/0/13189/coverbig.jpg?v=59c0e79f61800af594c3c89ea1290db5)
Jihan Yuniar harus selalu mengalah ketika uang jatah bulananya harus diambil oleh Inggar Larasati, ibu mertuanya yang suka bergaya seperti wanita sosialita padahal sebenarnya hidupnya serba pas-pasan dan hanya mengandalkan uang pemberian putranya . Bahkan, Jihan harus memenuhi kebutuhan dapurnya dengan hasil dari berjualan seblak dan telur gulung di teras rumahnya. Apalagi sang suami, Rizal Aditama sama sekali tak punya ketegasan untuk menolak keinginan sang ibu. Lalu, bagaimana nasib rumah tangga Jihan dan Rizal pada akhirnya? Sampai kapan Jihan harus berjuang seorang diri untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka? Mampukah Jihan merengkuh kebahagiaan bersama Fadil, putranya? Yuk, kita ikuti kisah rumah tangga Jihan dan Rizal yang penuh konflik di novel ini.
Jihan tengah sibuk memasak seblak pesanan pelanggan setianya, kala motor sang suami memasuki halaman rumah. Dengan senyum sumringah, sang suami turun sembari menenteng sebuah kantong kresek berwarna hitam yang tak bisa memperlihatkan isi di dalamnya.
Jihan pun ikut tersenyum karena mengira isi dari kresek tersebut adalah ayam goreng crispy dari sebuah brand terkenal yang dijanjikan Rizal, sang suami untuk putranya. Setelah selesai melayani pelanggan, Jihan segera menyusul sang suami yang sudah duduk di sofa sembari memainkan telepon pintar.
"Mas." Panggilan lembut Jihan membuat sang suami memalingkan pandangan dari gawai di tanganya, Rizal menghampiri dan menggandeng tangan sang istri ke ruang makan.
"Jihan, ini ada soto ayam dari ibu. Kamu panasin ya, nanti biar buat makan Fadil," perintah Rizal yang membuat kedua alis sang istri saling bertaut, tentu saja Jihan sudah bisa menebak apa yang akan terjadi selanjutnya. Namun, wanita itu tetap ingin menanyakan perihal janji sang suami pada Fadil, putra mereka.
"Tapi, Mas. Bukanya kamu sudah janji sama Fadil, kalau gajian ini akan belikan dia ayam goreng KFC?" Pertanyaan itu dilontarkan Jihan sembari menuang soto pemberian ibu mertuanya ke dalam mangkok.
"Ayam goreng KFC itu mahal, Jihan. Sayang uangnya, udah syukur ibuku kasih soto untuk makan Fadil. Toh itu soto juga ada ayamnya," ucap Rizal tanpa memikirkan perasaan putra mereka nanti, jika mengetahui sang ayah lagi-lagi mengingkari janji.
"Ya sudah, kalau begitu aku minta jatah bulananku saja, Mas. Hari ini kamu gajian kan?" Wanita itu menadahkan tangan, meminta haknya pada sang suami yang malah menghembuskan napas panjang.
Dengan berat hati, Rizal mengeluarkan dompetnya dari dalam saku. Seperti yang sudah Jihan tebak sebelumnya, sang suami hanya memberikan lima lembar uang merah kepada dirinya. Padahal, Rizal bekerja sebagai buruh pabrik rokok dengan gaji dua juta lima ratus ribu setiap bulanya.
"Kamu pegang itu dulu ya, kalau kurang kan kamu bisa tutupin dari hasil jualan," ujar Rizal yang kembali memasukan dompet kulitnya ke dalam saku.
Jihan mendengus kesal, memandangi uang lima ratus ribu yang berada dalam genggaman tanganya saat ini. Dan hal ini terjadi setiap bulan. Dengan kata lain, wanita itu harus berjuang sendiri untuk menutupi kebutuhan lainya.
"Mas, Fadil waktunya bayar sekolah. Uang segini mana cukup, belum lagi harus bayar listrik. Dan lihat, soto yang ibu kasih cuma setengah mangkok, itu juga tanpa ayam, Mas. Cuma ada satu kaki ayam. Warna kuahnya juga sudah keruh, pasti sudah beberapa kali dihangatkan." Jihan beranjak mengambil sendok dan mengambil sedikit kuah soto kemudian menyodorkannya pada sang suami.
"Nih kamu coba rasain?" perintah Jihan yang langsung menyuapkan kuah soto itu pada sang suami, Rizal terdiam sejenak mengecap rasa kuah yang sudah terasa sedikit asam di lidah. Pertanda jika soto yang diberikan ibunya sudah setengah basi.
"Emb, kok rada kecut ya, Han?" ucap Rizal pada akhirnya.
Jihan tersenyum kecut, dari warna dan baunya saja ia sudah tahu jika soto itu mungkin sudah dimasak dua hari yang lalu.
"Terus yang seperti ini, kamu tega kasih makan ke anak kamu?" Mata Jihan mendelik, menatap sang suami dengan penuh kekesalan.
