/0/12918/coverbig.jpg?v=55ce8910907bbaef11fb700bb240eef1)
"Aaarrrgghhh!" Siska memegangi leher jenjangnya yang seperti tertusuk jarum, dia tak sempat menjerit, apalagi melakukan perlawanan, karena cairan yang masuk ke dalam pembuluh darahnya begitu cepat menyebar dan mematikan syarafnya. Wanita cantik dan seksi itupun tumbang dengan mata melotot dan mulut menganga serta tubuh membiru. Sejenak tangan dan kakinya masih mengejang, namun lima menit berikutnya, diam tak bergerak. "Mampus kau pelakor!" desah orang bertopeng itu. Korban terus berjatuhan, dan semua menerima kertas bertuliskan 'Malaikat Maut Pelakor' di tubuhnya. Ranti, seorang istri yang ditinggalkan suami karena pelakor, menjadi tersangka utama dengan berbagai bukti yang ada di rumahnya. Siapakah Sang 'Malaikat Maut Pelakor' itu? Benarkah Ranti yang ditinggalkan suaminya dengan sejumlah luka di tubuh dan hatinya menjadi pelakunya? Dendam itu, membutakan mata hati sang pelaku!
Dengan mata membara, Ranti menatap nyalang pada beberapa lembar foto yang ada di tangannya.
Ada sepuluh lembar foto wanita yang telah diberi nomor dan nama.
Sebenarnya foto-foto itu telah ada di tangannya sejak Yuda-suaminya-masih ada di sisinya. Ranti mendapatkannya dengan menyewa seseorang dan menyelidiki suaminya yang mulai berubah kasar saat putri mereka berusia satu tahun.
Selain itu, ada Intan sahabatnya yang menjadi istri dari Bos suaminya.
"Foto-foto siapa, Kak?"
Tiba-tiba, Narendra, adiknya telah berdiri di belakangnya.
"Oh! Ini ... ini foto ...,"
Belum sempat Ranti menyelesaikan ucapannya, Narendra telah merebutnya dari tangan Ranti.
"Hmmm! Ini pasti foto-foto perempuan penggoda Mas Yuda, kan! Dan ini_?" Narendra memperhatikan dengan seksama.
"Ya! Khusus nomer dua itu, foto sekretaris kantornya. Intan sengaja menyisipkannya karena berselingkuh dengan Gunawan," terang Ranti.
Narendra menggeleng,"Maksudku, nomer sepuluh ini!" Mata pemuda tanggung itu lekat menatap dengan pandangan tajam ke arah foto seorang wanita paruh baya.
"Itu ... itu foto istri baru ayah," jawab Ranti tersendat.
Narendra tersenyum sinis, matanya berkilat penuh dendam.
"Aku membenci wanita-wanita yang merusak kebahagiaan rumah tangga kita. Apalagi, karena kehadiran mereka Mas Yuda dan Ayah jadi berlaku kasar," gumam Ranti.
"Apa yang akan Kakak lakukan dengan foto-foto itu?" tanyanya sejurus kemudian, berusaha menelan salivanya yang terasa pahit.
"Belum terpikirkan, tapi aku pasti akan membuat perhitungan pada perempuan-perempuan s*alan itu!" Ucapan Ranti terdengar dalam dan penuh dendam.
Narendra menunduk dalam diam, rahangnya mengeras. Dia mengepalkan tangannya, menahan perasaan. Matanya terfokus pada foto-foto di tangannya.
"Kak, nomer sembilan, itu_," Narendra menatap tajam sosok wanita cantik dalam foto tersebut. Di bawah foto tersemat nama Nadia.
"Ya, itu istri baru Mas Yuda," jawab Ranti dalam.
"Kita lihat! Apa yang bisa Kakakmu ini lakukan pada mereka!" Ranti mengambil kembali foto-foto itu dari tangan Adiknya dan berlalu masuk ke dalam rumah.
Tak ada yang tahu, enam bulan setelah itu mulai terjadi kehebohan di kota kecil itu.
