/0/14101/coverbig.jpg?v=9698cb11fa6eb792c31f6439f437c104)
Angeline adalah seorang pekerja keras, ia baru saja dipecat dari tempat kerjanya karena fitnah rekan kerjanya. Angeline yang harus menjadi tulang punggung keluarganya berusaha mencari pekerjaan apa pun yang bisa menghasilkan. Hingga akhirnya ia bertemu dengan Bryan yang menawarkan sebuah pekerjaan dengan bayaran yang sangat tinggi. Bryan adalah seorang presdir perusahaan ternama. Dirinya yang sebagai keturunan terakhir dituntut untuk segera menikah agar bisa meneruskan keturunan. Dijodohkan dengan kenalan ibu tirinya, membuat Bryan enggan melakukannya karena tau niat dibalik sikap sang ibu tiri. Bryan pun bertemu dengan Angeline dan menawarkan pekerjaan untuk menyewakan rahimnya dan melahirkan keturunannya. Apakah Angeline bersedia untuk menyewakan rahimnya dan melahirkan anak dari Bryan? Akan kah benih-benih cinta tumbuh di antara keduanya dan menjadikan pernikahan mereka sebagai pernikahan yang sah?
Langkah kaki seorang pria memasuki sebuah restoran bintang tujuh. Restoran mewah dengan pelayanan bak istana. Pria tampan yang hendak memasuki usia empat puluh tahun itu mencuri perhatian para pelanggan yang berada di sana.
Tubuhnya yang tegap dengan porposi yang sempurna. Hidung mancung, bibir tipis dengan sedikit bulu halus memenuhi dagu dan sekitar lehernya. Menambah maskulin yang ia tampilkan. Rambut hitam yang tertata rapih, Bryan duduk di salah satu meja yang sudah direservasi sebelumnya.
"Kau datang terlambat."
Terdengar suara seorang wanita yang tak jauh berbeda usianya dengannya. Ibu tiri yang terpaut hanya lima tahun darinya. Wanita bernama Jennifer Rose itu baru saja menerima status janda karena kematian suaminya, alias ayah Bryan seminggu yang lalu. Tepat di sampingnya seorang wanita muda yang terus menatap Bryan tanpa kedip sejak kedatangannya.
"Aku sibuk, kau tau? Mengurus perusahaan yang ditinggal oleh Papa sangat membuatku lelah," ucap Bryan terdengar sinis. Terlihat ia sama sekali tidak menyukai ibu tirinya itu yang sudah menikahi ayahnya selama lima tahun.
Nyonya Rose mendelik kesal, ia pun sama tak sukanya dengan Bryan. Namun, status di antara keduanya membuat Nyonya Rose memendam amarahnya itu.
"Kau tau, usiamu sudah tak lagi muda. Dan aku pun sangat tidak mungkin melahirkan adik untukmu.
Terlebih semenjak kepergian ayahmu, aku sangat kesepian," ucap Nyonya Rose dengan nada dibuat sangat manis.
Bryan menyunggingkan bibirnya, ia tahu ucapan ibu tirinya itu hanyalah sebuah kebohongan yang sengaja ia buat.
"Dan aku sama sekali tidak mengharapkan seorang adik darimu."
"Kau selalu bersikap tidak sopan padaku."
"Haruskah?"
Nyonya Rose kembali menahan napas, ia tau belum saatnya untuk marah pada anak tirinya itu. Ia pun melebarkan senyumnya dan menatap ke arah gadis di sampingnya.
"Kenalkan, dia Lucy Mariel. Lulusan S2 di London jurusan hukum. Dan saat ini sedang membangun perusahaan firmanya sendiri."
"Hai, salam kenal. Aku Lucy, aku ... sangat menyukaimu sejak pertama kali kita bertemu," ucap Lucy tanpa sungkan.
"Apa ... kita pernah bertemu sebelumnya?" tanya Bryan heran.
"Ya, saat peringatan ulang tahun perusahaanmu yang ke lima puluh tahun. Kita bahkan sempat berbincang sebentar," ucap Lucy tersenyum malu-malu.
"Ahh, begitu rupanya. Lalu?"
