/0/10492/coverbig.jpg?v=dc8555c1281d75bbd27715f4dbaeb476)
Sebuah kisah yang menggambarkan seorang wanita single yang memiliki jutaan kesedihan dan rahasia dari masa lalu. Apa rahasia terbesar dalam hidupnya mampu membalikkan fakta yang ada sekarang? Fakta, bahwa dirinya hanya seorang wanita parasit? "Aku penasaran, apa anakmu itu adalah adikku? Bukankah kau menggoda ayahku demi uang 120 juta dan membuat ibuku menjadi susah?"
Siapa yang memperbolehkan membawa anak ke dalam kantor ini!" teriaknya di depan wajah Rania, membuat Rania tersentak dan sedikit memundurkan tubuhya. Di belakang Rania, si anak bungsu yang sibuk memegangi pergelangan tangan bunanya dan mengajak untuk pulang.
"Aku sudah diberi kebebasan membawa anak jauh sebelum kau kembali kesini," jawab Rania masih dengan penuturan kata yang sopan.
Raihan mengusap wajahnya dengan kasar. "Kau membuat kantor ini seolah-olah milikmu."
Rania menggeleng. "Tidak. Aku sadar siapa aku disini, aku hanya memberitahu bahwa aku diberi kebebasan untuk membawa anak-anakku."
"Cih! Aku ingin sekali menyayat bibirmu itu! Lihat apa yang telah anak sialanmu itu perbuat!"
Rania mengepalkan kedua tangannya menahan emosi atas makian yang dikeluarkan dari mulut laki-laki itu. "Anakku terlahir suci, bukan anak sialan," balasnya dengan sedikit dingin.
"Anak mana yang sangat nakal dan tidak tahu diri berkeliaran di saat semua orang sedang bekerja. Lalu, menumpahkan kopi di atas dokumen-dokumen penting yang telah aku tanda tangani."
"Aku akan ulang untuk print-nya serta aku minta maaf dan tolong jangan memarahi anakku." Kini, mata Rania sudah mulai berkaca-kaca.
"Aku tidak butuh air matamu!"
Gres!
Renan meremat kaleng minumannya yang telah kosong dan melemparkannya mengenai tempat sampah. Matanya yang tajam menatap nyalang si sulung, Raihan.
"Rania, selesaikan pekerjaanmu, ini perintahku sebagai atasanmu," kilah Renan, lalu tangannya bergerak mengambil lengan Vano kecil.
"Siapa yang berani menyuruh wanita sialan ini untuk pergi! Aku masih ada perlu dengan dia!" Raihan menunjuk-nunjuk Rania bagai sampah.
"Kenapa! Aku juga anak ayah Haru, bukan kau saja. Walau kau yang akan menggantikan ayah nanti, tetap saja kau hanya seorang manager sekarang. Dan yang berhak mengatur Rania disini adalah aku." Renan menggendong Vano yang gemetaran.
"Bunaaaaa ...," panggil Vano lagi sampai mengangkat tangannya agar Rania melihat.
"Ano sama Handa Renan dulu, ya. Buna akan pergi bekerja ...," bujuk Renan pada Vano kecil yang malang. Anak itu tidak sengaja menyenggol kaki Raihan yang sedang berdiri, membuat Raihan oleng dan menumpahkan cangkir kopinya ke dokumen-dokumen pentingnya.
"Cih!" desis Raihan saat melihat bagaimana Renan menyayangi anak Rania.
"Rania, pergilah, aku atasanmu," titah Renan sekali lagi.
Rania pun membungkukkan badannya pada Renan. Lalu, pergi dari sana. Membiarkan anak bungsunya bersama dengan pria itu.
***
"Mas! Tidak baik ah membuat orang-orang menunggu ...," bisik Jihan yang sedang duduk dipangkuan calon suaminya. Pria itu hanya terkekeh dan asik mencium punggung tangan Jihan dengan lembut. Matanya masih fokus dengan katalog di hadapannya. Memilih baju pengantin bersama calon istri.
Rania yang berada disitu sesekali menggigit bibir bawahnya. Sudah sekitar 15 menit dia berdiri bersama Ardila, membuat kaki mereka berdua pegal. Selama itu pula, mereka menjadi saksi kisah percintaan salah satu makhluk Adam dan Hawa yang sedang berbagi kemesraan.
"Baiklah, demi ratuku ...," balas Raihan sembari mendongak menatap Rania dan Ardila yang wajahnya sudah mulai memucat.
Rania reflek menaruh dokumen yang telah di-print ulang di hadapan Raihan dan diikuti oleh Ardila. "Ini Pak, dokumen baru. Maaf atas kesalahan anak saya. Lain kali saya akan mendidik anak saya dengan baik lagi."
Raihan dengan wajah datarnya hanya diam dan mulai menandatangani dokumen-dokumennya. Jihan pun berdiri dan membawa katalog-nya dan duduk di sofa yang menghadap jendela.
