/0/11051/coverbig.jpg?v=c1763885194f64b45f82d50e572dfeff)
Bagaimana jadinya bila kamu jatuh cinta dengan seseorang yang kamu kenal lewat aplikasi kencan? Kamu bahkan belum pernah melihat rupanya? Tapi rasa nyaman itu tak kamu abaikan begitu saja. Itulah yang dirasakan Lana Saraswati. Seorang gadis lajang yang merantau ke Jakarta untuk mewujudkan seribu mimpi-mimpinya. Cita, cinta, dan masa depan yang ia idamkan. Semua berawal dari perkenalannya dengan seorang pria di sebuah aplikasi kenalan. Pria itu berhasil membuat Lana jatuh hati dengan janji-janji manisnya.
"Mas Satria? Astaga, maksudnya Pak Satria?" ringis Lana langsung mengigit bibir dalamnya yang keceplosan memanggil nama lelaki di depannya tanpa embel-embel.
"Kebiasaan, dan hampir saja terlambat," cetus Satria sambil menggelengkan kepalanya samar menyadari kecerobohan Lana.
Sepasang mata Lana menoleh ke sekeliling lorong kampus, takut ada mahasiswa yang mencuri dengar sapaannya pada pria yang diidamkan satu kampus.
"Bapak juga kok telat, Pak," tanya Lana yang kini tatapannya kembali fokus pada Satria.
"Lana. Cepat masuk, atau waktu ujianmu saya potong nih karena telat."
"Eh, Jangan Pak, jangan," cebik Lana yang kini bibirnya tampak menggerutu kesal dengan ancaman Satria.
"Tapi, kok bapak bisa kebetulan begini ya datangnya pas banget sama saya, bapak nggak lagi nungguin seseorang kan Pak, makanya telat, hehe," kekeh Lana ringan yang menyadari sorot tajam yang dilayangkan sepasang mata Satria kepadanya.
"Iya, ini karena ulah seseorang. Jadi mau ikut ujian atau mengulang kelas?" tukas Satria cepat sambil tangannya membuka pintu ruangan kelas yang tertutup dan tampak semua peserta ujian yang masih terlihat santai berkumpul dan mengobrol.
Lana melotot dan terkikik kecil melihat tingkah teman sekelasnya yang seketika terpekik karena terkejut akan kedatangan dosen pengawas yang tidak lain Satria. Dan langsung mengatur posisi duduk mereka di kursi masing-masing.
"Pak, nanti saya chat ya Pak," bisik Lana sambil berlari kecil masuk ke dalam ruangan kelas yang diikuti Satria yang berjalan di belakangnya dengan ujung bibir pria itu tertarik ke atas membentuk senyuman tipis.
Mahasiswa perempuan tampak mengerlingkan mata genit guna menarik perhatian Satria-dosen pengawas mereka saat ini.
**
"Aku bilang untuk tunggu di tempat biasa, malah kamu yang nggak kelihatan batang hidungnya." Penuturan Satria, membuat Lana tidak enak hati.
"Mas Satria juga yang salah. Nggak kasih kabar, eh maksudnya tuh aku lupa cek ponsel. Nggak enak juga nyusahin terus."
Siapa juga yang mau di sangka sedang dekat dengan dosen sendiri. Ujungnya bakalan rumit, itu yang ada dalam benak Lana saat ini. Meski pria itu terlihat santai-santai saja.
"Aku jadi lega kalau udah klarifikasi kayak gini, nggak merasa bersalah," ucap Lana yang kini tangannya sudah berada di depan pintu, lalu menariknya ke dalam dan terbuka.
"Terima kasih juga ya Pak. Nilai saya nggak jadi jelek, dan nggak mesti ngulang," kekeh Lana di akhir kalimatnya sambil kembali mengubah panggilan pria yang tampak serius membuka berkas absensi dan tangannya yang bebas mengusir halus Lana untuk keluar dari ruangannya.
**
"Lana...." Lana menoleh saat namanya di panggil.
Ia mengembangkan senyumnya saat melihat Sarah Kalina yang melambaikan tangan ke arahnya.
"Kamu sebaiknya berhenti bekerja saja. Sebentar lagi kita akan menghadapi skripsi jadi fokus itu penting. Lihat hari ini saja kamu terlambat. Ah, salah maksudnya hampir terlambat. Apalagi tadi datangnya bisa bersamaan begitu sama Pak Satria. Dewi Fortuna tepat berdiri di sampingmu."
"Kamu dong, Dewi Fortunanya," goda Lana yang dibalas tepukan pelan Sarah di lengan Lana.Sarah dengan cepat menarik Lana ke arah luar gedung mendekati kantin yang menyatu dengan area parkir.