"Aku berencana untuk membuat kalian tunangan –ah bukan tapi membuat pesta tunangan kalian berdua lalu pesta pernikahan yang meriah pastinya."
"Apa?"
"Kau tau Bryan, kita tidak pernah tau akan hidup sampai kapan bukan? Karena itu, kau harus meneruskan garis keturunan papamu. Aku tidak bisa memberikan adik untukmu, jadi kenapa tidak kau yang memberikan aku seorang cucu? Meski pun aku terlalu muda untuk menjadi seorang nenek. Tapi, akan aku pastikan untuk menjadi nenek yang penyayang untuk anakmu," tutur Nyonya Rose dengan senyuman penuh kemenangan.
Nyonya Rose tau jika Bryan sama sekali tidak bisa menolak pertunangan yang akan ia lakukan. Bryan tak punya alasan, karena ia pun tak memiliki pacar. Terlebih banyak gosip yang beredar bahwa Bryan sama sekali tidak tertarik dengan seorang wanita.
Karena itu, ini menjadi peluang yang sangat besar untuk menguasai ahli waris yang akan Bryan lahirkan. Dari gadis yang sebenarnya masih satu kerabat dengan Nyonya Rose. Akan ia pastikan semua harta kekayaan suaminya itu jatuh kepada tangannya. Bryan hanya terdiam dengan meminum wine yang sudah tersaji di atas meja. Tanpa kata, malam itu pun berlangsung dengan damai dan kemenangan Nyonya Rose.
Seorang wanita berambut panjang berlarian dengan penuh kekuatan. Sepatu kets yang sudah kusam dan tak layak pakai membungkus kaki mungilnya. Dalam pelariannya, Angeline terus melihat jam di tangannya dan terus berlari memasuki pusat pembelanjaan yang sedang ramai.
Satu tangannya membawa sekantong paper bag yang berisi sebuah gaun mahal yang ia dapatkan dari salah satu butik ternama. Angeline tak perduli dengan pandangan orang-orang yang terganggu akan kehadirannya yang terlihat rusuh dan tak mau mengalah.
Wajahnya sudah penuh dengan bulir keringat, tapi Angeline tak kunjung berhenti. Hingga di salah satu tempat pertunjukkan terlihat beberapa orang yang sedang menunggu dengan gelisah. Angeline menambah kekuatannya dan menghampiri orang tersebut.
"Kenapa lama sekali? Apa kau tau acaranya akan mulai sebentar lagi!" omel wanita itu yang memakai jasa Angeline untuk mengambilkan gaunnya tepat sepuluh menit sebelum acaranya dimulai.
"Aku ... sudah belari secepat mungkin. Kalau kau, memintaku mengambil gaunmu lima menit lebih awal mungkin aku bisa datang lebih cepat," ucap Angeline dengan napas yang tersenggal.
"Aku gak perduli! Aku sudah bayar pakai ewallet yaa," ucapnya dan masuk tanpa mengucapkan terimakasih.
Angeline pun mengecek ponselnya dan tersenyum karena pembayarannya sudah masuk. Ia pun berjalan lunglai menuju kursi taman tak jauh dari tempatnya berada. Ia mengeluarkan sebotol air meneral dan meminumnya langsung habis dalam sekali teguk.
Angeline menatap orang-orang yang datang ke tempatnya berada. Memakai gaun yang cantik dan riasan yang cukup menor. Di beberapa sisi terdapat banner pemberitahuan tentang pertunjukan fanmeeting salah satu boyband Korea yang datang ke sana.
"Kenapa ... wajah mereka sama semua?" tanya Angeline yang sama sekali tidak tau dunia hiburan karena sibuk bekerja sejak ia sekolah.
Sudah tiga bulan Angeline bekerja serabutan semenjak dirinya dipecat dari tempatnya bekerja dulu. Salah satu rekan kerjanya memfitnah Angeline hingga dirinya dipecat tanpa pesangon oleh bosnya.
Hal ini membuat Angeline yang menjadi seorang tulang punggung harus bekerja siang malam demi memenuhi kebutuhan keluarganya dan membayar biaya rumah sakit sang ibu yang menderita gagal ginjal dan mengharuskan cuci darah seminggu sekali.
