/0/13727/coverbig.jpg?v=63931026fcf47bd35d40898d9d5a648a)
Dhafa Akmarul Dzauri baru saja menyelesaikan studinya dari Universitas King Abdul Azis, Arab Saudi. Sang Ayah langsung memberinya tugas sebagai pimpinan tertinggi perusahaan travel bonafid miliknya. Dhafa pun menerima dengan penuh semangat dan senang hati. Namun itu tak berlangsung lama, karena ternyata di kantornya ia harus bertemu setiap hari dengan seorang gadis yang sangat ia benci, Salma Azzahra. Teman sekelasnya pada masa SMA dulu yang terkenal barbar, tukang bully dan seabrek kenakalan remaja lainnya. Dan ia adalah salah satu korban bully-an Salma setiap hari di kelas. Bahkan ia kerap menangis dalam diam akibat perlakuan Salma dan teman-temannya. Ada api dendam yang masih menyala di hati Dhafa. Tapi tunggu! Benarkah ini seorang Salma Azzahra yang pernah Dhafa kenal dulu? Dia begitu berbeda! Namun, dendam tetaplah dendam. Kini giliran Dhafa melampiaskan dan menuntaskan semua rasa sakit yang ia simpan dari masa lalu. ****
Dhafa bangkit dari pembaringan, kemudian menonaktifkan mode silent pada pengaturan ponselnya. Tubuhnya mulai terasa segar kembali setelah beristirahat seharian. Sejak pagi ia terus saja membenamkan tubuhnya di pembaringan. Ia bangun hanya untuk sholat dan makan. Perjalanan Jeddah-Jakarta-Lombok kemarin, benar-benar menguras energy-nya. Beruntung, sore ini jetleg-nya telah hilang tuntas.
Drrrt...drrtt... drrttt....
Ponsel Dhafa langsung bergetar beberapa kali, ia bergegas membuka pesan masuk.
Amar telah memasukkan anda ke dalam grup "Alumni SMA Negeri 1 Gondang 2018". Dhafa membaca sebuah notifikasi seraya tersenyum senang. 'Gercep benar sohibku yang satu ini. Hmm..., tolak atau terima?' Dhafa masih tertegun dalam keraguan.
'Gadis kejam itu sudah pasti ada di Grup, karena dia selalu haus popularitas.' Dhafa membatin. Ia meletakkan ponselnya di atas nakas, belum menentukan pilihan apapun. Luka lama masih mengganjal di hatinya, membuatnya ragu untuk masuk Grup Alumni.
Dhafa bersandar resah di pembaringan. Sepertinya luka itu belum sembuh dan masih berdarah, menyisakan trauma yang mendalam di ruang batinnya. Ia sudah lama menghapus semua perasaan bodoh itu, iya bodoh! Bisa-bisanya Ia jatuh cinta pada si gadis pembully, gadis yang juga sangat ia benci di masa lalu. Seiring berjalannya waktu dan tumbuhnya kedewasaan, Dhafa telah memutuskan untuk membuang jauh-jauh perasaan yang bertentangan dengan akal pikirannya tersebut. Tapi kenapa ketakutannya pada sosok Salma Azzahra masih terpatri di sisi-sisi hatinya.
'Akh, kenangan itu terlalu buruk! Namun, bukankah aku telah berjanji untuk kembali sebagai sosok yang baru. Aku yang sekarang bukan lagi diriku yang dulu. Tak kan ada lagi Dhafa yang bisa ditindas semena-mena atau Dhafa yang mereka bilang cupu. Aku telah membuat perubahan besar pada diriku. Buktinya para gadis kini memandangku dengan terpana dan terkagum-kagum.'
Dhafa bangkit meraih ponselnya, lalu ia menekan tulisan "terima". Rasa percaya dirinya telah tumbuh lagi. Seketika ponselnya kembali bergetar berulang-ulang, notifikasi pesan masuk dari Grup Alumni mulai menyita perhatiannya.
Dhafa membaca pesan masuk itu satu persatu, ada secercah kerinduan di hatinya akan kebersamaan dengan beberapa teman yang cukup dekat dengannya di masa SMA dulu.