Setelah semua selesai, Rania dan Ardila pun keluar. Rania menarik dan membuang napas lega. "Akhirnya...," gumamnya sambil menyeka keringat yang membanjiri wajahnya.
***
Tidak tahu kenapa, Raihan seperti memiliki dendam yang amat mendalam pada Rania. Wanita itu berkali-kali dibentak olehnya hari ini. "Jika bukan karena Renan, anak sialanmu itu sudah aku hukum sampai dia jera," ujarnya mengapit dagu Rania dengan jari-jarinya.
Rania menepis lengan Raihan dan menatap nyalang. "Anakku hanya membuat kesalahan sedikit, kenapa kau sebegitu marahnya dengan dia? Aku tahu bagaimana aku harus mendidik anakku. Anakku hanya tidak sengaja telah menyenggolmu."
Raihan mendorong bahu Rania, sampai tubuh wanita itu terbentur tembok. "Kau!" cakapnya dengan sedikit menarik rambut Rania ke belakang. "Tidak akan aku biarkan hidup tenang!" Lalu, matanya beralih memandangi tubuh Rania. "Murahan, cih!" Raihan mendorong kembali dengan tangannya hingga Rania tersungkur ke lantai.
Raihan berlalu begitu saja meninggalkan Rania. Rania menepikan tubuhnya ke pojok ruangan dan menangis dalam lengannya. "Tidak, tidak. Rania kuat. Rania akan bertahan demi David dan Vano," lirihnya sambil menepuk-nepuk dadanya sendiri yang kian sesak.
Dengan langkah gontai, Rania berdiri dan pergi menuju toilet untuk membasuh wajahnya. Di sana ada Jihan yang sedang berkaca dengan alat make up-nya. Rania membungkuk hormat dan disertai dengan senyum tipis yang manis.
"K-kau Rania, kan?" tanya Jihan ragu-ragu.
"Iya, saya Rania, Nona."
"Dulu, satu kampus dengan calon suamiku, kan?"
Rania sedikit tercekat lalu mengubah ekspresi wajahnya menjadi normal dan mengangguk sopan. "Benar, beliau adalah seniorku semasa kuliah dulu."
Jihan pun mengangguk-angguk paham dan kembali men-touch-kan make-up ke wajahnya yang cantik dan jelita.
Handphone Rania berbunyi, menampilkan nama wali kelas David disana. Buru-buru Rania keluar dan mengangkat teleponnya.
"Ibu, David memukul temannya. Sekarang, dia berada di ruanganku untuk ditenangkan."
"Apa? Ibu, bagaimana bisa David memukul temannya?"
"Ada kesalahpahaman yang terjadi, mereka bertengkar sedikit. Saya harap, Ibu akan segera menjemput David."
"Baik, saya akan segera kesana."
Rania menutup telponnya dan tergesa-gesa ingin ke sekolah David. Putra sulungnya tengah berkelahi dengan teman sekelasnya.
Brugh!
Rania tersungkur sampai hak sepatunya copot dan terlepas begitu saja. Lututnya perih dan sikunya terasa ngilu. Saat dia menoleh siapa yang telah menjahilinya, dia mendapatkan Hana yang sedang tertawa terbahak-bahak. Rania pun menarik nafasnya dalam - dalam dan berdiri kembali, memunguti hak sepatunya yang copot.
Dia tidak menggubris perlakuan Hana, dia sangat lelah sekali hari ini. Di sisi lain, Raihan melihat semuanya. Bagaimana Hana yang menjulurkan kakinya, sehingga Rania tersungkur dan membentur lantai tanpa ampun.
"Cih! Ceroboh," gumamnya tanpa sadar dan berlalu begitu saja.
***
Ketika Vante Adinan diberi kesempatan kedua oleh Andara Jeo untuk memperbaiki rumah tangga mereka yang sempat retak, mampukah Vante menghadapinya walau sekali lagi cobaan datang untuk menguji dirinya? Bagaimana jika ujian itu datang dari sikap Andara sendiri yang banyak berubah dari biasanya? Aku ingin mangga muda, tolong ambilkan - Andara Jeo. Dia bilang kau akan menjemputnya, ternyata menjemput wanita hamil yang lain - Jaren Adiyaksa. Aku tidak selingkuh - Vante Adinan.
Andara Jeo mengetahui dengan jelas perselingkuhan yang dilakukan oleh Vante Adinan. Sosok laki-laki yang pernah berjanji akan menjadikannya tahta nomor satu di kehidupannya. Lantas, mengapa Vante Adinan kembali pada Dena Adisti dan menghianati Andara Jeo?
