Tanya Quinn gadis yang dijuluki peri kecantikan. Karena terbiasa dimanja, dia sama sekali tidak mengenal kenyataan dunia luar yang menyimpan beragam kemungkinan kejam. Keluarganya diserang, dan semua kebahagiaan hilang dalam semalam. Hatinya yang sebelumnya dipenuhi kemudahan dan cinta berubah jadi kesulitan dan dendam. Meskipun berhasil menyelamatkan diri. Tanya malah memasuki hutan Malapetaka yang terkenal berbahaya. Pada saat terbangun, Tanya mengira dirinya sudah berada di akhirat. Tapi ternyata, dia diselamatkan oleh lelaki tampan yang ditubuhnya tidak ada sedikitpun helaian benang. Siapa pria mesum itu? Apakah dia akan melahap gadis tidak berdaya?
Dalam keadaan di mana malam tidak bisa membuatnya berpikir tentang arah tujuan. Seorang gadis berlari secepat yang dia bisa seolah dikejar kematian. Dia hanya terus maju tanpa arah menembus semak belukar dan ranting pepohonan. Sebagai seorang putri yang tidak pernah mengenal luasnya bumi serta tingginya langit. Dia tidak sadar langkahnya telah membawanya jauh masuk ke dalam hutan.
"Argghhh!"
Dia terpental ke tanah setelah menabrak dahan pohon yang cukup kokoh. Pandangannya menangkap langit malam yang tidak bisa menampakkan apa-apa selain kegelapan.
"A-Ayah ... "
Sambil memegangi dadanya yang berdarah, gadis itu mencoba menstabilkan napas yang naik turun. Rasa perih terasa amat menyakitkan di tubuhnya yang lelah dan luka-luka.
Aku tidak boleh mati di sini. Orang-orang biadab itu harus membayarnya!
Membayangkan kembali apa yang terjadi pada keluarganya. Kebencian yang murni menjalar ke seluruh tubuh gadis tersebut. Dia berusaha mendapatkan pijakannya kembali. Dengan langkah yang putus-putus ia berharap dapat mencapai tempat yang lebih aman.
Cukup lama kesusahan menjejakkan kaki, sampailah gadis itu di depan sebuah gua yang memancarkan cahaya. Awalnya ia cukup takut untuk mendekat, tapi penasaran yang kuat menelan ketakutannya.
Semakin mendekat ke sana dingin semakin menusuk tulang. Arah cahaya yang menyilaukan membuatnya menyipitkan mata. Mencari sesuatu yang meredup serta kemudian dikepung gelap.
"A ... aku tidak ingin mati," gumamnya lemah sebelum akhirnya tidak sadarkan diri.
***
Suara air yang menetes terdengar menenangkan. Kelopak mata gadis itu akhirnya mau memperkenalkannya pada dunia. Entah benar seperti yang dia lihat, atau hanya sebatas halusinasi saja, seorang lelaki tampan tanpa mengenakan pakaian mengisi penuh pandangannya.
"Kau siapa?"
Untuk sesaat gadis itu berpikir yang dia lihat hanyalah mimpi karena tidak ada jawaban. Sampai lelaki itu mengerutkan dahi dan menunjuk dirinya sendiri. "Aku? Aku seorang dewa," ungkapnya.
Gadis itu memandangi orang yang mengaku dewa tersebut lebih intens. Rambutnya yang panjang dan tubuhnya yang atletis sungguh memanjakan mata. Penampilannya memang menggambarkan sebuah kesempurnaan.
"Apa dewa memang tidak mempunyai uang untuk membeli pakaian? Dan yang lebih penting di mana ayah serta keluargaku yang lain?"
Lelaki tersebut mengedarkan pandang ke sekitar. Dia memeriksa apakah ada seseorang selain gadis di depannya. Setelah dirasa tidak ada, dia kembali memandangi gadis itu.
"Ayahmu? Apa dia di sini juga? Aku tidak melihatnya dari tadi," jelasnya lagi.
"Apa kamu seorang dewa yang suka bercanda? Aku sudah mati, kan? jadi harusnya kamu mempertemukan aku dengan keluargaku."
Gadis tersebut tidak habis pikir apakah petugas di akhirat benar-benar diperbolehkan memiliki sisi humor.
"Aku sangat yakin bahwa kamu belum mati. Apa kamu mayat hidup yang bisa berbicara?"
Gadis itu mengangkat tangannya. Walaupun ada noda darah di pakaian yang ia kenakan. Tapi luka yang sebelumnya terasa sangat perih sembuh tanpa bekas.
"Lihatlah! Semua lukaku sembuh. Aku pernah mendengar bahwa di akhirat orang-orang tidak memiliki luka. Mereka juga tidak mengenakan pakaian, dan sekarang kau tidak mengenakannya," ujar gadis itu memberikan pengetahuan tentang akhirat.
"Begitu, ya? Aku belum pernah ke akhirat. Jadi aku tidak yakin apakah itu benar."
