Ibu tiri Natalia menipunya untuk menikahi Jasper, seorang pria yang wajah rusak dan cacat tubuh. Natalia berhasil melarikan diri, tetapi akhirnya jatuh cinta pada pria itu tak lama setelah itu. Jasper berpura-pura menjadi orang miskin, dan tidak menyangka akan jatuh cinta pada wanita ini. Kehidupan mereka yang damai terus berlanjut sampai Natalia menemukan rahasia kecil pacarnya. "Hei? Bagaimana kamu bisa memiliki aset ratusan miliar?" tanyanya tak percaya. Jasper tidak tahu bagaimana harus menjawab. Menatap pria yang terdiam itu, Natalia mengertakkan gigi dengan marah, "Mereka bilang kamu tidak bisa berjalan, tapi dari apa yang kulihat, kamu cukup sehat untuk lari maraton." Jasper tetap diam. Natalia melanjutkan, "Mereka bahkan mengatakan bahwa kamu hanya memiliki waktu beberapa tahun untuk hidup. Apakah itu juga bohong?" Akhirnya, Jasper membuka mulutnya, "Sayang, ini hanya kesalahpahaman, tolong tenang dan pikirkan tentang bayi kita." "Jasper Bagaskara!" Pria itu langsung berlutut.
Kegelapan mulai menyelimuti seluruh kota.
Hari ini, kedua putri dari Keluarga Revaldi akan menikah pada waktu yang bersamaan.
Mengenakan gaun pengantin berwarna putih, Natalia Revaldi menatap pantulan dirinya di cermin. Riasan wajahnya sangat cantik dan matanya berbinar dengan kebahagiaan.
Hari ini, dia akan menikah dengan Romli Oktario.
Mereka telah menjalin cinta selama satu tahun dan akhirnya akan mengucap janji suci hari ini.
"Kakak, kamu benar-benar beruntung. Kamu akan menikah dengan Keluarga Oktario, keluarga yang paling terpandang di Belora."
Mengenakan gaun pengantin yang sama persis, Alisa Revaldi masuk dan berbicara dengan nada sarkasme.
Melihat betapa cantik penampilan kakaknya, Alisa meradang karena rasa iri. Andai saja dia bisa mencakar wajah cantik itu!
Ekspresi Natalia mengeras. "Aku juga ingin mengucapkan selamat padamu, Alisa. Kamu akan menjadi istri keempat Jasper Bagaskara. Omong-omong, kudengar dia terluka parah karena kecelakaan mobil yang baru-baru ini dialaminya. Dia lumpuh dan kesehatannya memburuk dalam beberapa tahun. Aku khawatir jika kamu menikah dengannya, kamu akan menjadi janda muda."
"Natalia, kamu!"
Alisa sangat marah sehingga wajahnya berubah pucat. Dia mengepalkan tinjunya dengan erat, berpikir bahwa dia akan menikahi seorang pria cacat sementara Natalia akan menikah dengan Keluarga Oktario.
"Natalia, jangan terlalu percaya diri. Kamu tidak tahu apa yang akan terjadi di masa depan. Tidak ada yang bisa menjamin bahwa kamu akan selalu menjadi Nyonya dari Keluarga Oktario, oke?"
"Natalia, Alisa, kalian di sini!" Sambil membawa dua cangkir kopi, Fara Rohayati masuk dengan senyum di wajahnya. "Minum kopi dulu untuk menyegarkan tubuh kalian. Kedua mempelai pria masih dalam perjalanan."
Senyum munafik yang terukir di wajah ibu tirinya membuat Natalia mengernyit. Selama lebih dari sepuluh tahun, mereka tinggal di rumah yang sama. Bagaimana mungkin dia tidak tahu orang seperti apa Fara itu?
Namun, pemikiran bahwa dia akan segera keluar dari rumah dan tidak perlu melihat Fara dan putrinya lagi, membuatnya terhibur. Jadi, dia mengambil secangkir kopi, meski sedikit ragu.
"Terima kasih." Natalia kemudian menyesapnya.
"Sama-sama, Sayang." Melihat Natalia menyesap kopi yang ditawarkannya, Fara menghela napas lega. "Meskipun kamu bukan putri kandungku, aku selalu menganggapmu seperti anakku sendiri. Aku sedih karena kamu akan meninggalkan kami."