Bab 1. Korban Pertama
"Maasss ... mau lagi!" desah Siska manja sambil mengecup pipi Arga, kekasih gelapnya. Kepalanya berbantal lengan kokoh Arga, sementara tangan kanannya terus bergerilya dengan gerakan lembut di dada dan perut lelaki yang bukan suaminya itu.
Arga mendesis nikmat setiap kali merasakan sentuhan tangan wanita cantik dan seksi yang kini tergeletak tanpa busana di sampingnya.
"Sebentar lagi, Sayang! Aku lagi ngumpulin tenaga dulu, ya," ucapnya sambil membelai rambut Siska,"teruskan sentuhanmu biar lebih cepat!" bisiknya lagi, mengecup kening wanita yang mulai menggeliatkan tubuhnya dengan gerakan erotis.
Drrrttt ... Drrtttt!!
Terdengar suara getaran handphone milik Arga yang dia letakkan di atas meja rias milik Siska, perempuan yang telah setahun belakangan menjadi selingkuhannya.
Arga dan Siska tidak memperdulikan suara itu, mereka kembali asik dengan sentuhan panas mereka.
Tak tahan, Siska akhirnya naik ke atas tubuh Arga yang mulai bereaksi oleh sentuhannya. Arga tertawa kecil menikmati kelakuan wanita itu. Inilah yang membuat Arga begitu tergila-gila pada Siska hingga rela mengeluarkan banyak uang untuk wanita simpanannya ini. Untung saja, dia menjadi Manajer keuangan di Perusahaan tempatnya bekerja sehingga tak sulit bagi Arga untuk mendapatkan uang.
Derrrtttttt ... Derrrtttttt!!!
Kembali terdengar suara getaran Hp miliknya.
"Aahhhh, pasti Si nenek lampir yang cerewet itu!" gumam Arga kesal, tangannya masih terus membelai punggung Siska yang berada di atasnya hingga akhirnya dia membalikkan posisi. Siska terkikik geli mendengar julukan yang disebutkan Arga untuk Rasti, istrinya.
Mereka kembali meneruskan pagutan dan sentuhan panas hingga tubuhnya berkeringat meskipun di ruangan ber-AC.
Kriiinnggg!!
"Aaahhh, Sial! Apa, sih, maunya nenek lampir ini?!" Dengan kesal Arga menghentikan aksinya yang hampir mencapai klimaks, meloncat dan meraih gawainya dengan kasar.
Bukan untuk menerima panggilan, melainkan me-Nonaktifkan handphonenya.
"Maassss ... sini ... tanggung!" Tangan Siska menggapai dan meraih tangan Arga, menariknya kembali dan membenamkan Arga ke dalam pelukan panasnya.
Kini, tak ada lagi deringan telepon yang mengganggu pergumulan panas mereka di atas ranjang.
Desahan dan erangan mereka mengakhiri aktivitas panas itu hingga keduanya terkulai di atas kasur yang empuk.
"Kamu hebat sekali, Mas ...!" bisik manja Siska di telinga Arga tanpa melepaskan pelukannya.
"Kamu juga hebat, Sayang ... makanya aku selalu terbayang sama kamu walaupun sedang bersama nenek lampir ... hahaha!" Arga geli sendiri dengan kata-katanya.
Siska tertawa lirih.
"Mulutmu manis banget, Mas ... kalau memang begitu, kenapa belum juga kamu ceraikan dia dan menikahiku_" umpat Siska, tentu saja dalam hati. Mana mungkin dia ucapkan langsung, bisa-bisa dia kehilangan ladang rejekinya.
"Aku harus pulang sekarang, nanti Rasti akan curiga kalau aku pulang terlalu larut!" Arga segera melompat dari ranjang dan mengenakan kembali pakaiannya, diikuti pandangan protes dari Siska.
Setelah mengecup kening perempuan simpanannya, Arga bergegas keluar dari rumah Siska. Tepat jam sembilan malam.
Tanpa disadari oleh Siska, seseorang menyelinap masuk melalui pintu yang belum terkunci.
Seseorang dengan Hoodie dan celana ketat hitam, serta menggunakan penutup wajah dan sarung tangan yang juga berwarna hitam. Hanya matanya yang tampak nyalang menatap rumah wanita pelakor itu.
Dengan mengendap-endap, orang itu melewati ruang tamu yang cukup luas. Melewati ruang keluarga yang terlihat nyaman dan asri karena ada taman buatan mini lengkap dengan air terjun yang juga mini. Suara gemericik air membuat pikiran menjadi tenang.
Namun, tamu misterius itu tak peduli dengan sekitar, dia mengendap cepat menuju satu arah-kamar Siska.
Sepertinya, orang itu tau bahwa di dalam rumah itu hanya tinggal ada Siska sendirian.
Krompyangg!!!
"Shit! Kenapa harus ada pot bunga di sini, sih!" umpatnya pelan saat tiba-tiba dia menabrak sebuah vas bunga besar di depan kamar Siska hingga pecah berantakan.
Orang misterius itu segera menyelinap ke samping kanar yang berbatasan dengan ruang keluarga.
"Siapa itu? Mas_?"
Siska yang masih terbaring malas tanpa busana langsung menyambar piyama yang tergantung di belakang pintu dan segera memakainya sembarang.
"Mas? Apa Mas Arga lupa sesuatu?" Siska segera membuka pintu kamar, berpikir bahwa yang menendang vas bunga tadi adalaha Arga.
Namun, dia tersurut ke belakang saat melihat vas bunga di depan kamarnya telah hancur dan tak ada seorang pun di situ.
Siska mulai curiga, dia mundur selangkah, memegang daun pintu kamar dengan mata menyorot tajam. Melirik kan matanya ke setiap sudut ruangan, namun tak menemukan apapun.
Dia berbalik dan hendak menutup pintu kamarnya, bermaksud mengunci diri dan menelepon Arga atau polisi.
Tapi belum sempat pintu itu tertutup, tiba-tiba sebuah tangan menarik kepalanya dan membekap mulutnya dengan sangat kuat hingga hampir tak bisa bernapas.
Aaarrrgghhhh!!!
Siska memegangi leher jenjangnya yang serasa tertusuk jarum.
Dia tak sempat lagi berteriak apalagi melakukan perlawanan. Cairan yang disuntikkan ke tubuhnya dengan cepat menyebar melalui pembuluh darah dan jantungnya.
Tubuh seksi wanita cantik itupun melorot dari pegangan manusia misterius. Siska tumbang seketika dengan mata melotot dan mulut menganga dan suara tercekik di tenggorokan. Sejenak tubuhnya terlihat menegang dan terdiam di detik berikutnya.
"Mampus kau pelakor!" gumam orang itu menatap penuh kebencian pada Siska yang sudah tewas dengan mulut berbusa.
Tanpa membuang waktu, dia segera memasukkan alat suntik yang digunakan ke dalam saku Hoodienya.
Segera dia melangkah pergi tanpa beban sedikit pun setelah menghabisi nyawa orang lain.
Seperti seorang profesional, tak meninggalkan jejak ataupun sidik jari.
***
Ranti memacu kuda besinya dengan santai meskipun saat itu sudah menunjukkan pukul setengah sebelas malam.
Dia sudah terbiasa pulang larut meskipun tidak setiap malam. Kali ini dia pulang larut karena mengantar pesanan customer yang memesan hoodie melalui lapak onlinenya.
"Wah! Jalanan udah sepi gini, sih. Padahal belum terlalu malam juga," pikirnya sambil terus melaju.
Matanya tajam menatap jalan lurus di depannya, sementara pikirannya menerawang.
"Aira pasti udah pules, nih. Ah! Kangen sama manjanya dia," Ranti tersenyum sendiri setiap kali ingat putri semata wayangnya yang baru berusia empat tahun.
Ranti tinggal bersama ibu dan anaknya serta Narendra-adik laki-lakinya yang sudah empat tahun lulus SMA.