"Kau ini dewa apa? Bagaimana bisa dewa tidak pernah ke sana? Berhentilah membuat humor dan cepat bawa aku ke keluargaku!"
Gadis itu menjadi jengkel, dia masih terbaring di tempat yang sangat dingin. Tubuhnya memang sepenuhnya sembuh tapi dia sama sekali tidak memiliki tenaga untuk bergerak.
"Aku benar-benar belum pernah ke sana. Aku bahkan tidak tahu siapa kamu. Bagaimana bisa aku tahu ayahmu dan mengantarkan kamu ke tempatnya. Jadi, aku bingung harus bagaimana," kata lelaki itu berusaha meyakinkan.
Gadis di depannya masih tidak terlihat percaya. Dia perlu metode lain untuk meyakinkan ia masih berada di bumi. Dia menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Setelah berpikir sejenak lelaki tersebut memiliki ide.
TUK!
"Aawhhh!"
Gadis itu memegangi dahinya sambil meringis. Warna merah terlihat jelas di kulit putihnya. Dia hampir saja menangis.
"Kenapa kau menyentilku? Ini sangat sakit."
"Ini diperlukan ... kau tahu? di akhirat kamu tidak lagi menemukan rasa sakit."
Gadis itu mengangguk dan melayangkan tatapan kesal. Setengah sadar dia menyoroti laki-laki yang telanjang tersebut.
"Tunggu! kalau ini bukan akhirat kenapa kamu tidak menggunakan pakaianmu?!" teriaknya panik seolah sadar akan sesuatu.
Walaupun bisa menggunakan tangannya, gadis tersebut tetap saja tidak bisa berbuat apa-apa terhadap tubuhnya yang sulit digerakkan. Bahkan jika dalam keadaan normal, seorang perempuan tidak bisa mengalahkan kekuatan fisik seorang laki-laki. Ketakutan berangsur-angsur menjalar di pikirannya.
"Menurutmu aku sedang apa?" Lelaki itu sedikit menggoda.
"Kalau kamu berani macam-macam. Aku akan membunuhmu sepuluh kali. Tidak! akau akan bunuh kau ratusan bahkan ribuan kali!"
Lelaki tersebut tersenyum memperhatikan reaksi aneh gadis di depannya. "Tenanglah! Aku hanya akan menyentuhmu jika sudah mendapatkan izin. Aku sudah mengatakan bahwa aku seorang dewa. Aku baru saja terlahir kembali. Jadi aku tidak mengenakan pakaian."
"Bagaimana aku harus mempercayai pernyataan konyol itu? Kau pasti berbohong! Obat apa yang kamu masukan ke tubuhku? Apa yang akan terjadi jika aku tidak bangun?"
"Tentu saja kamu akan mengandung anakku."
"Heh!" Gadis yang tidak percaya dengan jawaban lelaki itu melayangkan sorot tajam. "Kau ingin mati?!"
"Kali ini aku juga bercanda. Aku sama sekali tidak memberimu obat. Pakaian saja aku tidak punya, apalagi hal-hal semacam itu. Kamu berbaring di balok es yang menyerap energi kehidupan. Tentu saja tubuhmu sangat sulit untuk digerakkan."
"Apa kamu mengatakan kebenaran?" Mata gadis itu menyipit.
Lelaki itu memberikan ekspresi santai. "Aku tidak berbohong. Jadi bagaimana?"
"Apanya yang bagaimana?"
"Aku mendapat izin menyentuhmu atau tidak?"
"Tentu saja tidak!" tegasnya dengan kesal. "Aku akan membunuhmu kalau itu terjadi!"
Walaupun lelaki di depannya sangat tampan, dia tidak akan mau melakukan hal yang tidak senonoh. Apalagi ia baru saja menginjak umur 16 tahun. Hal semacam itu masih tabu dalam hidupnya.
"Jangan tersenyum!" teriaknya kesal.
Lelaki tersebut segera menghapus ekspresinya dan bertanya, "Nah, siapa namamu?"
"Tanya."
"Nama yang bagus." Lelaki tersebut menengok sebentar ke luar gua. Lalu mengalihkan padangan lagi menatap Tanya intens.
"Aku akan pergi sebentar untuk memastikan sesuatu. jadi, jangan keluar dan tetaplah di sini!" pintanya memperingkatkan.
"Tunggu!" Saat laki-laki tersebut hendak pergi, langkahnya dihentikan oleh suara Tanya.
"Ada apa?"
"Bagaimana jika hewan buas datang?"
"Mereka tidak akan berani ke sini. Tenang saja, aku hanya sebentar dan akan secepatnya kembali."
"Aku akan membunuhmu jika tidak tepat janji."
"Baiklah. Aku pergi."
Setelah laki-laki tersebut pergi Tanya mencoba beringsut. Dia benar-benar berada di atas balok es besar. Beberapa es lain baik yang menempel di atas gua ataupun yang berada di dasar, berangsur-angsur mencair. Tanya lalu memeriksa kondisi tubuhnya, dia mendapati banyak robekan di gaun biru muda yang dia pakai. Pakaian tersebut sudah tidak layak karena salah satu robekan membuat dadanya tampak.
