/0/13810/coverbig.jpg?v=20230805225713)
Alea Prameswari Sasmita, muda dan cantik. Masuk ke pesantren bukan hanya belajar ilmu agama, melainkan melanjutkan perjodohan diantara Alea dan putra pemilik pondok pesantren tempat Alea menimba ilmu. Antara sedih, senang atau gembira. Bahwa jodohnya ada di depan matanya sendiri. Apakah Alea menerima perjodohannya atau tidak? Lalu apakah calon suaminya menerima Alea apa adanya. DILARANG MEMBACA CERITA INI JIKA NGGAK MAU BUCIN.
Happy reading.
"ALEA PRAMESWARI SASMITA."
Teriakan menggelegar di ruangan kerja milik Andra Ramadhan Sasmita, seorang gadis berusia 20 tahun dengan pakaian acak-acakan membuat lelaki berusia 45 tahun itu mengelus dada kesal. Ini bukan pertama kalinya Alea dibawa ke ruang kerjanya, sudah ratusan kali putri pertamanya membuat ulah.
"Mas, bisa nggak jangan teriak gitu, Alea tetap anak kita,"
"Alea anakmu, bukan anakku."
Degh.
Bagai di sambar petir, walaupun Andra mengucapkan ketika sedang kesal seperti saat ini. Namun Alea sangat terpukul dengan ucapan dari ayah kandungnya tersebut.
"Sekarang, kamu mau bilang apa lagi. Sudah cukup kamu buat ayah malu dengan kelakuan nakalmu, Alea."
"Yah, Alea nggak salah. Yang salah tuh Maura, suruh siapa bully temen Alea."
Andra memijit pangkal hidungnya, kali ini ia tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Sebagai orang tua mungkin bisa saja Andra meminta agar keputusan mengeluarkan Alea bisa di tangguhkan, namun berbeda dengan sekarang. Andra berdiri sebagai pemilik sekolah ini.
"Kamu bisa kan buat Alea lulus dulu, baru keluar dari univeritas ini. Keluarkan jabatan kamu," ucap bunda.
"Ini bukan masalah jabatan atau apa, aku sudah janji kalau Alea berbuat salah lagi sudah aku pastikan akan mengeluarkannya."
"Hah, kamu ini. Jahat banget jadi ayah," sarkas bunda Alea.
Andra merasakan pusing tujuh keliling, sesuai keputusan hasil rapat yang memutuskan bahwa Alea akan keluar dari sekolahan dengan cara DO atau drop out. Walaupun Andra adalah pemilik dari universitas tersebut.
"Terus kalau aku keluar dari sini, aku kuliah dimana lagi. Aku ingin mau lulus dengan nilai bagus ayah."
"Kamu masuk pesantren milik sahabat ayah jangan menolak, atau kamu ayah bawa ke rumah eyang di Semarang."
"Tambah jauh aja kalau ke Semarang."
***
Dua jam sebelum kejadian.
"Eh, Lo berani banget bully sahabat gue."
"Terus, menurut lo. Gue takut," jawab Maura.
"Shitt, pengen banget tampar pipi nya yang merah itu. Tapi gue pasti kena masalah lagi,"
"Kenapa Lo? Takut sekarang jadi super hero buat sahabat Lo lagi, takut di drop-"
Plak.
Satu tamparan mendarat di pipi kiri Maura, tidak hanya satu saja. Bahkan pipi kanan Maura pun mendapatkan tamparan kembali, sakit tentunya dengan apa yang baru saja dilakukan Alea kepada Maura.
"Gue pastiin kali ini terakhir Lo sekolah, dan gue nggak yakin Ayah Lo bakal bantuin kesalahan kali ini."
Kembali ke masa kini.
Alea menghela nafasnya, memikirkan kembali kejadian yang baru dilakukan pagi tadi. Emosinya tersulut ketika melihat Nanda sahabat karibnya menjadi korban bullyan dari Maura.
"Kenapa harus ke pesantren sih! Kenapa enggak ke sekolahan yang lain," batin Alea.
Rasa takut nya kembali menyeruak ke dalam otaknya, Alea bukan tidak bisa hidup jauh dari orang tuanya. Namun saat ini, ia sedang menikmati masa-masa sekolah putih abu-abu nya.
