Padahal hanya tinggal satu langkah lagi menuju pernikahan setelah pertunangan berlangsung satu tahun yang lalu. Namun, Sesil menyaksikan dengan matanya sendiri perselingkuhan tunangannya dengan wanita lain. Batalnya pertunangan, batal pula Sesil mengundurkan diri dari Aditama's Group. Ia melanjutkan pekerjaan sebagai sekretaris Raffael. Kemudian karena masih adanya dendam pada mantan tunangan, akhirnya Sesil berniat untuk membalas semua rasa sakit hatinya dengan bantuan dari Raffael. Tentu saja tidak ada yang gratis, Raffael mengharapkan sesuatu jika Sesil ingin dibantu olehnya. Sehingga keduanya terjebak dalam sebuah perjanjian yang saling menguntungkan satu sama lain. Simak kisah selanjutnya ....
"Sudah menemukan penggantimu?" tanya Raffael Aditama, CEO dari Aditama's Group, pada sekretarisnya yang sudah bekerja 6 tahun dengan dirinya.
"Masih dalam tahap seleksi, Tuan," jawab Sesil Imelia, sekretaris dari Raffael.
Sesil sudah lama bekerja di perusahaan Aditama's Group, terutama dengan Raffael, dari saat ia lulus kuliah sampai hendak menginjak usia 28 tahun.
Tidak mudah bagi Sesil bekerja dengan Raffael yang memiliki watak keras dan juga perfeksionis. Namun hari demi hari, tahun demi tahun, Sesil terus belajar. Memperbaiki kesalahan dan meng-upgrade kemampuannya. Bahkan berkat bekerja dengan Raffael yang selalu bertemu dengan klien luar negeri, kini Sesil telah menguasai lima bahasa besar di dunia.
Dan di tahun ketujuhnya, Sesil berencana untuk mengundurkan diri. Ia akan memutuskan untuk menikah dengan kekasihnya, lebih tepatnya dengan pria yang sudah satu tahun bertunangan.
Namun, tidak semudah itu ia mengundurkan diri dari Aditama's Group, apalagi mengundurkan diri menjadi sekretaris Raffael. Ia sendiri yang harus turun tangan dalam mengajari cara bekerja, memberitahu bagaimana karakter Raffael sendiri, juga banyak hal lain yang berhubungan dengan pekerjaannya yang sangat penting.
"Saya ingin mencari yang sempurna, yang sudah sangat siap untuk bekerja. Bukan yang masih mentah dan banyak bertanya soal cara kerja dengan saya. Kamu mengerti?"
Sesil mengangguk. "Mengerti, Tuan."
Sebenarnya Raffael sangat berat hati saat seminggu yang lalu Sesil mengatakan ingin mengundurkan diri. Karena ia sudah terbiasa bekerja dengan kinerja Sesil yang gesit dan sangat tahu dirinya, dan tentu saja dengan prosedur kerjanya.
Untuk bekerja sama dengan orang lain, tak pernah bisa dibayangkan oleh Raffael. Ia dan Sesil tumbuh bersama disaat ia baru memulai posisi sebagai CEO juga Sesil sebagai sekretarisnya.
"Apa schedule saya setelah makan siang?"
"Kita hanya ada satu pertemuan dengan investor dari Singapura di Hotel Flamingo jam 3 sebelum pulang, Tuan. Untuk pakaian golf, sudah saya siapkan untuk berjaga-jaga jika Mr. Joe ingin bermain golf dengan Tuan setelah pertemuan."
"Oke, kamu boleh keluar."
Beberapa jam berlalu ....
Pertemuan dengan klien telah selesai. Seperti dugaan, Mr. Joe memang mengajak Raffael untuk bermain golf. Namun karena jam kerja telah usai, Sesil pulang tanpa ikut bergabung bermain golf. Karena tepat dihari itu adalah hari satu tahun pertunangan dengan kekasihnya.
"Saya pamit pulang, Tuan. Semua barang Tuan sudah saya simpan di dalam mobil."
"Kamu tidak ingin bergabung main golf? Sekretaris Mr. Joe pun ikut."
Sesil menggelengkan kepala sambil tersenyum. "Untuk saat ini tidak, Tuan."
"Tunanganmu?" Raffael mengerutkan alisnya.
"Ini satu tahun pertunangan kami, kami berencana untuk makan malam bersama sambil membahas pernikahan," jawab Sesil dengan wajar riang terlihat amat bahagia.
