Unduh Aplikasi panas
Beranda / Fantasi / Takdir Cinta Siluman Rubah
Takdir Cinta Siluman Rubah

Takdir Cinta Siluman Rubah

5.0
53 Bab
3.2K Penayangan
Baca Sekarang

Tentang

Konten

Jutaan butir kristal yang jatuh membasahi pipi Dean kala melihat lambaian tangan Lee Dari yang semakin jauh darinya. Dean tahu bahwa ia telah membahayakan nyawa Lee Dari dengan membawa hatinya pergi jauh darinya sementara ia tahu bahwa Lee Dari hanya bisa hidup jika berada dekat dengan hati Dean. Cinta dua dunia yang telah terjalin semenjak Dean terdampar di pulau tak berpenghuni membuat Dean selalu resah. Akankah cintanya yang berbeda dunia akan bersatu. Hingga suatu ketika kenyataan pahit harus ditelan oleh Lee Dari kala ia melihat Dean yang pergi meninggalkannya secara diam-diam dengan mata kepalanya sendiri. Dean pergi jauh meninggalkan Lee Dari dan membawa hatinya yang secara perlahan pasti akan membunuh Lee Dari. Kenyataan bahwa Dean lebih memilih dunianya dan meninggalkan Lee Dari sendirian di pulau kecil itu. Meski air mata Lee Dari deras mengalir dan berhasil mengundang gerimis kala itu. Dean tetap tidak peduli.

Bab 1 한국의 문화 ( Budaya Korea Selatan)

"Baiklah anak-anak hari ini adalah hari terakhir kita berada di Korea, yah. Besok kita akan kembali lagi ke Indonesia. Harap semuanya mengingat semua yang sudah saya jelaskan sedari kemarin," ucap Pak Budi menjelaskan.

Tak lama kemudian Pak Budi mulai menjelaskan sebuah cerita yang begitu terkenal di Korea Selatan sebagai pembelajaran budaya di hati terakhir itu.

Pembahasan mengenai makhluk yang biasa disebut Gumiho. Manusia yang merupakan jelmaan dari seekor rubah yang hidup ribuan tahun lalu.

Tiba-tiba saja, Dean yang berdiri di antara kerumunan murid-murid mengangkat tangan kanannya hingga membuat Pak Budi menoleh ke arahnya.

"Ada apa, Dean?" tanya Pak Budi.

"Pak, saya mau izin ke toilet sebentar, ya," kata Dean.

Akhirnya Pak Budi pun memberikan izin pada Dean untuk pergi ke toilet. Dengan langkah cepat Dean berlari mencari toilet terdekat.

Sementara yang lain masih berdiri menatap sungai Han sebagai materi pembelajaran budaya, Dean justru sibuk mencari toilet.

"Ah sial! Ngantri lagi," kata Dean kesal saat melihat toilet umum terdekat penuh hingga harus mengantre.

Sebenarnya antreannya tidak begitu panjang, hanya kurang lebih sekitar lima orang saja. Namun, bagi Dean yang sudah merasakan air seninya penuh, tidak bisa menahan lagi jika harus mengantre.

Dengan terpaksa Dean harus mencari toilet lain agar air seninya tidak tertahan lebih lama di dalam kantung kemihnya.

Meski harus sesekali mengumpat karena ia yang ingin buang air kecil di saat yang tidak tepat. Sepertinya cuaca di Korea yang begitu dingin sangat tidak cocok dengannya sehingga membuatnya harus sering bolak-balik toilet.

Tak sengaja Dean melihat seorang pria baru baya tengah berdiri sembari menatap dalam ke arahnya. Meski ragu, akhirnya Dean memutuskan untuk mendekati pria itu.

"Excuse me, do you know where the toilet is?" (Maaf apa anda tahu toilet ada di sebelah mana)

Dean terpaksa bertanya pada pria yang melihatnya dengan begitu dalam. Dean tak punya pilihan lain lagi, air seninya benar-benar sudah tidak bisa ditahannya lagi.

Namun, usahanya sia-sia. Pria itu memberikan respon gelagat tak mengerti dengan apa yang dikatakan oleh Dean.

Ah sial, kayaknya dia ngga ngerti bahasa Inggris deh, batin Dean kesal.

Untungnya meski sedikit dan aksen yang tidak begitu bagus, Dean bisa memakai bahasa Korea karena sebelum berangkat ia sempat mempelajari bahasa Korea meski sedikit sehingga ia bisa mempraktekkannya sekarang.

"sillyehabnida ahjussi, hwajangsil-i eodie issneunji asibnikka?"(maaf pak, apa anda tau toilet ada dimana?) tanya Dean yang kali ini memakai bahasa Korea.

"jeogiiss-eoyo." (Di sana) pria itu menjawab sembari menunjuk ke arah kanan yang tak jauh darinya.

Pria itu menunjuk sembari memberikan senyum misterius, tapi Dean tak ambil pusing akan hal itu. Ia sama sekali tak menaruh rasa curiga apapun.

Menurut Dean air seninya lebih penting untuk dikeluarkan saat itu juga karena rasanya sudah sedikit nyeri di ujung pangkal tongkat pribadi miliknya.