Mata Fara berkaca-kaca ketika dia berbicara.
Dalam hati, Natalia mencibir. Pantas saja wanita ini berhasil menyabet gelar Aktris Terbaik, bakat aktingnya benar-benar menakjubkan.
Ketika Natalia berusia delapan tahun, ibunya meninggal dunia. Belum sebulan setelah kematian sang ibu, ayahnya membawa pulang Fara dan Alisa. Adik tirinya itu hanya satu bulan lebih muda dari Natalia.
Baru saat itulah Natalia menyadari bahwa ayahnya telah mengkhianati ibunya sejak lama.
"Nyonya, Keluarga Oktario sudah tiba." Seorang pelayan mengetuk pintu dan memberi tahu Fara.
"Oh, oke," ucap Fara sambil menyeringai. Dia mengedipkan mata pada pelayan itu dan memerintahkan, "Eva, bawa Natalia ke mobil."
Mendengar ini, Natalia kemudian berdiri, tetapi dia tiba-tiba merasa sedikit pusing. Penglihatannya kabur, jadi dia hanya bisa membiarkan pelayan itu memapahnya.
Sebuah mobil hitam sudah terparkir di gerbang. Sang pelayan, Eva, menempatkan Natalia di kursi belakang kendaraan itu.
Dari balkon, Fara menyaksikan mobil itu menghilang di kejauhan. Seringainya menjadi semakin lebar.
"Ibu, apa Ibu yakin ini akan berhasil? Bagaimana jika Natalia menyadari ada yang tidak beres?" tanya Alisa yang gelisah dalam gaun pengantinnya.
"Jangan khawatir, sayangku. Aku sudah mengurus semuanya. Dia akan menggantikanmu untuk menikah dengan Keluarga Bagaskara."
Ternyata mobil hitam itu adalah milik Keluarga Bagaskara, bukan Keluarga Oktario.
Akan tetapi, Alisa masih khawatir. "Tapi bagaimana caraku menipu Romli malam ini?"
Fara menatap putrinya dan memberi tahu dengan hati-hati, "Asalkan kamu tidur dengan Romli malam ini, Keluarga Oktario tidak akan bisa berbuat apa-apa. Ingat, jangan sampai mereka melihat wajahmu."
"Oke, Bu." Kemudian, ekspresi Alisa berubah suram, matanya dipenuhi dengan perasaan iri dan kebencian. "Ibu, aku harus membuat hidup Natalia menderita. Dengan begitu, dia akan tahu apa akibatnya merebut priaku."
Fara menyeringai dingin. "Aku ragu Natalia akan selamat malam ini. Apa kamu tahu apa yang terjadi pada semua mantan istri Jasper sebelumnya? Mereka semua menghilang secara misterius."
....
Di kursi belakang mobil, Natalia masih merasa sangat pusing. Suhu tubuhnya terus meningkat dan pipinya memerah.
Dia memikirkan kopi yang diberikan Fara padanya tadi.
Saat itu, dia menyadari bahwa ibu tirinya telah menjebaknya.
Fara pasti memasukkan semacam obat ke dalam kopinya.
Natalia lalu melihat ke luar jendela, dan memperhatikan bahwa mereka tidak menuju ke arah kediaman Keluarga Oktario. Saat itu juga, dia menjadi panik.
"Hentikan mobilnya! Hentikan mobilnya sekarang!" teriak Natalia pada pengemudi dengan cemas. "Kamu siapa? Kamu hendak membawaku ke mana?"
Mendengar ini, sang pengemudi memandangnya dengan wajah yang benar-benar bingung lewat kaca spion. "Nona, saya sopir Keluarga Bagaskara. Saya dikirim untuk menjemput pengantin Pak Jasper."
"Keluarga Bagaskara?"
Tiba-tiba, sesuatu muncul di benak Natalia.
Rupanya, rencana ibu tirinya adalah membuatnya menggantikan Alisa menikahi Jasper!
"Hentikan mobilnya sekarang! Aku akan menikah dengan Keluarga Oktario! Kamu salah orang!"
Dia tidak ingin menikah dengan Keluarga Bagaskara. Dia menolak untuk membiarkan Fara dan Alisa berhasil dengan rencana busuk mereka.