"Kamu sudah yakin akan menikah? Usiamu baru saja 28 tahun, karirmu sangat bagus," ucap Raffael yang baru berani mengatakan hal itu karena kini mereka sudah diluar jam kerja. Sehingga ia merasa ada kesempatan untuk membahas hal selain pekerjaan.
"Usia 28 tahun bagi wanita itu bukan lagi usia yang muda, Tuan. Saya dari dulu memang ingin menikah muda, selambat-lambatnya sebelum umur 30-an. Kalau soal karir saya tidak terlalu berambisi, karena saya ingin menjadi ibu rumah tangga yang diam di rumah, mengurus suami dan juga anak," jawab Sesil secara jujur di depan bosnya.
"Sungguh itu impianmu?"
"Saya tahu, Tuan pasti berpikir jika impian saya sangat klise, tidak berambisi. Tapi itu memang yang saya inginkan. Kalau begitu saya permisi," ucap Sesil tidak lupa dengan senyuman manis khas karena lesung pipinya.
Raffael menghembuskan nafasnya. Sebenarnya jauh dalam hati kecilnya, ia tidak ingin Sesil mengundurkan diri. Ia sudah terlanjur terbiasa dengan cara kerja Sesil. Dan ia tidak ingin beradaptasi lagi dengan orang baru. Maka dari itu, ia meminta Sesil sendiri yang memilihkan pegawai baru penggantinya.
***
Tepat pukul 7 malam, Sesil sudah bersiap dengan dress yang baru ia beli untuk acara makan malam dengan tunangannya sembari membahas pernikahan mereka. Elly, sahabat Sesil, yang selalu antusias dengan kemajuan hubungan percintaan karibnya itu, tentu saja ikut berbahagia sambil membantu menata rambut Sesil.
"Bagaimana?" tanya Elly pada Sesil di depan cermin setelah selesai hair styling.
"Seperti biasanya, kamu memang pandai, Elly. Pantas salonmu selalu ramai," jawab Sesil.
"Ya sudah, segeralah berangkat. Apa Bara akan menjemputmu?"
"Kita ketemu ditempat. Dia langsung dari kerjaannya. Aku kasihan jika ia harus menjemputku jauh, akan membuang banyak waktu."
"Beruntunglah Bara akan menikahi wanita yang sangat pengertian, tidak seperti aku yang tak sabaran dan banyak mau."
Sesil tersenyum tipis. "Akulah yang beruntung. Karena aku akan segera resign dan sepenuhnya diam di rumah mengurusi keluarga kecilku. Aku berangkat, sebaiknya kamu pulang dan jangan menungguku. Mungkin saja aku akan menginap diluar bersama calon suamiku," ucap Sesil yang memang selalu menggoda sahabatnya yang belum memiliki kekasih.
"Ha! Dasar."
Setelah turun dari taksi, Sesil mendapatkan panggilan telepon dari Bara.
Sesil : Hallo, sayang. Apa ka---.
Bara : Sepertinya makan malam kali ini kita cancel dulu. Aku masih harus bersama klienku. Kamu mengerti, kan? Aku baru saja akan direkomendasikan untuk naik jabatan, jadi aku harus pandai mencari muka di depan atasanku.
Sesil jelas merasa kecewa, tetapi ia juga tidak mungkin memprotes kekasihnya hanya karena makan malam mereka dibatalkan. Apalagi alasan Bara bisa diterima olehnya. Ia harus terus mendukung karir Bara, karena setelah menikah ia tidak akan bekerja dan menghasilkan uang lagi.
Sesil : Oh iya, tidak masalah. Kita bisa makan malam next time. Kamu jangan sampai lupa makan.
Bara : Ok. Aku akan makan di rumah nanti. Aku akan tutup teleponnya.
Sesil menghembuskan napas panjang. Karena sudah terlanjur reservasi, pada akhirnya Sesil memutuskan untuk makan sendiri saja.
Sudah sekitar hampir satu jam, Sesil baru bisa menghabiskan makan malamnya. Ia terlalu sibuk dengan pemikiran kecewa yang hanya bisa ia tahan dalam hatinya.
'Aku tidak boleh egois, kesibukan Bara juga demi masa depan kita berdua. Mending aku beliin dia makan, dan mampir sebentar ke apartemennya. Syukur-syukur Bara juga udah pulang,' batin Sesil.