Harap bijak memilih bacaan. Mengandung adegan dewasa 21+ Carmen Adelia Giovanni (26) harus menelan pil pahit setelah memergoki kekasihnya selingkuh dengan sahabatnya sendiri. Kemudian ia memutuskan untuk pindah ke kota lain untuk menenangkan diri dan mencari pekerjaan lain. Ia melamar pekerjaan di perusahaan Johnson Corporation dan diterima menjadi sekretaris di sana. Alexander Felix Johnson (31) CEO arogan yang kembali ke kota kelahirannya ketika menemukan gadis yang menarik perhatiannya berada di kantor milik keluarganya. Akankah Alexander Felix Johnson berhasil memiliki Adelia Giovanni untuk menjadi kekasih sekaligus istrinya? Dan bagaimana reaksi Adelia ketika mengetahui bahwa Alexander adalah laki-laki yang membawanya malam itu?
Seto lalu merebahkan tubuh Anissa, melumat habis puting payudara istrinya yang kian mengeras dan memberikan gigitan-gigitan kecil. Perlahan, jilatannya berangsur turun ke puser, perut hingga ke kelubang kenikmatan Anissa yang berambut super lebat. Malam itu, disebuah daerah yang terletak dipinggir kota. sepasang suami istri sedang asyik melakukan kebiasaan paginya. Dikala pasangan lain sedang seru-serunya beristirahat dan terbuai mimpi, pasangan ini malah sengaja memotong waktu tidurnya, hanya untuk melampiaskan nafsu birahinya dipagi hari. Mungkin karena sudah terbiasa, mereka sama sekali tak menghiraukan dinginnya udara malam itu. tujuan mereka hanya satu, ingin saling melampiaskan nafsu birahi mereka secepat mungkin, sebanyak mungkin, dan senikmat mungkin.
Bayangkan menikah dengan seorang pria miskin hanya untuk menemukan bahwa dia sebenarnya tidak miskin. Katherine tidak tahu apa lagi yang harus diharapkan setelah dia dicampakkan oleh pacarnya dan akhirnya menikah dengan pria lain keesokan harinya. Suami barunya, Esteban, tampan, tetapi dia pikir kehidupan pernikahannya tidak akan istimewa sama sekali. Dia terkejut ketika menemukan bahwa Esteban sebenarnya sangat lengket. Anehnya, semua masalah yang dia temui setelah pernikahan diselesaikan dengan mudah. Ada sesuatu yang ganjil. Dengan curiga, dia bertanya padanya, "Esteban, apa yang terjadi di sini?" Sambil mengangkat bahu, Esteban menjawab, "Mungkin keberuntungan ada di pihakmu." Katherine memercayainya. Bagaimanapun, dia telah menikah dengan Esteban ketika pria itu akan bangkrut. Dialah pencari nafkah keluarga mereka. Mereka terus menjalani hidup sebagai pasangan sederhana. Jadi, tidak ada yang mempersiapkan Katherine untuk kejutan yang dia terima suatu hari. Suaminya yang sederhana tidak sesederhana itu! Dia tidak percaya bahwa dia benar-benar menikah dengan seorang miliarder. Sementara dia masih memproses keterkejutannya, Esteban memeluknya dan tersenyum. "Bukankah itu bagus?" Kathrine punya sejuta pertanyaan untuknya.
Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?
Karena sebuah kesepakatan, dia mengandung anak orang asing. Dia kemudian menjadi istri dari seorang pria yang dijodohkan dengannya sejak mereka masih bayi. Pada awalnya, dia mengira itu hanya kesepakatan yang menguntungkan kedua belah pihak, namun akhirnya, rasa sayang yang tak terduga tumbuh di antara mereka. Saat dia hamil 10 bulan, dia menyerahkan surat cerai dan dia akhirnya menyadari kesalahannya. Kemudian, dia berkata, “Istriku, tolong kembalilah padaku. Kamu adalah orang yang selalu aku cintai.”
Selama tiga tahun pernikahannya dengan Reza, Kirana selalu rendah dan remeh seperti sebuah debu. Namun, yang dia dapatkan bukannya cinta dan kasih sayang, melainkan ketidakpedulian dan penghinaan yang tak berkesudahan. Lebih buruk lagi, sejak wanita yang ada dalam hati Reza tiba-tiba muncul, Reza menjadi semakin jauh. Akhirnya, Kirana tidak tahan lagi dan meminta cerai. Lagi pula, mengapa dia harus tinggal dengan pria yang dingin dan jauh seperti itu? Pria berikutnya pasti akan lebih baik. Reza menyaksikan mantan istrinya pergi dengan membawa barang bawaannya. Tiba-tiba, sebuah pemikiran muncul dalam benaknya dan dia bertaruh dengan teman-temannya. "Dia pasti akan menyesal meninggalkanku dan akan segera kembali padaku." Setelah mendengar tentang taruhan ini, Kirana mencibir, "Bermimpilah!" Beberapa hari kemudian, Reza bertemu dengan mantan istrinya di sebuah bar. Ternyata dia sedang merayakan perceraiannya. Tidak lama setelah itu, dia menyadari bahwa wanita itu sepertinya memiliki pelamar baru. Reza mulai panik. Wanita yang telah mencintainya selama tiga tahun tiba-tiba tidak peduli padanya lagi. Apa yang harus dia lakukan?