Ternyata benar dugaan Dean bahwa pria itu tidak mengerti bahasa Inggris. Setelah mengucapkan terima kasih pada pria itu dengan cepat Dean berjalan ke arah toilet yang ditunjukkan oleh pria misterius itu.

Baru beberapa langkah Dean meninggalkan pria itu, ia pun menoleh dan melihat pria tadi sudah menghilang entah kemana.

Loh ke mana perginya orang tadi yah, batin Dean penasaran.

***

Namun, sayangnya air seninya benar-benar sudah tidak bisa ditahannya lagi sehingga Dean harus membuyarkan lamunannya dan segera masuk ke dalam toilet.

Tak lama akhirnya Dean selesai mengeluarkan air seninya yang sedari tadi sudah bersemayam di kantung kemihnya. Ia pun sudah bisa kembali melanjutkan langkah kakinya dengan rasa lega.

Tiba-tiba langkah kakinya terhenti saat kaki kirinya terasa seperti menginjak sesuatu. Dean menunduk ke bawah dan melihat benda yang diinjaknya.

"Apa ini." Dean mengangkat benda yang tadi diinjaknya. Ternyata itu adalah sebuah boneka rubah berukuran segenggam tangan.

"Wah lucu banget. Punya siapa ya ini," kata Dean sembari menoleh kesana-kemari mencoba menemukan sang pemilik boneka rubah itu.

Namun, sepertinya tak ada yang memiliki boneka itu. Sebuah rumah yang berada tepat di sebelahnya pun terlihat kosong dan tak berpenghuni. Terlihat dari keadaan rumah itu yang sudah tak terawat lagi.

"Lee Dari." Dean membaca tulisan pada pinggiran perut boneka itu. Tanpa sadar bibirnya melebar menyunggingkan senyuman. "Nama yang lucu," lanjutnya.

"Kayaknya ngga ada yang punya boneka ini, deh. Apa aku ambil aja yah, toh ngga ada orang juga," ucap Dean yang sebenarnya sudah merasa tertarik pada boneka rubah berwarna putih dengan ujung ekor berwarna sedikit pink.

Terlebih lagi, boneka itu memiliki nama yang lucu dan juga unik sehingga Dean merasa sayang jika harus membiarkan boneka itu kembali ke tempatnya.

Dengan cepat Dean memasukkan boneka itu ke dalam saku celananya sembari berlari kecil menghampiri gerombolannya yang sudah menunggunya.

"Kamu lama banget sih, Dean," kata Vania.

"Iya maaf tadi toilet yang deket sini ngantri jadi aku harus cari toilet lain," jawab Dean dengan suara ngos-ngosan.

"Terus ini apa?" tanya Rafael yang langsung memegang saku celananya dan meremasnya seolah ingin memastikan benda apa yang bersembunyi di saku celana Dean.

"Apaan sih Lo main remes aja," kata Dean sedikit kesal karena Rafael yang tiba-tiba meraih saku celananya.

"Ya abis apaan itu nonjol banget. Abis kencing kok ada yang nonjol gitu," goda Rafael.

"Jangan gila Lo. Awas aja mikir yang macem-macem," gertak Dean. Ia kemudian merogoh saku celananya dan mengambil boneka rubah di dalamnya. "Ini Cuma boneka, tadi gue ngga sengaja nemu pas lagi jalan."

***

"Oh kirain apaan abis nonjol banget tadi." Rafael tersenyum malu. Sementara Pak Budi masih menjelaskan materi budaya seputar Korea Selatan kepada para siswanya.

"Lagian ngapain sih Lo bawa boneka itu. Ngapain juga diambil itu kan kotor. Kalo Lo mau kan bisa beli aja," ucap Vania terlihat heran.

Pasalnya Dean Anggara bukanlah anak dari kalangan bawah. Ayahnya adalah seorang pengusaha kaya raya apalagi tempat sekolah mereka terkenal bagus dan juga mewah. Tentu akan sangat mudah membeli boneka baru yang lebih bagus dan lebih mahal jika dia mau.

"Tapi ini bagus kok menurutku. Lagipula sayang kalo dibuang gitu aja." Dean menolak untuk membuang boneka itu.

Entah mengapa Dean seperti merasa jatuh cinta pada boneka itu sejak pertama kali melihatnya. Seperti ada daya tarik tersendiri dari boneka itu yang membuat Dean tak bisa melepaskannya begitu saja.

"Udahlah ngga usah diributin lagi. Cuma masalah boneka ini kan. Kalo si Dean emang suka sama boneka itu ya ngga apa-apa. Sekarang kita fokus aja lagi sama pembelajaran di hari terakhir kita," kata Bastian yang meminta teman-temannya untuk tidak meributkan lagi perihal boneka rubah itu lagi.

Lanjutkan Membaca
img Lihat Lebih Banyak Komentar di Aplikasi
Rilis Terbaru: Bab 53 폐쇄 (Penutup)   01-22 18:33
img
2 Bab 2 문제(Masalah)
30/05/2023
Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY