0915)
Pemuda itu tidak bisa diam meratapi nasibnya yang malang meski persaingan untuk mendapatkan mahkota sangatlah ketat. Dia punya rencana sendiri, akan tetapi ada hal tak terduga malah terjadi sesaat sebelum memulai rencana. Ada apa?
Kenyataan takkan pernah bisa berubah. Bocah itu masih menatap ke arah langit dengan wajah cukup heran, agak kagum dan juga serasa bebas. Dia masih mempertahankan senyuman lebar miliknya itu tanpa mengindahkan apa yang ada di sekitar. Bocah polos manapun pasti akan melakukan hal sama.
Lantas, seseorang dengan umur sangart tua berkata pada bocah tersebut.
"Suatu hari mungkin ini akan berguna. Akan tetapi, kau harus membuang semua kepercayaan dan memilih jalan baru untuk menjadi sosok lebih kuat."
<> Z E R O <>
Tanpa basa-basi pemuda berambut biru berpakaian nyaman nan indah mulai bangun dengan wajah agak cukup penasaran. Mengapa dia bermimpi hal sama setiap hari di akhir cerita?
Dia melihat cermin dan segera berdiri, lalu berjalan menghampiri pintu sambil mempertahankan wajah dingin seperti biasa.
Iya. Sesosok pemuda barusan adalah Ryuta Ryukiriga. Dirinya kini tengah berjalan menuju ke kamar mandi. Sebelum sampai disana. Terdapat seorang gadis berambut hitam sebahu dengan pakaian pelayan warna putih hitam memberikan satu buah handuk biasa dan satu buah handuk badan.
"Selamat pagi, tuan Ryuta. Silahkan."
"Terima kasih."
Ryuta menerima handuk itu, kemudian melanjutkan perjalanan untuk menuju ke kamar mandi. Saat sampai di depan pintu ada seseorang lagi menyapanya.
"Pagi, kak Ryuta."
"Ah. Pagi juga, Haruna."
"Kakak baru bangun ya? Hahahaha." Gadis kecil yang jauh lebih kecil dari Ryuta tertawa ceria.
Gadis di dekat Ryuta adalah Haruna Ryukiriga. Adik pertamanya sekaligus anak keempat dalam keluarga Ryukiriga. Mempunyai ciri fisik rambut berwarna merah sedikit ungu sebab tercampur warna biru, pendek, suka tersenyum ramah nan hangat serta selalu menunjukkan energi positif.
Ia tengah mengelap rambut panjang sekitar setengah punggung menggunakan handuk cukup kuat.
"Ya begitulah," jawab Ryuta berwajah biasa dan berjalan ke arah dalam rumah.
Meski bisa dibilang Ryuta selalu biasa saja dan dingin. Namun dia adalah orang paling perhatian secara tersirat. Siapapun yang mengenal Ryuta pasti tahu bagaimana cara dia bertindak.
Setelah masuk di kamar mandi. Ryuta sedikit melamun sambil memikirkan sesuatu.
"Apa aku lebih menyukai kesendirian?"
Sebagai seseorang dengan kemampuan belum diketahui dan baru berusia enam belas tahun. Dia masih mencari rencana untuk mengembangkan kemampuan bersama potensi dalam diri sendiri. Mungkin mereka semua harus saling bersaing mendapatkan gelar mahkota berikutnya.
Dimulai dari kakak pertama dan kedua Ryuta, lalu Ryuta sendiri dan kedua adiknya sendiri. Sejak awal dia kurang tertarik pada posisi menjadi seorang pemimpin kerajaan. Bukan apa-apa. Menjadi seorang pemimpin butuh banyak aspek. Apalagi saat seseorang masih muda lebih baik mencoba mengembangkan diri terlebih dahulu sambil mencari pengalaman.
Karena melamun sedikit lama. Dia segera berendam pada onsen sangat luas dalam kamar mandi kira-kira sepuluh meter.
"Benar juga. Kalau aku tidak bisa melakukan berbagai hal, untuk apa menjadi raja huh?" tanya Ryuta dalam kesendirian dengan rileks.
Dia memejamkan mata seolah sedang tertidur. Siapa sangka Ryuta memasuki alam bawah sadar.
Terdapat sebuah pedang menancap di sebuah batu bekas tubuh seekor naga serba putih. Orang tua yang sering Ryuta temui di mimpi muncul kembali. Anehnya Ryuta malah terbiasa akan hal tersebut.
"Ryuta. Pedang ini bukan hayalan, melainkan pilihan. Mungkin bagimu lama untuk menjadi seorang pemimpin. Apa yang kau katakan adalah hal benar. Gali potensimu dahulu. Suatu hari pedang ini pasti bisa kau cabut saat ada sayembara pemilihan sebagai penerus raja Kerajaan Xenocyte."
"Apa maksudmu-???" Ryuta merasa heran.
Segera saja dia tersadar dari lamunan dan langsung mandi seperti biasa sebab mulai kepikiran soal maksud perkataan barusan yang agak membingungkan.
Entah mengapa mengganggu sekali pernyataan orang tua barusan dalam bayangan Ryuta.