Namun, efek obat yang mulai bekerja di tubuhnya membuatnya merasa sangat tidak nyaman. Ibu tirinya itu tidak hanya ingin dia menikah dengan Keluarga Bagaskara, tetapi juga ingin menghancurkan hidupnya.
"Berhenti sekarang juga!" geram Natalia yang berusaha keras untuk tetap sadar.
"Nona, kita hampir sampai. Nona ... apa yang Anda lakukan?"
Pengemudi itu terkejut ketika melihat Natalia membuka pintu mobil dan melompat keluar.
Tubuhnya terguling di jalanan beberapa kali sebelum akhirnya berhenti. Rasa sakit yang hebat segera mengembalikan kesadarannya yang sempat memudar.
"Nona, tolong kembali ke mobil sekarang ...."
Melihat sang pengemudi menepikan mobil dan turun untuk mengejarnya, Natalia mengatupkan gigi menahan rasa sakit yang membakar lalu melarikan diri dengan tertatih-tatih.
Rasa sakit itulah yang membuat pikirannya tetap jernih.
Natalia benar-benar ketakutan. Dia tahu konsekuensi mengerikan apa yang menanti jika dirinya tertangkap.
"Nona, jangan lari! Tolong kembalilah bersama saya!"
Mendengar teriakan pengemudi dari belakangnya, Natalia berlari semakin kencang. Dia begitu ketakutan sampai hampir menangis. Dia tidak ingin menikah dengan Jasper.
Saat itu sudah larut malam dan sekelilingnya hanya ada kegelapan. Natalia tahu pengemudi itu sudah hampir menyusulnya. Yang lebih buruk, rasa pusing di kepalanya hampir tak tertahankan.
Natalia begitu putus asa sehingga dia tidak tahu harus lari ke mana. Tiba-tiba, dia melihat sebuah mobil hitam diparkir tidak jauh dari tempatnya berada. Seorang pria yang mengenakan setelan santai sedang bersandar di kendaraan itu, sibuk berbicara di telepon.
Ketika pria itu hendak masuk ke dalam mobil untuk pergi, Natalia menghampirinya dengan sisa tenaganya. Dia memohon, "Tolong aku, tolong. Tolong aku ...."
Tertegun, pria itu menatap Natalia dengan matanya yang dalam.
Saat ini, pria yang berada di ujung sambungan telepon berteriak dengan cemas, "Pengantinmu akan segera tiba. Kenapa kamu belum datang juga?"
"Berisik!" Tanpa memberi kesempatan pada lawan bicaranya untuk menjawab, pria itu menutup telepon dengan ekspresi dingin.
Pada saat yang sama, sang pengemudi sudah hampir tiba di tempat Natalia. Situasi ini membuat Natalia kehabisan waktu untuk berpikir lagi. Jadi, dia bergegas membuka pintu dan masuk ke dalam mobil. Dia menyatukan kedua telapak tangannya dan memohon, "Tolong bantu aku! Kumohon!"
Sang pengemudi sampai dan berjalan mendekati mobil itu. "Nona, tolong keluar. Kita benar-benar terlambat sekarang."
Begitu pengemudi itu melihat sang pria, dia tertegun.
Sebelum dia sempat menyelesaikan ucapannya, pria itu meliriknya dengan dingin dan membentak, "Enyah!"
Pada hari Livia mengetahui bahwa dia hamil, dia memergoki tunangannya berselingkuh. Tunangannya yang tanpa belas kasihan dan simpanannya itu hampir membunuhnya. Livia melarikan diri demi nyawanya. Ketika dia kembali ke kampung halamannya lima tahun kemudian, dia kebetulan menyelamatkan nyawa seorang anak laki-laki. Ayah anak laki-laki itu ternyata adalah orang terkaya di dunia. Semuanya berubah untuk Livia sejak saat itu. Pria itu tidak membiarkannya mengalami ketidaknyamanan. Ketika mantan tunangannya menindasnya, pria tersebut menghancurkan keluarga bajingan itu dan juga menyewa seluruh pulau hanya untuk memberi Livia istirahat dari semua drama. Sang pria juga memberi pelajaran pada ayah Livia yang penuh kebencian. Pria itu menghancurkan semua musuhnya bahkan sebelum dia bertanya. Ketika saudari Livia yang keji melemparkan dirinya ke arahnya, pria itu menunjukkan buku nikah dan berkata, "Aku sudah menikah dengan bahagia dan istriku jauh lebih cantik daripada kamu!" Livia kaget. "Kapan kita pernah menikah? Setahuku, aku masih lajang." Dengan senyum jahat, dia berkata, "Sayang, kita sudah menikah selama lima tahun. Bukankah sudah waktunya kita punya anak lagi bersama?" Livia menganga. Apa sih yang pria ini bicarakan?