"Sudahlah, kalau gitu kamu kasih Fadil makan sama lauk yang ada aja. Aku cuma pegang uang lima ratus ribu buat beli bensin dan rokok. Yang sejuta lima ratus diminta ibu, karena mau ada tetangga yang nikahan dan dia disuruh rewang. Katanya malu kalau nggak pakai perhiasan baru," ungkap Rizal pada akhirnya.
"Mas, harusnya kamu bisa kasih tahu ibu dong. Jangan selalu mikirin gengsi kalau kenyataanya gaya hidup beliau nggak sesuai dengan keadaan, kita punya anak dan kita juga perlu biaya hidup, Mas," debat Jihan yang sudah terlanjur kesal.
"Bunda!"
Suara teriakan dari arah pintu masuk membuat perdebatan itu terhenti. Fadil, bocah berusia delapan tahun itu menghampiri kedua orang tuanya dengan wajah berbinar karena tahu jika hari ini adalah tanggal gajian sang ayah.
"Hallo sayang, dari mana saja kamu?" tanya Rizal pada bocah yang tengah tersenyum menatap ke arahnya.
"Habis main, Yah. Oh iya, ayam KFC-nya mana? Hari ini Ayah gajian kan?"
Pertanyaan bocah itu membuat kedua orang tuanya saling melempar pandangan. Rizal mengedipkan mata sebagai kode untuk meminta sang istri memberi pengertian pada putranya. Jihan mendekat dan menekuk lutut untuk mensejajarkan tingginya dengan sang anak.
"Sayang, hari ini makan pakai telur gulung dulu ya. Bunda bikinin yang gede biar kayak paha ayam, besok setelah bayar uang sekolah kamu baru kita beli ayam gorengnya. Tadi Ayah lupa beli." Jihan memberi pengertian pada Fadil sembari menahan air matanya agar tak sampai jatuh, ini bukan pertama kalinya. Tapi setiap kali sang putra meminta sesuatu, Jihan harus selalu bisa membuatnya mengerti bahkan melupakan keinginanya itu.
Pandangan Fadil tertuju pada kuah soto yang berada di atas meja. Mata bocah itu berbinar, karena ada makanan enak meski bukan ayam goreng yang ia minta dari jauh hari sebelum sang ayah gajian. Bocah kelas dua sekolah dasar itu langsung mendekat ke arah meja makan.
"Lho ini ada soto kan, Bun?" tanya Fadil yang kembali menoleh ke arah sang bunda.
"Iya, itu soto dari nenek. Kamu makan aja," ucap Rizal yang tega menyuruh putranya untuk memakan soto setengah basi pemberian ibunya.
Jihan bergeming, setetes bulir bening telah berhasil lolos dari netra indahnya. Tak habis pikir dengan apa yang baru saja diucapkan oleh sang suami. Fadil kembali menoleh setelah mengaduk-aduk isi mangkok dengan sendok yang tadi digunakan Rizal untuk mencicipi kuah soto itu.
"Ayah, kok isi sotonya cuma ceker sebiji. Dan ini ... sotonya udah bau," protes bocah kecil itu menatap sang ayah dengan pandangan sendu.
Jihan yang sudah tak tahan melihat pemandangan itu langsung memeluk tubuh mungil sang anak.
"Nggak usah dimakan, kita ke depan aja yuk. Beli ayam goreng abang-abang dulu ya, besok kita beli KFC. Bunda janji!"
Jihan menggandeng tangan putranya keluar rumah tanpa peduli pada pandangan tajam sang suami. Namun, wanita itu kembali memutar badannya. Mengambil mangkok berisi soto dan membuangnya ke tempat cucian piring di hadapan sang suami secara langsung.
"Dasar istri kurang ajar, boros banget! Semua permintaan anak diturutin," umpat Rizal karena kesal melihat sang istri membuang soto pemberian ibunya yang sudah setengah basi dan tak layak makan itu.
Jihan tak peduli, wanita itu menyalakan sepeda motornya dan membonceng sang anak untuk membeli ayam crispy harga murah di depan gang.
Lima belas menit kemudian, Jihan kembali dengan menenteng sebuah kantong kresek. Wanita itu membuatkan sambal bawang kesukaan Fadil kemudian menunggui sang anak untuk makan. Nampak Fadil makan dengan sangat lahap, meski dengan lauk ayam goreng crispy murah yang hanya tebal tepungnya saja.
Rizal yang baru saja selesai mandi langsung mengambil sepiring nasi hendak ikut makan. Namun, mata lelaki itu malah melotot kala melihat apa yang tersaji di atas meja makan.
"Kenapa kamu tak jujur Cassandra? Kenapa kamu tak mau bilang kalau sedang mengandung? Apa kau takut jika bayi dalam rahimu itu adalah anakku? Hasil dari permainan gelap kita selama ini? Atau ... kamu takut jika aku membongkar semua rahasia kita?" Suara Randa menggelegar memenuhi ruangan, membuat dada Cassandra merasakan sesak luar biasa. Randa tak pernah main-main, ia takut jika lelaki itu akan membongkar semua kebobrokannya pada sang suami. Akankah Alfian, suami Cassandra bisa memaafkan setelah mengetahui semua kebohongan sang istri? Yuk ikuti kisah rumah tangga Cassandra dan Alfian di novel ini.