Suaminya entah dimana, dia pergi dengan selingkuhannya saat Aira baru berusia dua tahun.
Ibunya juga mengalami nasib yang sama dengannya, ditinggal suami-ayah Ranti-dengan wanita simpanannya.
Karena itu, dia sangat membenci siapapun wanita yang menjadi "Pelakor" ataupun perempuan simpanan.
"Aku akan meghabisi semua pelakor yang menghancurkan kehidupan rumah tangga orang lain!" katanya suatu ketika, saat sedang ngobrol dengan ibu-ibu di kompleks rumahnya.
"Jangan, Mbak! Dosa_!" timpal Bu Yayuk.
"Peduli apa sama dosa, saya benci sekali sama perempuan yang merusak kebahagiaan orang lain! Mereka itu penjahat, Bu ibu! Bukan cuma menyakiti istri sah, tapi juga anak-anaknya jadi terlantar tanpa ayah!" kata Ranti lagi berapi-api. Matanya nyalang menyimpan dendam.
Ciiitttt!!
Ranti menekan rem secara mendadak.
Menikah untuk sebagian orang adalah suatu kebahagian namun, berbeda dengan Ayudia. Gadis cantik itu, dipaksa untuk menikahi kakak iparnya sendiri. Pernikahan yang terjadi nyatanya, membuat hidup Ayudia menderita. Aidan memperlakukan Ayudia bukan seperti seorang suami kepada istrinya. Pria itu dengan sangat tega menyiksa istri barunya begitu kejam. Aidan melakukan hal itu karena ingin membalas dendam, akibat kepergian sang istri pertama yang tak lain adalah kakak Ayudia. Pernikahan yang terjadi seperti neraka bagi Ayudia, dirinya dipaksa untuk melakukan apapun oleh Aidan. Bahkan perbuatan yang dilakukan oleh Aidan, menimbulkan sebuah trauma mendalam pada Ayudia. Mampukah Ayudia bertahan dengan pernikahan ini? Ada kebahagiaan yang datang pada hubungan mereka?
Hidup itu indah, kalau belum indah berarti hidup belum berakhir. Begitu lah motto hidup yang Nayla jalani. Setiap kali ia mengalami kesulitan dalam hidupnya. Ia selalu mengingat motto hidupnya. Ia tahu, ia sangat yakin akan hal itu. Tak pernah ada keraguan sedikitpun dalam hatinya kalau kehidupan seseorang tidak akan berakhir dengan indah. Pasti akan indah. Hanya kedatangannya saja yang membedakan kehidupan dari masing – masing orang. Lama – lama Nayla merasa tidak kuat lagi. Tanpa disadari, ia pun ambruk diatas sofa panjang yang berada di ruang tamu rumahnya. Ia terbaring dalam posisi terlentang. Roti yang dipegangnya pun terjatuh ke lantai. Berikut juga hapenya yang untungnya cuma terjatuh diatas sofa panjangnya. Diam – diam, ditengah keadaan Nayla yang tertidur senyap. Terdapat sosok yang tersenyum saat melihat mangsanya telah tertidur persis seperti apa yang telah ia rencanakan. Sosok itu pelan – pelan mendekat sambil menatap keindahan tubuh Nayla dengan jarak yang begitu dekat. “Beristirahatlah sayang, pasti capek kan bekerja seharian ?” Ucapnya sambil menatap roti yang sedang Nayla pegang. Sosok itu kian mendekat, sosok itu lalu menyentuh dada Nayla untuk pertama kalinya menggunakan kedua tangannya. “Gilaaa kenyel banget… Emang gak ada yang bisa ngalahin susunya akhwat yang baru aja nikah” Ucapnya sambil meremas – remas dada Nayla. “Mmmpphhh” Desah Nayla dalam tidurnya yang mengejutkan sosok itu.