Ditambah seorang adik yang masih sekolah di bangku kelas tiga SMA. Angeline bersedia bekerja apa saja asalkan mendapatkan penghasilan yang sepadan. Bahkan ia pernah menjadi badut di carnaval seharian.
Ponsel Angeline berdering, ia pun melihatnya dan sebuah pesanan masuk.
"Supir pengganti?" gumam Angeline sembari bangkit dari tempatnya duduk. Tak berapa lama, Angeline tiba di parkiran restoran mewah. Seorang supir menghampiri Angeline yang terlihat tampak pucat.
"Aku harus pergi dan tidak bisa mengantar tuanku, apa kau bisa mengantarnya sampai rumah?" ucap supir tersebut.
"Tentu saja, aku punya sim A."
"Baiklah, aku sudah membayarmu diawal. Jadi, pastikan untuk mengantarnya dengan selamat."
Satu jam menunggu di dalam mobil, seorang pria datang mendekat dan mengetuk jendela mobil. Angeline langsung keluar dan dengan sigap membukakan pintu belakang.
"Siapa kau?" tanya Bryan yang rupanya bos dari supir yang digantikan oleh Angeline.
"Halo, aku supir pengganti yang akan mengantarkan Anda sampai rumah. Silahkan masuk," ucap Angeline dengan suara yang lemah.
Bryan memandangnya dengan tatapan tidak suka, terlebih wajah Angeline yang tampak pucat membuat Bryan ragu.
"Pulanglah, biar aku yang membawa mobilnya," usir Bryan dan menutup pintu yang dibukakan oleh Angeline.
Angeline terkejut dan terdiam tanpa bergerak sedikit pun.
Evelyn, seorang desainer muda berbakat, terjebak dalam mimpinya yang terhambat oleh keterbatasan modal. Di tengah pameran desain bergengsi di New York, takdir mempertemukannya dengan Alexander, seorang miliarder muda yang keren dan ambisius. Tawaran Alexander untuk membantu membuka jalan Evelyn masuk ke dunia fashion. Keraguan bercampur rasa penasaran menyelimuti Evelyn. Di balik kesuksesan Alexander, ada sisi humoris dan penyayang yang meluluhkan hatinya. Cinta mereka bersemi di tengah perbedaan status dan ambisi. Namun, rintangan tak bisa dihindari. Rasa cemburu dan iri hati mengancam kebahagiaan mereka. Mampukah cinta Evelyn dan Alexander bertahan menghadapi badai?
Angeline adalah seorang pekerja keras, ia baru saja dipecat dari tempat kerjanya karena fitnah rekan kerjanya. Angeline yang harus menjadi tulang punggung keluarganya berusaha mencari pekerjaan apa pun yang bisa menghasilkan. Hingga akhirnya ia bertemu dengan Bryan yang menawarkan sebuah pekerjaan dengan bayaran yang sangat tinggi. Bryan adalah seorang presdir perusahaan ternama. Dirinya yang sebagai keturunan terakhir dituntut untuk segera menikah agar bisa meneruskan keturunan. Dijodohkan dengan kenalan ibu tirinya, membuat Bryan enggan melakukannya karena tau niat dibalik sikap sang ibu tiri. Bryan pun bertemu dengan Angeline dan menawarkan pekerjaan untuk menyewakan rahimnya dan melahirkan keturunannya. Apakah Angeline bersedia untuk menyewakan rahimnya dan melahirkan anak dari Bryan? Akan kah benih-benih cinta tumbuh di antara keduanya dan menjadikan pernikahan mereka sebagai pernikahan yang sah?