"No ponsel, no mall, no jalan-jalan. Selamat Alea anda berhasil masuk pesantren dengan cepat,"
Malam hari.
"Sesuai keputusan ayah, kamu mau ayah masukan ke pesantren milik sahabat kecil ayah."
Alea diam membisu, tidak menolak tidak pula menentang. Toh, percuma jika ia menolak keputusan yang sudah dibuat oleh ayah Andra.
"Mas, kamu serius Alea belajar di pesantren. Nanti bagaimana disana, aku nggak bisa bayangin Alea tinggal sendiri."
"Aku yakin, Alea bisa menjadi pribadi yang baik."
Alea mengepalkan kedua tangan nya, kesal semakin menjadi ketika ayah Andra tidak mengubah keinginannya. Padahal sebentar lagi Alea akan mengikuti ulangan semester.
"Yah, Bun. Terus Alea tinggal dimana?" tanya Alea memelas.
"Kamu di pesantren, sudah ada kamarnya buat kamu. Mereka sudah menunggumu besok,"
"HAH? BESOK."
Alea hanya bisa pasrah, dunia nya akan berubah esok pagi. Ketika ia telah berada di pesantren milik sahabat ayahnya.
***
Keesokan harinya.
Satu koper besar sudah siap untuk di bawa ke pesantren, sejak tadi pagi kedua orang tuanya sudah mengurusi semua perlengkapan yang akan dibawa oleh putri pertamanya.
"Kakak mau kemana? Kenapa bawa koper gitu?" tanya adik laki-lakinya.
"Kakak mau tinggal di pesantren, kamu disini sama ayah dan bunda. Jangan nakal kayak kakak, nanti kamu bakal dibawa ke pesantren juga."
"Aku mau ikut kakak aja, disini pasti aku sendiri."
Alea menasehati adik bungsunya yang bernama Amar, mereka berdua terpaut tujuh tahun. Usia yang cukup jauh bagi mereka berdua, namun keduanya sangat kompak ketika sedang bersama.
"Kamu sekolah yang bener, jangan kayak kakak berantem terus. Jadi ayah sama bunda sekolahin di pesantren,"
Entah ucapan Alea yang memang sedikit melankolis atau memang Amar yang memang sedang sedih, adik lelakinya pun menangis terisak. Ia tidak percaya bahwa kakak cantiknya akan pergi meninggalkan dirinya.
"Kakak aku ikut ya, aku mau sama kakak aja." pinta Amar.
Ketika mereka berdua menangis di dalam kamar, bunda Alisah ikut menangis. Memeluk keduanya yang akan terpisah entah sampai kapan.
"Sudah siang Lea, kita jalan yuk!"
Perjalanan menuju pesantren Al Kahfi tampak sepi, di dalam mobil kedua putra putri Andra tidak seperti biasanya. Alea yang memang seorang gadis periang dan selalu membuat suasana ceria, kali ini tampak sepi.
Andra melihat kedua putra putri dari kaca spion, hatinya tampak sedih melihat keduanya. Sejujurnya, Andra tidak ingin memisahkan mereka berdua. Namun ia mempunyai niat untuk membuat Alea lebih baik lagi, dengan jalan memasukannya ke sebuah pesantren.
"Dua jam lagi akan sampai, kalian tidur aja ya."
Ucapan ayah Andra sepertinya didengar oleh kedua putra putrinya, mereka dengan cepat tertidur di bagian belakang kemudi. Dan terbangun ketika mereka telah sampai.
Beberapa jam kemudian.
Setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh, akhirnya mereka telah sampai di sebuah pesantren tersebar di Bogor. Pesantren Al Kahfi yang sudah terkenal di daerah tersebut.
"Assalamualaikum, kiayi."
"Waalaikumsalam, Alhamdulillah. Akhirnya datang juga, selamat datang di pesantren Al Kahfi."
Mereka semua disambut dengan ramah, bahkan jamuan telah siap untuk menyambut mereka semua. Sengaja telah mereka kerjakan semuanya sebelum keluarga Alea datang.
"Alea, Salim dulu sama Kiayi Zaidan. Sahabat sekaligus pemilik Pesantren Al Kahfi," pinta Ayah Andra kepada putrinya.