Niatnya yang tadi ingin menghubungi Satria, terpaksa diurungkannya. Lana akan mencobanya nanti. Saat ini dia memiliki mengikuti Sarah.
"Aku penasaran banget sama teman chat kamu itu Lan. Apa benar dia laki-laki?"
Lana membenarkan. "Ya masa perempuan! Aku juga baru beberapa bulan ini hanya iseng-iseng saja. Bahkan ada beberapa lelaki yang mengajakku untuk bertemu, tapi kutolak secara halus. Lagi pula nggak ada maksud serius juga Sar. Dan bagian menariknya yang kamu ceritakan itu ada beberapa teman kamu yang mencoba saling mengenal lalu berlanjut dengan menikah, bukan?
"Iya sih," ucap Lana yang terdengar ragu-ragu.
Sarah menatap Lana penasaran. Sejujurnya ia takut kalau-kalau Lana dipermainkan lelaki yang dia kenal melalui aplikasi kencan yang nggak bisa seratus persen bisa di percaya. Jangankan seratus, sepuluh persen saja dia ragu sebenarnya, tetapi saat itu Lana dengan wajah memelas memintanya dikenalkan dengan beberapa lelaki yang dengan harapan salah satu di antaranya bisa serius, semuanya dilakukan bertahap, memiliki komunikasi bagus satu sama lain, nyaman dan bisa naik ke tahap lebih serius. Itu yang dikatakan Lana beberapa bulan lalu.
"Kamu jujur deh, Lan. Namanya siapa yang sekarang dekat denganmu saat ini?" Sarah terdengar memaksa.
Lana mengeluarkan ponselnya. Lalu dengan cepat jarinya bergulir ke aplikasi ruang obrolan dan terbuka.
"Ini," Lana menunjukkan nama juga status dan pekerjaan yang tertera di sana.
Sarah dengan cepat meraih ponsel Lana lalu memperbesar wajah pada tampilan di layar aplikasi untuk melihat wajah si lelaki.
"Delapan puluh persen tampan," cetusnya sambil terus melihat profil lainnya. "Danu. Namanya hanya satu kata saja. Nama panjangnya siapa?"
Lana lama kelamaan jadi risi kalau ditanya-tanya seperti ini. Dengan cepat ia mengambil kembali ponsel di tangan Sarah setelah ia ikut mengintip apa yang sebenarnya ingin di ketahui sahabatnya satu itu.
"Begini, Lan. Aku hanya menyarankan sebaiknya kamu hapus ruang obrolan itu, karena...." Sarah memajukan tubuhnya dan berbisik di telinga Lana yang seketika keningnya berkerut samar.
Matanya seakan mengawasi sekeliling takut ada yang mencuri dengar. Padahal nggak semua orang tahu tentang aplikasi itu.
"Ada yang tertipu!"
Lana langsung mengubah posisi duduknya membuat Sarah terkejut dan memundurkan tubuhnya.
"Apa? Jangan bercanda Sarah?" Nada Lana berubah kesal karena informasi yang mendadak dia terima.
"Kamu juga responsnya bikin kaget Lan!"Lana hanya memberikan cengiran lebar dan tawa geli melihat Sarah yang terkejut akibat ulahnya.
"Ditipu bagaimana? Siapa? Anak kampus ini juga?" tanya Lana beruntun yang tampak penasaran.
Sarah hanya berdecak. "Tanyanya satu-satu bisa kan. Banyak amat?"
"Nanti kan aku nggak tanya lagi."
"Untungnya dia bukan anak sini. Kalau tidak aku yakin aku yang akan disalahkan." Dengan suara pelan Sarah menceritakan apa yang terjadi.
"Dia, temanku yang beda tingkat dengan kita tepatnya. Masalahnya adalah dia memberitahu aplikasi ini pada tetangga di rumahnya, dan entah bagaimana ceritanya, temanku semalam cerita kalau tetangganya kena tipu oleh orang yang dia kenal melalui aplikasi ini. Bahkan mereka pernah bertemu sekali. Singkat cerita temanya ini minta si pria untuk mengembalikan uang yang dipinjamnya, yang berakhir semua akun dan nomor telepon pria itu tidak aktif," ungkap Sarah panjang lebar.
Lana cukup terkejut dengan informasi yang baru dia ketahui. Dan kembali memikirkan imbas hubungan yang baru dia jalin baru-baru ini dengan Danu.
"Kalian belum lama saling kenal, bukan? Aku sarankan hapus saja aplikasi itu. Aku takut hal yang sama terjadi sama kamu, Lan. Pikirkan lagi," saran Sarah.