Selamat datang di Grup, Bro Dhafa. Teman-teman, ada Dhafa Akramul Dzauri kelas Dua Belas IPA-E baru masuk Grup, sambut yang meriah dong! (Amar)
Terimakasih, telah mengizinkan saya bergabung di sini. (Dhafa)
Wah, Dhafa ini yang langganan Juara Satu Umum Sekolah, kan? Bagaimana kabar kamu sekarang? (Intan)
Dhafa, masih ingat aku, kan? Kamu enggak amnesia kan? Wayan nih, teman sekelas kamu yang paling ganteng. Kapan kita ngumpul-ngumpul, bro?
Hai Dhafa, Selamat bergabung di Grup, ya. Aku ingat dong sama cowok paling pintar di sekolah. (Naya)
Hmmm..., ini Dhafa yang dulu pernah nembak Salma, tapi ditolak di depan kelas itu, kan? Kok baru nongol di Grup sih, selama ini kemana aja masbro? Eh, maaf jadi kepo, hehehehe.... (Chikka)
Deg! jantung Dhafa berpacu lebih cepat. Ada emosi yang meledak-ledak di kepalanya. Bahkan setelah bertahun-tahun, teman-temannya masih mengingat salah satu momen yang paling Dhafa benci dari masa SMA-nya. Momen dimana ia difitnah dan dipermalukan oleh seorang gadis pembully, Salma Azzahra, hanya sebagai bahan lelucon dan untuk memuaskan rasa iseng gadis bengal itu semata. Peristiwa itu masih begitu melekat dibenak Dhafa, tak pernah ia mampu untuk menghapusnya, begitu juga rasa sakitnya.
''Hi..., Class! Kalian mau tahu rahasia terbesar abad ini? Mau dong, ya!'' pekik Salma membuka pidato konyolnya di depan kelas. Salma Azzahra yang cantik dan kharismatik selalu bisa membuat semua orang tertarik dengan apapun yang dia katakan dan apapun yang dia kerjakan.
"Mau doooong...!'' seru hampir semua siswa yang ada di kelas Dua Belas IPA-E. Dhafa sendiri hanya melempar senyum dikulum melihat tingkah gadis bengal yang akhir-akhir ini semakin intens membully-nya. Semakin di bully, ia semakin sakit hati. Semakin ia sakit hati, wajah Salma semakin tak mau pergi dari ingatannya.
Dhafa sungguh tidak mengerti, dan entah apa lagi yang akan terjadi hari ini, batinnya.
''Gini, Guys. Ada cowok yang imejnya di mata kalian sok paling anti sama cewek, enggak sudi berdekatan sama cewek, tapi diam-diam cowok ini nembak aku kemarin, iya kan Dhafa? Ngaku saja, be gentleman dong! Tapi, maaf ya bocil, aku enggak bisa menerimanya karena kamu belum cukup umur,'' tukas Salma dengan gaya centil yang khas sehingga semua mata tertuju padanya.
''Gyaaahahahahahahahaahahaha....!!" Seisi kelas penuh dengan suara tawa para siswa yang merasa geli, mereka percaya begitu saja dengan semua cerita Salma. Bagi mereka ini adalah hal yang sangat janggal dan lucu, ketika seorang cowok cupu, anti cewek dan kutu buku, begitu beraninya menyukai Salma Azzahra yang sedang menjalin hubungan dengan siswa paling populer, paling ganteng, paling tajir di sekolah, Gading Putra Bagaskara.
Dhafa mematung bagai terhipnotis, tak ada sepatah katapun yang bisa keluar dari bibirnya. Wajahnya memerah, lebih merah dari biasanya. Ingin ia berkata ''tidak", tapi lidahnya seakan kelu. Ia justru merasa seperti sorang pencuri yang sedang tertangkap basah, ia menyerah kalah dan bertekuk lutut di bawah tekanan perasaannya sendiri. Bagaimanapun, memang benar ia telah menyukai gadis kejam di depan kelas itu diam-diam. Meski ia tak pernah mengungkapkannya dan ia tak akan pernah punya nyali untuk itu.