Novel ini berisi kumpulan beberapa kisah dewasa terdiri dari berbagai pengalaman percintaan panas dari beberapa tokoh dan karakter yang memiliki latar belakang keluarga dan lingkungan rumah, tempat kerja, profesi yang berbeda-beda serta berbagai kejadian yang diaalami oleh masing-masing tokoh utama dimana para tokoh utama tersebut memiliki pengalaman bercinta dan bergaul dengan cara yang unik dan berbeda satu sama lainnya. Suka dan duka dari tokoh-tokoh yang ada dalam cerita ini baik yang protagonis maupun antagonis diharapkan mampu menghibur para pembaca sekalian. Semua cerita dewasa yang ada pada novel kumpulan kisah dewasa ini sangat menarik untuk disimak dan diikuti jalan ceritanya sehingga menambah wawasan kehidupan percintaan diantara insan pecinta dan mungkin saja bisa diambil manfaatnya agar para pembaca bisa mengambil hikmah dari setiap kisah yan ada di dalam novel ini. Selamat membaca dan selamat menikmati!
ADULT HOT STORY 🔞🔞 Kumpulan cerpen un·ho·ly /ˌənˈhōlē/ adjective sinful; wicked. *** ***
Kulihat ada sebuah kamera dengan tripod yang lumayan tinggi di samping meja tulis Mamih. Ada satu set sofa putih di sebelah kananku. Ada pula pintu lain yang tertutup, entah ruangan apa di belakang pintu itu. "Umurmu berapa ?" tanya Mamih "Sembilanbelas, " sahutku. "Sudah punya pengalaman dalam sex ?" tanyanya dengan tatapan menyelidik. "Punya tapi belum banyak Bu, eh Mam ... " "Dengan perempuan nakal ?" "Bukan. Saya belum pernah menyentuh pelacur Mam. " "Lalu pengalamanmu yang belum banyak itu dengan siapa ?" "Dengan ... dengan saudara sepupu, " sahutku jujur. Mamih mengangguk - angguk sambil tersenyum. "Kamu benar - benar berniat untuk menjadi pemuas ?" "Iya, saya berminat. " "Apa yang mendorongmu ingin menjadi pemuas ?" "Pertama karena saya butuh uang. " "Kedua ?" "Kedua, karena ingin mencari pengalaman sebanyak mungkin dalam soal sex. " "Sebenarnya kamu lebih tampan daripada Danke. Kurasa kamu bakal banyak penggemar nanti. Tapi kamu harus terlatih untuk memuaskan birahi perempuan yang rata - rata di atas tigapuluh tahun sampai limapuluh tahunan. " "Saya siap Mam. " "Coba kamu berdiri dan perlihatkan punyamu seperti apa. " Sesuai dengan petunjuk Danke, aku tak boleh menolak pada apa pun yang Mamih perintahkan. Kuturunkan ritsleting celana jeansku. Lalu kuturunkan celana jeans dan celana dalamku sampai paha.
Tiga tahun lalu, keluarganya menentang pilihan William untuk menikahi wanita yang dicintainya dan memilih Fransiska sebagai pengantinnya. William tidak mencintainya. Malah, dia membencinya. Tidak lama setelah mereka menikah, Fransiska menerima tawaran dari universitas impiannya dan mengambil kesempatan itu. Tiga tahun kemudian, wanita tercinta William sakit parah. Untuk memenuhi keinginan terakhirnya, dia menelepon Fransiska untuk kembali dan memberinya perjanjian perceraian. Scarlett sangat terluka oleh keputusan mendadak William, tetapi dia memilih untuk membiarkannya pergi dan setuju untuk menandatangani surat cerai. Namun, William tampaknya menunda proses dengan sengaja, yang membuat Fransiska bingung dan frustasi. Sekarang, Fransiska terjebak di antara konsekuensi dari keragu-raguan William. Apakah dia bisa melepaskan diri darinya? Akankah William akhirnya sadar dan menghadapi perasaannya yang sebenarnya?