"Assalamualaikum, Om Zaidan."
"ALEA."
Zaidan terkekeh melihat Alea yang menurutnya sangat lucu, putri sahabatnya memang sangat periang dan tentunya.
"Yah, enggak cocok di panggil kiayi. Om Zaidan masih muda, apalagi Tante Dira masih cantik." Mereka semua tertawa, terkecuali Andra yang malu dengan kelakuan Alea saat ini.
"Sorry, anak gue-"
"Enggak masalah, anak lo sangat lucu. Cocok sekali buat anak gue yang diam, dingin."
Degh.
"Iya, semoga Zidan bisa membimbing anak gue nanti jadi wanita saleha."
"Aamiin."
Degh.
Alea mengernyitkan dahinya, tidak mengerti dengan arah pembicaraan kedua orang tuanya saat ini. Apalagi setelah mendengar nama Zidan yang seperti nya sudah akrab di telinga ayah dan bundanya.
"Assalamualaikum Ayah, Bunda. Maaf Zet terlambat,"
Seorang pemuda tampan masuk ke dalam ruang keluarga, dengan memakai baju koko putih dan kopiah di kepalanya. Pemuda tampan tersebuat masuk dan mengucapkan permintaan maaf kepada semuanya.
"Jadi ini Muhammad Zidan Al Kahfi, pemuda yang sejak tadi menjadi perbincangan orang tuaku."
"Zet, sini! Ayah dan bunda mau memperkenalkan putri dari sahabat ayah, namanya Alea."
Zet hanya berdehem, ia sama sekali tidak melihat Alea. Berusaha menjaga pandangannya agar tidak melakukan zina mata kepada Alea.
"Woi, gue disini! Kenapa Lo malah lihatnya ke bawah aja, memangnya lantai di rumah Lo lebih bagus dari gue."
Degh.
Kay diceraikan suaminya karena hasutan ibu mertuanya yang mengatakan bahwa Kay nggak akan hamil untuk selamanya. Lalu suami Kay membawa seorang wanita yang telah menjadi istri kedua tanpa sepengetahuan Kay sebagai istri pertama. Setelah perceraian selesai, Kay kembali bangkit dari keterpurukannya. Siapa sangka ada seorang brondong tampan yang pernah menjadi kekasihnya dulu, dan sialnya semakin tampan saja saat ini. "Selamat pagi mantan aku?" "No, itu dulu. Sekarang tidak untuk kamu." "Sampai kapanpun, aku akan mengejar kamu kembali seperti dulu."
Selama sepuluh tahun, Delia menghujani mantan suaminya dengan pengabdian yang tak tergoyahkan, hanya untuk mengetahui bahwa dia hanyalah lelucon terbesarnya. Merasa terhina tetapi bertekad, dia akhirnya menceraikan pria itu. Tiga bulan kemudian, Delia kembali dengan gaya megah. Dia sekarang adalah CEO tersembunyi dari sebuah merek terkemuka, seorang desainer yang banyak dicari, dan seorang bos pertambangan yang kaya raya, kesuksesannya terungkap saat kembalinya dia dengan penuh kemenangan. Seluruh keluarga mantan suaminya bergegas datang, sangat ingin memohon pengampunan dan kesempatan lagi. Namun Delia, yang sekarang disayangi oleh Caius yang terkenal, memandang mereka dengan sangat meremehkan. "Aku di luar jangkauanmu."
Setelah dua tahun menikah, Sophia akhirnya hamil. Dipenuhi harapan dan kegembiraan, dia terkejut ketika Nathan meminta cerai. Selama upaya pembunuhan yang gagal, Sophia mendapati dirinya terbaring di genangan darah, dengan putus asa menelepon Nathan untuk meminta suaminya itu menyelamatkannya dan bayinya. Namun, panggilannya tidak dijawab. Hancur oleh pengkhianatan Nathan, dia pergi ke luar negeri. Waktu berlalu, dan Sophia akan menikah untuk kedua kalinya. Nathan muncul dengan panik dan berlutut. "Beraninya kamu menikah dengan orang lain setelah melahirkan anakku?"