Saat keluar dari restoran, Sesil bertemu dengan Raffael yang sedang menunggu sopirnya mengambil mobil di area parkir.
"Tuan?" sapa Sesil yang lebih dulu melihat adanya Raffael. "Tuan habis makan malam dengan Mr. Joe?"
Raffael masih terdiam melihat Sesil yang cukup berbeda dengan apa yang biasa ia lihat sehari-harinya. Biasanya Sesil selalu mengenakan rok sebatas lutut, dipadukan dengan blouse atau kemeja tangan panjang, riasan wajah yang natural juga rambut yang tidak pernah diurai.
Dan malam itu, Raffael nampak melihat Sesil dengan sisi yang berbeda. Dress tanpa lengan berwarna maroon yang kontras dengan kulit cerahnya, dengan panjang diatas lutut. Ditambah dengan riasan wajah yang mempertegas kecantikan Sesil, juga rambut panjang yang diurai menambah nilai elegan dan juga terlihat begituseksi.
"Tuan?" Sesil melambaikan tangan di depan wajah Raffael.
"Ha? Ya! Saya baru saja makan malam dengan Mr. Joe. Kamu datang dengan tunanganmu?" tanya Raffael yang sekaligus ingin membayar rasa penasarannya akan sosok pria tunangan sekretaris pribadinya itu.
"Mm ---" Sesil ragu untuk menjawab yang sebenarnya, apalagi pada bosnya sendiri.
Tiga tahun menikah, tiga tahun pula aku dituntut untuk segera memberikan seorang cucu oleh Ibu Mertuaku. Mau pecah rasanya kepalaku karena selalu hal itu yang dibahas disetiap pertemuan kami. Aku selalu diam saja, begitu juga dengan suamiku yang tidak pernah membelaku. Aku sudah memeriksakan rahimku dan nyatanya memang tidak ada masalah. Aku rasa hanya perihal waktu saja, Tuhan mungkin belum memberikan kepercayaannya pada kami. Tidak mungkin juga aku mengatakan pada Ibu Mertua jika kemungkinan besar anaknya yang bermasalah. Jujur saja, selama tiga tahun, aku tidak pernah merasa terpuaskan. Satu kali pun tidak pernah. Bahkan aktivitas bercinta kami bisa dihitung dengan jari dalam satu bulan, itu pun tidak pernah lama. Sampai akhirnya, aku memutuskan untuk kembali bekerja daripada di rumah dan stres sendiri. Apalagi keuangan rumah tangga kami memang sedang tidak baik-baik saja, karena harus berbagi dengan Ibu Mertuaku yang sudah tidak ada yang menafkahi sejak Ayah Mertua meninggal. Aku pun melamar ke sebuah perusahaan yang sedang mencari sekretaris. Kebetulan pula, aku memang mantan sekretaris sebelum menikah dan resign. Semua bermula dari sana. Awal mula aku bermain di belakang suamiku ....
Seto lalu merebahkan tubuh Anissa, melumat habis puting payudara istrinya yang kian mengeras dan memberikan gigitan-gigitan kecil. Perlahan, jilatannya berangsur turun ke puser, perut hingga ke kelubang kenikmatan Anissa yang berambut super lebat. Malam itu, disebuah daerah yang terletak dipinggir kota. sepasang suami istri sedang asyik melakukan kebiasaan paginya. Dikala pasangan lain sedang seru-serunya beristirahat dan terbuai mimpi, pasangan ini malah sengaja memotong waktu tidurnya, hanya untuk melampiaskan nafsu birahinya dipagi hari. Mungkin karena sudah terbiasa, mereka sama sekali tak menghiraukan dinginnya udara malam itu. tujuan mereka hanya satu, ingin saling melampiaskan nafsu birahi mereka secepat mungkin, sebanyak mungkin, dan senikmat mungkin.