"Apa dewa mesum itu melihat dadaku tadi? Ah, mustahil menemukan pakaian di hutan ini. Bagaimana aku harus mencarinya," gerutu Tanya.
Wajah Ningsih kusut. Dia telah mengambil keputusan yang mengubah hidup dengan mengandung bayi untuk pria tak dikenal, untuk memenuhi biaya operasi ibunya, tidak menyadari apa yang akan terjadi di masa depan untuknya. Lima tahun telah berlalu dan dia telah menjadi dokter anak terkenal. Saat dia melangkah keluar dari bandara dengan tujuan dan impian besar, takdir menyambutnya dalam wujud seorang anak laki-laki – yang ayahnya tidak lain adalah pria aneh, Charles, yang telah membantu Ningsih menyelamatkan ibunya. Bahkan sebelum Ningsih bisa menelan kebenaran, dia bingung dengan kedatangan tak terduga seorang pria dengan bayi perempuan, yang mengaku sebagai putrinya. Apa yang akan Ningsih lakukan? Apakah ada lebih banyak rahasia dari masa lalunya yang menunggu untuk membawanya dalam perjalanan yang kacau balau?
“Usir wanita ini keluar!” "Lempar wanita ini ke laut!” Saat dia tidak mengetahui identitas Dewi Nayaka yang sebenarnya, Kusuma Hadi mengabaikan wanita tersebut. Sekretaris Kusuma mengingatkan“Tuan Hadi, wanita itu adalah istri Anda,". Mendengar hal itu, Kusuma memberinya tatapan dingin dan mengeluh, “Kenapa tidak memberitahuku sebelumnya?” Sejak saat itu, Kusuma sangat memanjakannya. Semua orang tidak menyangka bahwa mereka akan bercerai.
Kara dijual oleh suaminya tepat pada malam pertama pernikahan mereka, pada lelaki bernama Angkasa. Kara harus melayani sang CEO selama satu bulan. Hari demi hari dilalui Kara bersama Angkasa, hingga Kara mengandung. Akan tetapi, Angkasa tidak mau mengakui bahwa bayi yang di dalam kandungan Kara adalah darah dagingnya--karena kesalahpahaman. Kara dicampakkan begitu saja. Kara makin menderita karena perbuatan mertua dan suaminya. Dia menghadapi penderitaan hidup seorang diri dalam kondisi mengandung. Kara akhirnya bisa sukses menjadi desainer berkat kerja keras. Angkasa muncul kembali pada kehidupan Kara. Menyesal dan meminta maaf. Akankah Kara menerima permintaan maaf Angkasa?
"Anda tidak akan pernah mengahargai apa yang Anda miliki sampai Anda kehilangannya!" Inilah yang terjadi pada Satya yang membenci istrinya sepanjang pernikahan mereka. Tamara mencintai Satya dengan sepenuh hati dan memberikan segalanya untuknya. Namun, apa yang dia dapatkan sebagai balasannya? Suaminya memperlakukannya seperti kain yang tidak berguna. Di mata Satya, Tamara adalah wanita yang egois, menjijikkan, dan tidak bermoral. Dia selalu ingin menjauh darinya, jadi dia sangat senang ketika akhirnya menceraikannya. Kebahagiaannya tidak bertahan lama karena dia segera menyadari bahwa dia telah melepaskan sebuah permata yang tak ternilai harganya. Namun, Tamara telah berhasil membalik halaman saat itu. "Sayang, aku tahu aku memang brengsek, tapi aku sudah belajar dari kesalahan. Tolong beri aku kesempatan lagi," pinta Satya dengan mata berkaca-kaca. "Ha ha! Lucu sekali, Satya. Bukankah kamu selalu menganggapku menjijikkan? Kenapa kamu berubah pikiran sekarang?" Tamara mencibir. "Aku salah, sayang. Tolong beri aku satu kesempatan lagi. Aku tidak akan menyerah sampai kamu setuju."Dengan marah, Tamara berteriak, "Menyingkirlah dari hadapanku! Aku tidak ingin melihatmu lagi!"
Pada hari ulang tahun pernikahan mereka, simpanan Jordan membius Alisha, dan dia berakhir di ranjang orang asing. Dalam satu malam, Alisha kehilangan kepolosannya, sementara wanita simpanan itu hamil. Patah hati dan terhina, Alisha menuntut cerai, tapi Jordan melihatnya sebagai amukan lain. Ketika mereka akhirnya berpisah, Alisha kemudian menjadi artis terkenal, dicari dan dikagumi oleh semua orang. Karena penuh penyesalan, Jordan menghampirinya dengan harapan akan rujuk, tetapi dia justru mendapati wanita itu berada di pelukan seorang taipan yang berkuasa. "Ayo, sapa kakak iparmu."
Pernikahan ini hanya sebuah perjanjian, dia punya kekasih begitu juga dengan aku. Tetapi entah siapa yang memasukkan obat ke dalam minuman ku, sehingga benar-benar lepas kendali.