Kulihat ada sebuah kamera dengan tripod yang lumayan tinggi di samping meja tulis Mamih. Ada satu set sofa putih di sebelah kananku. Ada pula pintu lain yang tertutup, entah ruangan apa di belakang pintu itu. "Umurmu berapa ?" tanya Mamih "Sembilanbelas, " sahutku. "Sudah punya pengalaman dalam sex ?" tanyanya dengan tatapan menyelidik. "Punya tapi belum banyak Bu, eh Mam ... " "Dengan perempuan nakal ?" "Bukan. Saya belum pernah menyentuh pelacur Mam. " "Lalu pengalamanmu yang belum banyak itu dengan siapa ?" "Dengan ... dengan saudara sepupu, " sahutku jujur. Mamih mengangguk - angguk sambil tersenyum. "Kamu benar - benar berniat untuk menjadi pemuas ?" "Iya, saya berminat. " "Apa yang mendorongmu ingin menjadi pemuas ?" "Pertama karena saya butuh uang. " "Kedua ?" "Kedua, karena ingin mencari pengalaman sebanyak mungkin dalam soal sex. " "Sebenarnya kamu lebih tampan daripada Danke. Kurasa kamu bakal banyak penggemar nanti. Tapi kamu harus terlatih untuk memuaskan birahi perempuan yang rata - rata di atas tigapuluh tahun sampai limapuluh tahunan. " "Saya siap Mam. " "Coba kamu berdiri dan perlihatkan punyamu seperti apa. " Sesuai dengan petunjuk Danke, aku tak boleh menolak pada apa pun yang Mamih perintahkan. Kuturunkan ritsleting celana jeansku. Lalu kuturunkan celana jeans dan celana dalamku sampai paha.
Firhan Ardana, pemuda 24 tahun yang sedang berjuang meniti karier, kembali ke kota masa kecilnya untuk memulai babak baru sebagai anak magang. Tapi langkahnya tertahan ketika sebuah undangan reuni SMP memaksa dia bertemu kembali dengan masa lalu yang pernah membuatnya merasa kecil. Di tengah acara reuni yang tampak biasa, Firhan tak menyangka akan terjebak dalam pusaran hasrat yang membara. Ada Puspita, cinta monyet yang kini terlihat lebih memesona dengan aura misteriusnya. Lalu Meilani, sahabat Puspita yang selalu bicara blak-blakan, tapi diam-diam menyimpan daya tarik yang tak bisa diabaikan. Dan Azaliya, primadona sekolah yang kini hadir dengan pesona luar biasa, membawa aroma bahaya dan godaan tak terbantahkan. Semakin jauh Firhan melangkah, semakin sulit baginya membedakan antara cinta sejati dan nafsu yang liar. Gairah meluap dalam setiap pertemuan. Batas-batas moral perlahan kabur, membuat Firhan bertanya-tanya: apakah ia mengendalikan situasi ini, atau justru dikendalikan oleh api di dalam dirinya? "Hasrat Liar Darah Muda" bukan sekadar cerita cinta biasa. Ini adalah kisah tentang keinginan, kesalahan, dan keputusan yang membakar, di mana setiap sentuhan dan tatapan menyimpan rahasia yang siap meledak kapan saja. Apa jadinya ketika darah muda tak lagi mengenal batas?
"Meskipun merupakan gadis yatim piatu biasa, Diana berhasil menikahi pria paling berkuasa di kota. Pria itu sempurna dalam segala aspek, tetapi ada satu hal - dia tidak mencintainya. Suatu hari setelah tiga tahun menikah, dia menemukan bahwa dia hamil, tetapi hari itu juga hari suaminya memberinya perjanjian perceraian. Suaminya tampaknya jatuh cinta dengan wanita lain, dan berpikir bahwa istrinya juga jatuh cinta dengan pria lain. Tepat ketika dia mengira hubungan mereka akan segera berakhir, tiba-tiba, suaminya tampaknya tidak menginginkannya pergi. Dia sudah hampir menyerah, tetapi pria itu kembali dan menyatakan cintanya padanya. Apa yang harus dilakukan Diana, yang sedang hamil, dalam jalinan antara cinta dan benci ini? Apa yang terbaik untuknya?"