Bagi Sella Wisara, pernikahan terasa seperti sangkar yang penuh duri. Setelah menikah, dia dengan bodoh menjalani kebidupan yang menyedihkan selama enam tahun. Suatu hari, Wildan Bramantio, suaminya yang keras hati, berkata kepadanya, "Aisha akan kembali, kamu harus pindah besok." "Ayo, bercerailah," jawab Sella. Dia pergi tanpa meneteskan air mata atau mencoba melunakkan hati Wildan. Beberapa hari setelah perceraian itu, mereka bertemu lagi dan Sella sudah berada di pelukan pria lain. Darah Wildan mendidih saat melihat mantan isrtinya tersenyum begitu ceria. "Kenapa kamu begitu tidak sabar untuk melemparkan dirimu ke dalam pelukan pria lain?" tanyanya dengan jijik. "Kamu pikir kamu siapa untuk mempertanyakan keputusanku? Aku yang memutuskan hidupku, menjauhlah dariku!" Sella menoleh untuk melihat pria di sebelahnya, dan matanya dipenuhi dengan kelembutan. Wildan langsung kehilangan masuk akal.
ADULT HOT STORY 🔞🔞 Kumpulan cerpen un·ho·ly /ˌənˈhōlē/ adjective sinful; wicked. *** ***
Kisah asmara para guru di sekolah tempat ia mengajar, keceriaan dan kekocakan para murid sekolah yang membuat para guru selalu ceria. Dibalik itu semua ternyata para gurunya masih muda dan asmara diantara guru pun makin seru dan hot.
Hidup itu indah, kalau belum indah berarti hidup belum berakhir. Begitu lah motto hidup yang Nayla jalani. Setiap kali ia mengalami kesulitan dalam hidupnya. Ia selalu mengingat motto hidupnya. Ia tahu, ia sangat yakin akan hal itu. Tak pernah ada keraguan sedikitpun dalam hatinya kalau kehidupan seseorang tidak akan berakhir dengan indah. Pasti akan indah. Hanya kedatangannya saja yang membedakan kehidupan dari masing – masing orang. Lama – lama Nayla merasa tidak kuat lagi. Tanpa disadari, ia pun ambruk diatas sofa panjang yang berada di ruang tamu rumahnya. Ia terbaring dalam posisi terlentang. Roti yang dipegangnya pun terjatuh ke lantai. Berikut juga hapenya yang untungnya cuma terjatuh diatas sofa panjangnya. Diam – diam, ditengah keadaan Nayla yang tertidur senyap. Terdapat sosok yang tersenyum saat melihat mangsanya telah tertidur persis seperti apa yang telah ia rencanakan. Sosok itu pelan – pelan mendekat sambil menatap keindahan tubuh Nayla dengan jarak yang begitu dekat. “Beristirahatlah sayang, pasti capek kan bekerja seharian ?” Ucapnya sambil menatap roti yang sedang Nayla pegang. Sosok itu kian mendekat, sosok itu lalu menyentuh dada Nayla untuk pertama kalinya menggunakan kedua tangannya. “Gilaaa kenyel banget… Emang gak ada yang bisa ngalahin susunya akhwat yang baru aja nikah” Ucapnya sambil meremas – remas dada Nayla. “Mmmpphhh” Desah Nayla dalam tidurnya yang mengejutkan sosok itu.
Pada hari Livia mengetahui bahwa dia hamil, dia memergoki tunangannya berselingkuh. Tunangannya yang tanpa belas kasihan dan simpanannya itu hampir membunuhnya. Livia melarikan diri demi nyawanya. Ketika dia kembali ke kampung halamannya lima tahun kemudian, dia kebetulan menyelamatkan nyawa seorang anak laki-laki. Ayah anak laki-laki itu ternyata adalah orang terkaya di dunia. Semuanya berubah untuk Livia sejak saat itu. Pria itu tidak membiarkannya mengalami ketidaknyamanan. Ketika mantan tunangannya menindasnya, pria tersebut menghancurkan keluarga bajingan itu dan juga menyewa seluruh pulau hanya untuk memberi Livia istirahat dari semua drama. Sang pria juga memberi pelajaran pada ayah Livia yang penuh kebencian. Pria itu menghancurkan semua musuhnya bahkan sebelum dia bertanya. Ketika saudari Livia yang keji melemparkan dirinya ke arahnya, pria itu menunjukkan buku nikah dan berkata, "Aku sudah menikah dengan bahagia dan istriku jauh lebih cantik daripada kamu!" Livia kaget. "Kapan kita pernah menikah? Setahuku, aku masih lajang." Dengan senyum jahat, dia berkata, "Sayang, kita sudah menikah selama lima tahun. Bukankah sudah waktunya kita punya anak lagi bersama?" Livia menganga. Apa sih yang pria ini bicarakan?