Sekitar sepuluh menit. Di depan pintu kamar. Lelaki berambut putih sedikit abu-abu berdiri. Ia memberikan hormat saat saling berdekatan satu sama lain.
"Selamat pagi, tuan Ryuta."
"Ah. Selamat pagi juga Lory. Apakah ada agenda khusus hari ini?" tanya Ryuta kepada lelaki tersebut.
Namun sebelum menjawab pertanyaan Ryuta. Laki-laki seumuran dengan Ryuta memberikan respon kalau lebih baik berganti baju terlebih dahulu sebab agar enak dilihat.
"Benar juga. Baiklah."
Setelah berganti pakaian. Lory mulai masuk. Kemudian mulai membacakan agenda kegiatan satu demi satu.
Pertama belajar di Akademi Xeno dari jam tujuh sampai jam dua belas. Disusul latihan berpedang bersama David dan Shiro selama tiga jam tanpa henti. Acara terakhir ialah belajar soal pengetahuan umum.
Karena mendengar pelajaran serta latihan. Dia jadi sedikit agak murung.
"Ah. Merepotkan juga menjadi seorang calon putra mahkota. Menyebalkan."
"Tidak masalah bagimu untuk mengeluh, tuan Ryuta. Asalkan anda mampu bisa menjalani kegiatan ini saya takkan keberatan."
"Hei, Lory. Apakah kau pernah merasa kurang berguna?"
Pandangan pemuda berambut abu-abu tersebut mulai agak berbelok menuju ke arah jendela.
"Sering."
"Aku belum menemukan jati diriku seperti apa."
"Itu wajar, tuan."
"Tidak. Kau sudah mempunyainya, yang lain juga. Aku kesusahan mencari."
Sebagai anak seorang raja besar. Terkadang dia ingin berusaha agar menjadi lebih berbakat dari keempat saudaranya sendiri. Namun bukan sebuah hal mudah mencari potensi terbaik dalam diri seseorang. Apalagi berlatih keras sejak lama. Mungkin jalan satu-satunya Ryuta sekarang hanyalah melepas nama Ryukiriga.
Lory berkata dengan nada kurang sopan.
"Tuan Ryuta! Anda hanya kurang beruntung saja. Saya mohon jangan berkata kalau anda tak berbakat. Mau sehebat apapun suatu bakat, kalau kekuatan itu digunakan untuk menyakiti untuk apa?!"
"Bukan begitu, Lory. Aku hanya-"
Sebelum meneruskan perkataan. Ryuta sekarang lebih memilih mengurungkan niat utamanya berbicara lebih dalam lagi. Dia langsung pergi setelah berpakaian rapi sebab menuju ke akademi.
"Tunggu, tuan Ryuta!"
Di tengah perjalanan. Ryuta berpapasan dengan dua orang pakaian berbeda. Satu memakai pakaian kasual rajutan hijau daun bersama pita warna pink pada bagian bawah leher rok hitam setengah paha.
Satu lagi berpakaian ala seorang petualang dengan zirah ringan menutup bagian vitalnya.
"Halo, Ryuta! Pagi."
"Pagi juga, Tetsuya dan juga Ayumi."
Mereka berdua adalah sahabat Ryuta.
Tetsuya Kizu dan Ayumi Rin. Selain Lory Kyousuke yang merupakan sahabat Ryuta sejak lama, mereka berdua juga saling mengenal lebih lama lagi.
"Kau kelihatan agak murung hari ini ya?" gadis berambut hitam berkucir satu tersebut bertanya sambil tersenyum penuh rasa penasaran.
"Tidak ada masalah, hanya saja aku masih mencari tahu sesuatu."
Tetsuya yang peka menjetikkan jari satu kali. Ia tahu sesuatu mengenai masalah pangeran wajah dingin itu.
"Ryuta. Apakah ini mengenai mencari potensi ya?"
"Hmm," jawab Ryuta agak menunjukkan rasa malas.
"Memang pangeran yang satu ini bermasalah ya dalam menggali kemampuan diri sendiri." Ayumi berkata dengan nada bercanda.
Garis waktu dan takdir terkadang sulit berhubungan satu sama lain bagaikan langit dan bumi. Apalagi dalam masalah Ryuta sekarang ialah tentang menjadi lebih kuat tanpa merasa ada tekanan.
Tumbuh alami adalah hal yang tidak dimiliki oleh Ryuta dari dulu sampai sekarang.