Kulihat ada sebuah kamera dengan tripod yang lumayan tinggi di samping meja tulis Mamih. Ada satu set sofa putih di sebelah kananku. Ada pula pintu lain yang tertutup, entah ruangan apa di belakang pintu itu. "Umurmu berapa ?" tanya Mamih "Sembilanbelas, " sahutku. "Sudah punya pengalaman dalam sex ?" tanyanya dengan tatapan menyelidik. "Punya tapi belum banyak Bu, eh Mam ... " "Dengan perempuan nakal ?" "Bukan. Saya belum pernah menyentuh pelacur Mam. " "Lalu pengalamanmu yang belum banyak itu dengan siapa ?" "Dengan ... dengan saudara sepupu, " sahutku jujur. Mamih mengangguk - angguk sambil tersenyum. "Kamu benar - benar berniat untuk menjadi pemuas ?" "Iya, saya berminat. " "Apa yang mendorongmu ingin menjadi pemuas ?" "Pertama karena saya butuh uang. " "Kedua ?" "Kedua, karena ingin mencari pengalaman sebanyak mungkin dalam soal sex. " "Sebenarnya kamu lebih tampan daripada Danke. Kurasa kamu bakal banyak penggemar nanti. Tapi kamu harus terlatih untuk memuaskan birahi perempuan yang rata - rata di atas tigapuluh tahun sampai limapuluh tahunan. " "Saya siap Mam. " "Coba kamu berdiri dan perlihatkan punyamu seperti apa. " Sesuai dengan petunjuk Danke, aku tak boleh menolak pada apa pun yang Mamih perintahkan. Kuturunkan ritsleting celana jeansku. Lalu kuturunkan celana jeans dan celana dalamku sampai paha.
Cerita ini hanya fiksi belaka. Karanga author Semata. Dan yang paling penting, BUKAN UNTUK ANAK2. HANYA UNTUK DEWASA. Cinta memang tak pandang tempat. Itulah yang sedang Clara rasakan. Ia jatuh cinta dengan ayah tirinya sendiri bernama Mark. Mark adalah bule yang ibunya kenal saat ibunya sedang dinas ke Amerika. Dan sekarang, ia justru ingin merebut Mark dari ibunya. Gila? Tentu saja. Anak mana yang mau merebut suami ibunya sendiri. Tapi itulah yang sekarang ia lakukan. Seperti gayung bersambut, Niat Clara yang ingin mendekati Mark diterima baik oleh pria tersebut, apalagi Clara juga bisa memuaskan urusan ranjang Mark. Akankah Clara berhasil menjadikan Mark kekasihnya? Atau lebih dari itu?
Ava menarik nafas panjang sebelum melepas penutup terakhir tubuhnya. Dan kali ini, yang hadir hanyalah ketelanjangan yang membebaskan, ketelanjangan yang membebaskannya dari pakaian kepalsuan yang menutupinya selama ini. Ava memejamkan mata, menikmati udara sore dan dingin air yang mengalir membasahi tubuhnya. Sore itu ia merasa menyatu dengan alam.
Kisah cinta yang terhalang oleh status dan derajat antara pembantu dan sang majikan. Akankah berakhir indah atau malah sebaliknya?
Menikah untuk sebagian orang adalah suatu kebahagian namun, berbeda dengan Ayudia. Gadis cantik itu, dipaksa untuk menikahi kakak iparnya sendiri. Pernikahan yang terjadi nyatanya, membuat hidup Ayudia menderita. Aidan memperlakukan Ayudia bukan seperti seorang suami kepada istrinya. Pria itu dengan sangat tega menyiksa istri barunya begitu kejam. Aidan melakukan hal itu karena ingin membalas dendam, akibat kepergian sang istri pertama yang tak lain adalah kakak Ayudia. Pernikahan yang terjadi seperti neraka bagi Ayudia, dirinya dipaksa untuk melakukan apapun oleh Aidan. Bahkan perbuatan yang dilakukan oleh Aidan, menimbulkan sebuah trauma mendalam pada Ayudia. Mampukah Ayudia bertahan dengan pernikahan ini? Ada kebahagiaan yang datang pada hubungan mereka?
Hari itu adalah hari yang besar bagi Camila. Dia sudah tidak sabar untuk menikah dengan suaminya yang tampan. Sayangnya, sang suami tidak menghadiri upacara tersebut. Dengan demikian, dia menjadi bahan tertawaan di mata para tamu. Dengan penuh kemarahan, dia pergi dan tidur dengan seorang pria asing malam itu. Dia pikir itu hanya cinta satu malam. Namun yang mengejutkannya, pria itu menolak untuk melepaskannya. Dia mencoba memenangkan hatinya, seolah-olah dia sangat mencintainya. Camila tidak tahu harus berbuat apa. Haruskah dia memberinya kesempatan? Atau mengabaikannya begitu saja?