''Gila elo, Dhafa. Muka kaya' keset begitu, beraninya nembak Salma. Wow dah, Hahahaha!"
''Si bocil sudah baligh sekarang, guys!''
''Hahahahahhaha!''
''Kalau udah baligh berarti sudah tahu mimpi basah dong ya, hahahahhaha....!''
''Hahahahahhhaaa....!''
''Duh, kasiannya bagai pungguk merindukan bulan. Makanya kalau mimpi jangan ketinggian, cari cewek yang selevel kamu dong, hihihi.....''
Teriakan demi teriakan mengarah kepada Dhafa, menghina dan menertawakannya! Semua dilakukan oleh teman sekelasnya yang dipicu oleh kisah bohong dari Salma. Dimana Salma melakukannya hanya karena iseng dan demi lelucon semata. Salma tak pernah berfikir hal itu akan menjadi salah satu luka terdalam yang terus membayangi kehidupan seorang Dhafa Akramul Dzauri.
Dhafa menghentikan semua ingatannya akan masa SMA-nya yang kelam itu, ia tak ingin berdarah lagi. Sudah bagus ia sekarang lebih kuat dan berhasil menyembuhkan lukanya sendiri.
***
Sementara itu wajah Salma Azzahra cemberut berat, ia melempar bantalnya dengan keras ke pembaringan. "Kenapa mereka tak juga melupakan semua kelakuan burukku di masa lalu? Itu sudah lama sekali. Huuuh..., lagipula apa tidak ada hal lain yang bisa di bahas!?" Bibirnya mengerucut menahan kesal.
Salma mengetuk-ngetuk pipi kenyalnya dengan jari telunjuk, otaknya berpikir keras.
"Hmm..., sebaiknya aku keluar saja dari grup alumni ini, tapi...., Aaaargghh!!" Salma benar-benar kesal dan bingung. Ia mengacak-acak ramburnya sendiri, menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.
#Bersambung
Edelweiss Hana terjebak oleh pesona mendebarkan Reigan Finley Alfarez, ayah angkatnya. Ia berusaha mengendalikan diri, akan tetapi api gelora di dadanya kian membakar. Akhirnya Hana tak kuasa lagi menahan semua hasrat yang terpendam. Akankah Reigan turut terbakar api gairah?
Berusaha berlari dari kehidupan mafia dengan kabur dari ayahnya, dia tidak sadar semua itu telah mengalir di dalam darahnya. Ia seorang yang dingin, kejam, dengan wajah setampan iblis Lucifer, dan setiap gerakannya sangat mematikan. Namun, semua sikap itu justru menjadi pesona tak terbendung di mata para wanita dan orang-orang di sekitarnya.
Untuk membayar hutang, dia menggantikan pengantin wanita dan menikahi pria itu, iblis yang ditakuti dan dihormati semua orang. Sang wanita putus asa dan kehabisan pilihan. Sang pria kejam dan tidak sabaran. Pria itu mencicipi manisnya sang wanita, dan secara bertahap tunduk pada nafsu adiktif. Sebelum dia menyadarinya, dia sudah tidak dapat melepaskan diri dari wanita tersebut. Nafsu memicu kisah mereka, tetapi bagaimana cinta bersyarat ini akan berlanjut?