Kaindra, seorang pria ambisius yang menikah dengan Tanika, putri tunggal pengusaha kaya raya, menjalani kehidupan pernikahan yang dari luar terlihat sempurna. Namun, di balik semua kemewahan itu, pernikahan mereka retak tanpa terlihat-Tanika sibuk dengan gaya hidup sosialitanya, sering bepergian tanpa kabar, sementara Kaindra tenggelam dalam kesepian yang perlahan menggerogoti jiwanya. Ketika Kaindra mengetahui bahwa Tanika mungkin berselingkuh dengan pria lain, bukannya menghadapi istrinya secara langsung, dia justru memulai petualangan balas dendamnya sendiri. Hubungannya dengan Fiona, rekan kerjanya yang ternyata menyimpan rasa cinta sejak dulu, perlahan berubah menjadi sebuah hubungan rahasia yang penuh gairah dan emosi. Fiona menawarkan kehangatan yang selama ini hilang dalam hidup Kaindra, tetapi hubungan itu juga membawa komplikasi yang tak terhindarkan. Di tengah caranya mencari tahu kebenaran tentang Tanika, Kaindra mendekati Isvara, sahabat dekat istrinya, yang menyimpan rahasia dan tatapan menggoda setiap kali mereka bertemu. Isvara tampaknya tahu lebih banyak tentang kehidupan Tanika daripada yang dia akui. Kaindra semakin dalam terjerat dalam permainan manipulasi, kebohongan, dan hasrat yang ia ciptakan sendiri, di mana setiap langkahnya bisa mengancam kehancuran dirinya. Namun, saat Kaindra merasa semakin dekat dengan kebenaran, dia dihadapkan pada pertanyaan besar: apakah dia benar-benar ingin mengetahui apa yang terjadi di balik hubungan Tanika dan pria itu? Atau apakah perjalanan ini akan menghancurkan sisa-sisa hidupnya yang masih tersisa? Seberapa jauh Kaindra akan melangkah dalam permainan ini, dan apakah dia siap menghadapi kebenaran yang mungkin lebih menyakitkan dari apa yang dia bayangkan?
Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?
Rhido tak pernah menduga masa lalunya yang hitam dan kelam, ternyata sangat berpengaruh pada kehidupan rumah tangganya bersama Lisda. Wanita yang dinikahinya karena telah berhasil membuat Rhido sadar akan kesalahan masa lalunya. Ketika Rhido sedang berjuang menghilangkan jejak masa lalunya, justru halangan datang dari istrinya. Ketika sedang mengandung anak pertamanya, Lisda justru meraskan gangguan yang membuatnya selalu kesakitan saat berhubungan badan dengan suaminya. Rhido yang teramat mencintai istri dan calon anaknya, rela bertahan tidak melakukan hubungan badan dengan istrinya. Sampai akhirnya Rhido mendapat tugas kerja di daerah pedalaman Jawa Barat dan Kalimantan. Di sanalah godaan demi godaan datang silih berganti. Sanggupkah Rhido yang mantan bajingan itu bertahan dengan kesetiannya, atau malah sebaliknya. Lanas bagaimana nasib Lisda dengan anak yang baru dilahirkannya? Benarkah masa lalu Rhido yang penuh dengan aura mistis kembali menghantui dan menganggunya? Seperti apa aura dan gangguan mistis yang dia dapatkannya? Adakah pengaruhnya pada Lisda, istri sahnya?
Karin jatuh cinta pada Arya pada pandangan pertama, tetapi gagal menangkap hatinya bahkan setelah tiga tahun menikah. Ketika nyawanya dipertaruhkan, dia menangis di kuburan orang terkasihnya. Itu adalah pukulan terakhir. "Ayo bercerai, Arya." Karin berkembang pesat dalam kebebasan barunya, mendapatkan pengakuan internasional sebagai desainer. Ingatannya kembali, dan dia merebut kembali identitasnya yang sah sebagai pewaris kerajaan perhiasan, sambil merangkul peran barunya sebagai ibu dari bayi kembar yang cantik. Arya panik ketika pelamar yang bersemangat berduyun-duyun ke arah Karin. "Aku salah. Tolong biarkan aku melihat anak-anak kita!"