Raina terlibat dengan seorang tokoh besar ketika dia mabuk suatu malam. Dia membutuhkan bantuan Felix sementara pria itu tertarik pada kecantikan mudanya. Dengan demikian, apa yang seharusnya menjadi hubungan satu malam berkembang menjadi sesuatu yang serius. Semuanya baik-baik saja sampai Raina menemukan bahwa hati Felix adalah milik wanita lain. Ketika cinta pertama Felix kembali, pria itu berhenti pulang, meninggalkan Raina sendirian selama beberapa malam. Dia bertahan dengan itu sampai dia menerima cek dan catatan perpisahan suatu hari. Bertentangan dengan bagaimana Felix mengharapkan dia bereaksi, Raina memiliki senyum di wajahnya saat dia mengucapkan selamat tinggal padanya. "Hubungan kita menyenangkan selama berlangsung, Felix. Semoga kita tidak pernah bertemu lagi. Semoga hidupmu menyenangkan." Namun, seperti sudah ditakdirkan, mereka bertemu lagi. Kali ini, Raina memiliki pria lain di sisinya. Mata Felix terbakar cemburu. Dia berkata, "Bagaimana kamu bisa melanjutkan? Kukira kamu hanya mencintaiku!" "Kata kunci, kukira!" Rena mengibaskan rambut ke belakang dan membalas, "Ada banyak pria di dunia ini, Felix. Selain itu, kamulah yang meminta putus. Sekarang, jika kamu ingin berkencan denganku, kamu harus mengantri." Keesokan harinya, Raina menerima peringatan dana masuk dalam jumlah yang besar dan sebuah cincin berlian. Felix muncul lagi, berlutut dengan satu kaki, dan berkata, "Bolehkah aku memotong antrean, Raina? Aku masih menginginkanmu."
"Meskipun merupakan gadis yatim piatu biasa, Diana berhasil menikahi pria paling berkuasa di kota. Pria itu sempurna dalam segala aspek, tetapi ada satu hal - dia tidak mencintainya. Suatu hari setelah tiga tahun menikah, dia menemukan bahwa dia hamil, tetapi hari itu juga hari suaminya memberinya perjanjian perceraian. Suaminya tampaknya jatuh cinta dengan wanita lain, dan berpikir bahwa istrinya juga jatuh cinta dengan pria lain. Tepat ketika dia mengira hubungan mereka akan segera berakhir, tiba-tiba, suaminya tampaknya tidak menginginkannya pergi. Dia sudah hampir menyerah, tetapi pria itu kembali dan menyatakan cintanya padanya. Apa yang harus dilakukan Diana, yang sedang hamil, dalam jalinan antara cinta dan benci ini? Apa yang terbaik untuknya?"
Binar Mentari menikah dengan Barra Atmadja,pria yang sangat berkuasa, namun hidupnya tidak bahagia karena suaminya selalu memandang rendah dirinya. Tiga tahun bersama membuat Binar meninggalkan suaminya dan bercerai darinya karena keberadaannya tak pernah dianggap dan dihina dihadapan semua orang. Binar memilih diam dan pergi. Enam tahun kemudian, Binar kembali ke tanah air dengan dua anak kembar yang cerdas dan menggemaskan, sekarang dia telah menjadi dokter yang berbakat dan terkenal dan banyak pria hebat yang jatuh cinta padanya! Mantan suaminya, Barra, sekarang menyesal dan ingin kembali pada pelukannya. Akankah Binar memaafkan sang mantan? "Mami, Papi memintamu kembali? Apakah Mami masih mencintainya?"
Hari itu adalah hari yang besar bagi Camila. Dia sudah tidak sabar untuk menikah dengan suaminya yang tampan. Sayangnya, sang suami tidak menghadiri upacara tersebut. Dengan demikian, dia menjadi bahan tertawaan di mata para tamu. Dengan penuh kemarahan, dia pergi dan tidur dengan seorang pria asing malam itu. Dia pikir itu hanya cinta satu malam. Namun yang mengejutkannya, pria itu menolak untuk melepaskannya. Dia mencoba memenangkan hatinya, seolah-olah dia sangat mencintainya. Camila tidak tahu harus berbuat apa. Haruskah dia memberinya kesempatan? Atau mengabaikannya begitu saja?
Novel ini berisi kompilasi beberapa cerpen dewasa terdiri dari berbagai pengalaman percintaan penuh gairah dari beberapa karakter yang memiliki latar belakang profesi yan berbeda-beda serta berbagai kejadian yang dialami oleh masing-masing tokoh utama dimana para tokoh utama tersebut memiliki pengalaman bercinta dengan pasangannya yang bisa membikin para pembaca akan terhanyut. Berbagai konflik dan perseteruan juga kan tersaji dengan seru di setiap cerpen yang dimunculkan di beberapa adegan baik yang bersumber dari tokoh protagonis maupun antagonis diharapkan mampu menghibur para pembaca sekalian. Semua cerpen dewasa yang ada pada novel kompilasi cerpen dewasa ini sangat menarik untuk disimak dan diikuti jalan ceritanya sehingga menambah wawasan kehidupan percintaan diantara insan pecinta dan mungkin saja bisa diambil manfaatnya agar para pembaca bisa mengambil hikmah dari setiap kisah yan ada di dalam novel ini. Selamat membaca dan selamat menikmati!
Untuk membayar hutang, dia menggantikan pengantin wanita dan menikahi pria itu, iblis yang ditakuti dan dihormati semua orang. Sang wanita putus asa dan kehabisan pilihan. Sang pria kejam dan tidak sabaran. Pria itu mencicipi manisnya sang wanita, dan secara bertahap tunduk pada nafsu adiktif. Sebelum dia menyadarinya, dia sudah tidak dapat melepaskan diri dari wanita tersebut. Nafsu memicu kisah mereka, tetapi bagaimana cinta bersyarat ini akan berlanjut?