"Nggak semua orang yang berada dalam aplikasi itu adalah orang jahat bukan? Sama halnya kita Sarah, yang ketemu tatap muka juga belum tentu baik." Lana coba membela dirinya meskipun tetap ada kekhawatiran itu.
Siska teramat kesal dengan suaminya yang begitu penakut pada Alex, sang preman kampung yang pada akhirnya menjadi dia sebagai bulan-bulannya. Namun ketika Siska berusaha melindungi suaminya, dia justru menjadi santapan brutal Alex yang sama sekali tidak pernah menghargainya sebagai wanita. Lantas apa yang pada akhirnya membuat Siska begitu kecanduan oleh Alex dan beberapa preman kampung lainnya yang sangat ganas dan buas? Mohon Bijak dalam memutuskan bacaan. Cerita ini kgusus dewasa dan hanya orang-orang berpikiran dewasa yang akan mampu mengambil manfaat dan hikmah yang terkandung di dalamnya
21++ Bocil dilarang mampir Kumpululan Kisah Panas Nan Nakal, dengan berbagai Cerita yang membuat pembaca panas dingin
Warning 21+ Harap bijak memilih bacaan. Mengandung adegan dewasa! Bermula dari kebiasaan bergonta-ganti wanita setiap malam, pemilik nama lengkap Rafael Aditya Syahreza menjerat seorang gadis yang tak sengaja menjadi pemuas ranjangnya malam itu. Gadis itu bernama Vanessa dan merupakan kekasih Adrian, adik kandungnya. Seperti mendapat keberuntungan, Rafael menggunakan segala cara untuk memiliki Vanessa. Selain untuk mengejar kepuasan, ia juga berniat membalaskan dendam. Mampukah Rafael membuat Vanessa jatuh ke dalam pelukannya dan membalas rasa sakit hati di masa lalu? Dan apakah Adrian akan diam saja saat miliknya direbut oleh sang kakak? Bagaimana perasaan Vanessa mengetahui jika dirinya hanya dimanfaatkan oleh Rafael untuk balas dendam semata? Dan apakah yang akan Vanessa lakukan ketika Rafael menjelaskan semuanya?
Kayla Herdian kembali ke masa lalu dan terlahir kembali. Sebelumnya, dia ditipu oleh suaminya yang tidak setia, dituduh secara salah oleh seorang wanita simpanan, dan ditindas oleh mertuanya, yang membuat keluarganya bangkrut dan membuatnya menggila! Pada akhirnya, saat hamil sembilan bulan, dia meninggal dalam kecelakaan mobil, sementara pelakunya menjalani hidup bahagia. Kini, terlahir kembali, Kayla bertekad untuk membalas dendam, berharap semua musuhnya masuk neraka! Dia menyingkirkan pria yang tidak setia dan wanita simpanannya, membangun kembali kejayaan keluarganya sendirian, membawa Keluarga Herdian ke puncak dunia bisnis. Namun, dia tidak menyangka bahwa pria yang dingin dan tidak terjangkau di kehidupan sebelumnya akan mengambil inisiatif untuk merayunya: "Kayla, aku tidak punya kesempatan di pernikahan pertamamu, sekarang giliranku di pernikahan kedua, oke?"
Sinta butuh tiga tahun penuh untuk menyadari bahwa suaminya, Trisna, tidak punya hati. Dia adalah pria terdingin dan paling acuh tak acuh yang pernah dia temui. Pria itu tidak pernah tersenyum padanya, apalagi memperlakukannya seperti istrinya. Lebih buruk lagi, kembalinya wanita yang menjadi cinta pertamanya tidak membawa apa-apa bagi Sinta selain surat cerai. Hati Sinta hancur. Berharap bahwa masih ada kesempatan bagi mereka untuk memperbaiki pernikahan mereka, dia bertanya, "Pertanyaan cepat, Trisna. Apakah kamu masih akan menceraikanku jika aku memberitahumu bahwa aku hamil?" "Tentu saja!" jawabnya. Menyadari bahwa dia tidak bermaksud jahat padanya, Sinta memutuskan untuk melepaskannya. Dia menandatangani perjanjian perceraian sambil berbaring di tempat tidur sakitnya dengan hati yang hancur. Anehnya, itu bukan akhir bagi pasangan itu. Seolah-olah ada penghalang jatuh dari mata Trisna setelah dia menandatangani perjanjian perceraian. Pria yang dulu begitu tidak berperasaan itu merendahkan diri di samping tempat tidurnya dan memohon, "Sinta, aku membuat kesalahan besar. Tolong jangan ceraikan aku. Aku berjanji untuk berubah." Sinta tersenyum lemah, tidak tahu harus berbuat apa ....