/0/14034/coverbig.jpg?v=20230913140628)
Jihan adalah sosok gadis muda yang mempunyai kekuatan ghaib, Jihan terjebak di dunia Jingga saat melakukan ritual bersama dua orang sahabatnya, Jihan mengalami hari-hari yang begitu cepat di dunia Jingga, padahal di dunia manusia baru hanya beberapa hari saja.
"Aarrgh...! ya Allah....!!"
"Ummiiii....!" Jihan berteriak sekuat-kuatnya memanggil Umminya, karena Jihan paling dekat dengan Lolita.
"Flooo...! Giiii...!" Jihan menatap lekat wajah dua sahabatnya itu, dan perlahan pandangan Jihan menjadi buram.
Jihan mengulurkan tangannya pertanda minta tolong pada Flora dan Anggi.
Tapi perlahan-lahan seluruh tubuhnya berubah menjadi partikel-partikel kecil, Jihan merasakan di sekujur tubuhnya sakit yang luar biasa. Jihan tidak bisa lagi mengeluarkan suara, bahkan tidak bisa juga melihat tubuhnya. Jiwa raganya terhisap oleh cahaya terang berwarna jingga yang berasal dari pohon kayu palem itu.
Perlahan tubuhnya yang menjadi partikel-partikel memasuki ruang waktu, menuju cahaya yang sangat terang. Sedikit demi sedikit tubuhnya menyatuh kembali dan terdengar kembali teriakan melengking keluar dari mulut Jihan.
"Aaakhh...!"
"Aaarrghh...!"
"Sakittttt....!"
Kedua tangan Jihan mendekap ditubuhnya, Jihan menggigil hebat, keringat pun mengucur deras. Sedangkan badannya masih merasakan sakit yang luar biasa, Jihan berusaha bangkit untuk berjalan, tapi tidak sanggup. Jangankan untuk berjalan, sekedar menggulingkan badan saja tidak sanggup.
Jihan pun menyerah, perlahan-lahan tubuhnya tidak bisa bergerak dan matanya sayup-sayup hingga tak sadarkan diri.
**
Tiga hari kemudian Jihan merasakan silau yang teramat, ia tengadahkan tangannya, sebagai bentuk untuk menghindari cahaya mentari yang teramat terang itu. Ia pun bangkit, terduduk bingung, memutar-mutarkan tubuhnya memandang ke sekeliling.
"Dimana aku..?"
"kok.., kok..," Jihan kebingungan, karena dia melihat seluruh cahaya berwarna jingga. Jihan berjalan ragu-ragu, dia melihat sepanjang mata memandang dipenuhi pohon buah. Jihan terus melangkah, akan tetapi tidak lama cacing diperutnya pun tidak bisa diajak kompromi.
"Duuuh..! laper banget...!" Jihan mempercepat langkahnya menuju pohon buah, ia meraih beberapa buah & langsung memakan buah itu dengan lahap.
"Buah apa ini? enak banget!" Jihan memindai sekeliling dia berdiri. Ia terheran-heran karena melihat beraneka macam pohon buah berada disekitarnya.
Setelah puas Jihan pun berjalan kesembarang arah dan menemukan sungai, ia langsung menjeburkan dirinya.
'byuurr...'
Jihan tersenyum puas, terasa segar sekali dan menyejukkan. Badannya yang tadinya terasa lelah, letih, dan haus, seketika hilang setelah masuk kealiran sungai tersebut.
"kok airnya terasa manis ya.. segarnya.. dingin juga..!" Jihan berguman, sambil tangannya ia ciduk-cidukkan diair, ia pandangi air tersebut lekat-lekat.
"Jernih sekali airnya," Jihan menumpahkan air yang diciduknya tadi, ia lihat didalam air banyak sekali ikan-ikan berenang.
"sungguh indah sekali..!" Lagi-lagi Jihan terkagum-kagum.
Setelah puas berendam Jihan pun mendarat, ia kibas-kibaskan rambutnya.
Jihan pandangi matahari yang bersinar terang berwarna jingga itu.
"Dunia apa ini sebenarnya?" Jihan tiba-tiba tersadar dengan apa yang terjadi, ia teringat dengan kejadian telefortasi dirinya beberapa waktu lalu, ia tidak bisa mengingat seperti apa proses kejadian tersebut.
"Aku harus pergi dari sini," guman Jihan, ia pun bergegas bangkit dan berjalan mengikuti arah matahari terbit, tanpa mengenal lelah dia terus melangkah tergesa-gesa, matanya dengan liar memindai-mindai sekitarnya. Jihan belum juga menemukan sebuah petunjuk apapun, sepanjang perjalanannya ia hanya mendapati pohon buah-buahan yang lebat berbuah.
Setelah berjalan cukup lama dia menemukan sebuah rel kereta api, tiba-tiba..
'Tuuuutttt.... ttuuuutttt... ttuuuutttt...! jek... jek... jek..!" suara kereta api, Jihan yang masih ditengah rel kereta api pun kaget bukan main, ia pun dengan sigap menyingkir dari rel. Jihan pandangi kereta yang baru melintasinya.
'Aneh bentuk keretanya,' Fikir Jihan, ia pandangi terus kereta itu. Lama kelamaan Kereta itu menurunkan kecepatan dan perlahan berhenti.
Betapa bahagianya Jihan, ternyata kereta itu berhenti distasiun yang tidak jauh dari dirinya berada.
'Syukurlah aku bisa menemukan jalan pulang ,' Jihan berangan-angan, sambil menyelusuri rel kereta api tersebut. Tak sabar rasanya segera sampai distasiun dan menanyakan banyak hal.
Sesampai distasiun
"Hallo.. Permisi, ini dimana ya?" Jihan bertanya pada seorang gadis yang berdiri disekitar stasiun, gadis itu terlihat anggun sekali dengan balutan baju dan jilbab yang menutupi tubuhnya, gadis itu bernama Cely (bulan) yang kelihatannya seumuran dengan Jihan.
Cely menoleh dan tersenyum manis
"Assalamu'alaikum kak..!" balas Cely, dengan tersenyum ramah, wajahnya terlihat cantik sekali.
"E.. e e.. Wa'alaikumussalam..!" sahut Jihan terbata-bata dan tersipu malu, ia tidak mengira gadis itu mengucapkan salam khas Islam.
"Maaf kak, saya mau tanya saya ada dimana ya..?" pandangan Jihan terus saja memindai sekitarnya, terlibat wajah-wajah yang ramah.
"Kakak ada di...
Kisah asmara para guru di sekolah tempat ia mengajar, keceriaan dan kekocakan para murid sekolah yang membuat para guru selalu ceria. Dibalik itu semua ternyata para gurunya masih muda dan asmara diantara guru pun makin seru dan hot.
Menikahi single mom yang memiliki satu anak perempuan, membuat Steiner Limson harus bisa menyayangi dan mencintai bukan hanya wanita yang dia nikahi melainkan anak tirinya juga. Tetapi pernikahan itu rupanya tidak berjalan mulus, membuat Steiner justru jatuh cinta terhadap anak tirinya.
Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?
Setelah dua tahun menikah, Sophia akhirnya hamil. Dipenuhi harapan dan kegembiraan, dia terkejut ketika Nathan meminta cerai. Selama upaya pembunuhan yang gagal, Sophia mendapati dirinya terbaring di genangan darah, dengan putus asa menelepon Nathan untuk meminta suaminya itu menyelamatkannya dan bayinya. Namun, panggilannya tidak dijawab. Hancur oleh pengkhianatan Nathan, dia pergi ke luar negeri. Waktu berlalu, dan Sophia akan menikah untuk kedua kalinya. Nathan muncul dengan panik dan berlutut. "Beraninya kamu menikah dengan orang lain setelah melahirkan anakku?"
Blurb : Adult 21+ Orang bilang cinta itu indah tetapi akankah tetap indah kalau merasakan cinta terhadap milik orang lain. Milik seseorang yang kita sayangi