"Kita adalah dua orang yang tak seharusnya bersama," lirih Xena pilu. Morgan menarik dagu Xena dan berdesis, "Sejak awal, kita memang sudah ditakdirkan bersama." Xena Foster terkenal dengan kehidupan glamour dan selalu berfoya-foya. Bagi Xena, dirinya tak perlu bekerja susah payah, karena selama ini gadis itu selalu mendapatkan apa yang diinginkan. Hidup Xena memang selalu menjadi idaman para gadis di luar sana. Sempurna dan tak memiliki celah kekurangan. Namun, siapa sangka semua itu berubah di kala Xena bertemu dengan Morgan Louise—sosok pria tampan yang mampu menggetarkan hatinya, bahkan membangkitkan hasrat memilikinya. Morgan telah berhasil, membuat Xena tergila-gila pada pria itu. Sayang, perasaan cinta Xena telah terjebak pada kenyataan pahit tentang Morgan Louise. Kenyataan yang telah menghancurkannya. Bagaikan di ambang jurang, mampukah Xena bertahan? *** Follow me on IG: abigail_kusuma95
Yahh saat itu tangan kakek sudah berhasil menyelinap kedalam kaosku dan meremas payudaraku. Ini adalah pertama kali payudaraku di pegang dan di remas langsung oleh laki2. Kakek mulai meremas payudaraku dengan cepat dan aku mulai kegelian. “ahhhkkk kek jangannnhh ahh”. Aku hanya diam dan bingung harus berbuat apa. Kakek lalu membisikkan sesuatu di telingaku, “jangan berisik nduk, nanti adikmu bangun” kakek menjilati telingaku dan pipiku. Aku merasakan sangat geli saat telingaku di jilati dan memekku mulai basah. Aku hanya bisa mendesah sambil merasa geli. Kakek yang tau aku kegelian Karena dijilati telinganya, mulai menjilati telingaku dengan buas. Aku: “ahhkkk ampunnn kek, uddaahhhhh.” Kakek tidak memperdulikan desahanku, malah ia meremas dengan keras payudaraku dan menjilati kembali telingaku. Aku sangat kegelian dan seperti ingin pipis dan “crettt creettt” aku merasakan aku pipis dan memekku sangat basah. Aku merasa sangat lemas, dan nafasku terasa berat. Kakek yang merasakan bila aku sudah lemas langsung menurunkan celana pendekku dengan cepat. Aku pun tidak menyadarinya dan tidak bisa menahan celanaku. Aku tersadar celanaku sudah melorot hingga mata kakiku. Dan tiba2 lampu dikamarku menyala dan ternyata...
Apa yang terlintas di benak kalian saat mendengar kata CEO? Angkuh? Kejam? Arogan? Mohammad Hanif As-Siddiq berbeda! Menjadi seorang CEO di perusahaan besar seperti INANTA group tak lantas membuat dia menjadi tipikal CEO yang seperti itu. Dia agamis dan rajin beribadah. Pertemuan putrinya Aisyah dengan Ummi Aida, seorang office girl di tempat dimana dia bekerja, membuat pertunangannya dengan Soraya putri pemilik perusahaan terancam batal karena Aisyah menyukai Ummi yang mirip dengan almarhum ibunya. Dengan siapa hati Hanif akan berlabuh?
Yuvina, pewaris sah yang telah lama terlupakan, kembali ke keluarganya, mencurahkan isi hatinya untuk memenangkan hati mereka. Namun, dia harus melepaskan identitasnya, prestasi akademisnya, dan karya kreatifnya kepada saudara perempuan angkatnya. Sebagai imbalan atas pengorbanannya, dia tidak menemukan kehangatan, hanya pengabaian yang lebih dalam. Dengan tegas, Yuvina bersumpah akan memutus semua ikatan emosional. Berubah, dia sekarang berdiri sebagai ahli seni bela diri, mahir dalam delapan bahasa, seorang ahli medis yang terhormat, dan seorang desainer terkenal. Dengan tekad yang baru ditemukan, dia menyatakan, "Mulai hari ini dan seterusnya, tidak ada seorang pun di keluarga ini yang boleh menyinggungku."
Hari itu adalah hari yang besar bagi Camila. Dia sudah tidak sabar untuk menikah dengan suaminya yang tampan. Sayangnya, sang suami tidak menghadiri upacara tersebut. Dengan demikian, dia menjadi bahan tertawaan di mata para tamu. Dengan penuh kemarahan, dia pergi dan tidur dengan seorang pria asing malam itu. Dia pikir itu hanya cinta satu malam. Namun yang mengejutkannya, pria itu menolak untuk melepaskannya. Dia mencoba memenangkan hatinya, seolah-olah dia sangat mencintainya. Camila tidak tahu harus berbuat apa. Haruskah dia memberinya kesempatan? Atau mengabaikannya begitu saja?