Setelah dua tahun menikah, Sophia akhirnya hamil. Dipenuhi harapan dan kegembiraan, dia terkejut ketika Nathan meminta cerai. Selama upaya pembunuhan yang gagal, Sophia mendapati dirinya terbaring di genangan darah, dengan putus asa menelepon Nathan untuk meminta suaminya itu menyelamatkannya dan bayinya. Namun, panggilannya tidak dijawab. Hancur oleh pengkhianatan Nathan, dia pergi ke luar negeri. Waktu berlalu, dan Sophia akan menikah untuk kedua kalinya. Nathan muncul dengan panik dan berlutut. "Beraninya kamu menikah dengan orang lain setelah melahirkan anakku?"
Riani sangat menyayangi pacarnya. Meskipun pacarnya telah tidak bekerja selama beberapa tahun, dia tidak ragu-ragu untuk mendukungnya secara finansial. Dia bahkan memanjakannya, agar dia tidak merasa tertekan. Namun, apa yang pacarnya lakukan untuk membalas cintanya? Dia berselingkuh dengan sahabatnya! Karena patah hati, Riani memutuskan untuk putus dan menikah dengan seorang pria yang belum pernah dia temui. Rizky, suaminya, adalah seorang pria tradisional. Dia berjanji bahwa dia akan bertanggung jawab atas semua tagihan rumah tangga dan Riani tidak perlu khawatir tentang apa pun. Pada awalnya, Riani mengira suaminya hanya membual dan hidupnya akan seperti di neraka. Namun, dia menemukan bahwa Rizky adalah suami yang baik, pengertian, dan bahkan sedikit lengket. Dia membantunya tidak hanya dalam pekerjaan rumah tangga, tetapi juga dalam kariernya. Tidak lama kemudian, mereka mulai saling mendukung satu sama lain sebagai pasangan yang sedang jatuh cinta. Rizky mengatakan dia hanyalah seorang pria biasa, tetapi setiap kali Riani berada dalam masalah, dia selalu tahu bagaimana menyelesaikan masalahnya dengan sempurna. Oleh karena itu, Riani telah beberapa kali bertanya pada Rizky bagaimana dia bisa memiliki begitu banyak pengetahuan tentang berbagai bidang, tetapi Rizky selalu menghindar untuk menjawabnya. Dalam waktu singkat, Riani mencapai puncak kariernya dengan bantuannya. Hidup mereka berjalan dengan lancar hingga suatu hari Riani membaca sebuah majalah bisnis global. Pria di sampulnya sangat mirip dengan suaminya! Apa-apaan ini! Apakah mereka kembar? Atau apakah suaminya menyembunyikan sebuah rahasia besar darinya selama ini?
"Tanda tangani surat cerai dan keluar!" Leanna menikah untuk membayar utang, tetapi dia dikhianati oleh suaminya dan dikucilkan oleh mertuanya. Melihat usahanya sia-sia, dia setuju untuk bercerai dan mengklaim harta gono-gini yang menjadi haknya. Dengan banyak uang dari penyelesaian perceraian, Leanna menikmati kebebasan barunya. Gangguan terus-menerus dari simpanan mantan suaminya tidak pernah membuatnya takut. Dia mengambil kembali identitasnya sebagai peretas top, pembalap juara, profesor medis, dan desainer perhiasan terkenal. Kemudian seseorang menemukan rahasianya. Matthew tersenyum. "Maukah kamu memilikiku sebagai suamimu berikutnya?"
Dua tahun lalu, Regan mendapati dirinya dipaksa menikahi Ella untuk melindungi wanita yang dia sayangi. Dari sudut pandang Regan, Ella tercela, menggunakan rencana licik untuk memastikan pernikahan mereka. Dia mempertahankan sikap jauh dan dingin terhadap wanita itu, menyimpan kehangatannya untuk yang lain. Namun, Ella tetap berdedikasi sepenuh hati untuk Regan selama lebih dari sepuluh tahun. Saat dia menjadi lelah dan mempertimbangkan untuk melepaskan usahanya, Regan tiba-tiba merasa ketakutan. Hanya ketika nyawa Ella berada di tepi kematian, hamil anak Regan, dia menyadari, cinta dalam hidupnya selalu Ella.
Yolanda mengetahui bahwa dia bukanlah anak kandung orang tuanya. Setelah mengetahui taktik mereka untuk memperdagangkannya sebagai pion dalam kesepakatan bisnis, dia dikirim ke tempat kelahirannya yang tandus. Di sana, dia menemukan asal usulnya yang sebenarnya, seorang keturunan keluarga kaya yang bersejarah. Keluarga aslinya menghujaninya dengan cinta dan kekaguman. Dalam menghadapi rasa iri adik perempuannya, Yolanda menaklukkan setiap kesulitan dan membalas dendam, sambil menunjukkan bakatnya. Dia segera menarik perhatian bujangan paling memenuhi syarat di kota itu. Sang pria menyudutkan Yolanda dan menjepitnya ke dinding. "Sudah waktunya untuk mengungkapkan identitas aslimu, Sayang."