/0/10487/coverbig.jpg?v=2c5e8f89b6d32d1fd717ac430cd1aa92)
"Lakukan saja apa yang kau inginkan!" Ini bukti kekesalanku pada suamiku, bagaimana tidak, sudah hampir satu tahun aku merasa kesepian meski aku tinggal bersama laki-laki yang aku cintai, suamiku sendiri. "Aaaahhhhh... hhhhh... hhhh..." Lagi-lagi perlakuan Agam padaku sangat berbeda dengan Agung suamiku sendiri. Jin yang menyerupai manusia ini berhasil membuatku terbuai hingga menciptakan Ruang Fantasi untukku sendiri, menyerahkan tubuhku sepenuhnya untuk ia kuasai "Mmmmppphhhh.... oowwwhhh... terus ah sayaaang." Aku sengaja mendesah untuk memancing perhatian Agung dan menginginkannya bergabung bersamaku dan Agam
"Besok ibu datang lagi jam lima subuh ya. Kita luluran dulu!" Setelah melukis hena di kedua tangan Nahla, juru make up pengantin yang di sewa Bu Martini tiga hari yang lalu.
Nahla beruntung sekali memiliki ibu sebaik Bu Martini dan ayah sebaik Pak Bagas. Mereka selalu melakukan apapun agar Nahla bahagia, termasuk merestui hubungannya dengan Agung.
Meski usianya enam tahun lebih muda dari Agung, Nahla tetap mencintainya tanpa memandang usia. Setelah pertemuan mereka dua tahun yang lalu di acara reuni akbar sekolah tempat mereka mengemban ilmu. Nahla memberanikan diri untuk memulai hubungan dengan laki-laki pilihannya setelah mengalami dua kali gagal melanjutkan perjodohan yang sengaja di rencanakan oleh keluarga besarnya, mengingat Nahla terlahir dari keluarga kaya dan terhormat, tentulah harus memiliki suami yang sebanding dengannya.
"Ya bu. Terima kasih untuk hari ini. Saya suka henanya, cantik" Jawab Nahla dengan wajah sumringah. Wanita yang kemungkinan berusia kepala tiga itu lalu meninggalkan Nahla sendiri di kamar pengantinnya.
Sambil membolak balikkan telapak tangan yang sudah penuh dengan ukiran hena berwarna putih, dia tersenyum membayangkan betapa meriahnya resepsi pernikahannya besok. Sengaja Nahla meminta kedua orangtuanya untuk menyewa gedung megah menjadi tempat resepsi pernikahannya.
Tok, tok, tok...
"Assalamu'alaikum. La?" Sarah sahabat karib Nahla sudah datang. Dia sengaja menginap menemani sahabatnya di malam terakhirnya sebagai perawan, eh gadis mungkin yah "Cieeeee..." Sarah sengaja membuat Nahla tersipu malu.
"Apaan sih sar. Ganggu aja deh!"
"Jangan di liatin terus henanya. Nanti terbakar"
"Tceh. Udah ah sar. Daripada gangguin aku terus, mending telpon Sari gih!"
"Dia belum datang juga?" Sarah lalu menyalakan layar handphone dan melakukan panggilan video pada sahabatnya yang lain "Kirain aku yang telat. Ih. Kebiasaan deh!" Tuuuuut, tuuuuut, tuuuut... Satu panggilan video masih menunggu jawaban.
Sementara menunggu Sari mengangkatnya Nahla kembali asik meniup-niup hena yang masih belum kering maksimal. Sambil sesekali dia tersenyum.
"La. Kamu tuh harus bersyukur bisa menikah dengan laki-laki pilihan sendiri" Sarah merebahkan tubuhnya di kasur empuk milik Nahla "Tidak seperti aku dan Sari. Kita harus menikah dengan laki-laki pilihan orangtua kita" Lanjut Sarah dengan nada pelan agar Nahla merasa iba atas apa yang sudah terjadi pada mereka.
Gadis berusia dua puluh enam tahun itu hanya menatap sahabatnya yang tengah asik memperhatikan layar hp di atas kasur empuk miliknya "Memangnya kamu tidak bahagia?"
"Aku bahagia. Jika tidak. Mana mungkin ada Ali di antara kami" Ali adalah buah hati pernikahan Sarah dan suaminya "Tapi setidaknya kamu tidak harus bersusah payah beradaptasi dengan karakter suamimu nanti" Klik. Sarah menekan tombol merah.
"Loh. Kok di matiin sar?"
"Gak di angkat. Biarin aja, mungkin Sari lagi di jalan" Sarah kemudian menyimpan smartphone berwarna kuning emas miliknya. Kedua tangannya lalu sibuk mengeluarkan sebuah kotak besar dari dalam tote bag "Nih. Kado pernikahan dari aku dan suamiku"
"Waaah. Terima kasih banyak loh Sar, udah repot-repot pakek ngsih kado segala" Sekedar basa-basi Nahda tetap menerima bingkisan besar itu dengan wajah bahagia.
"Mmmm. Pakek basa-basi segala. Bukannya kamu yang minta? Mana barangnya kamu sendiri yang memilih. Kan gak seru" Sarah memasang wajah cemberut meladeni sikap sahabatnya yang ajaib itu.
Ada dua buah barang yang di keluarkan Nahla dari kotak besar pemberian Sarah. Sepasang jaket perasut "Suka deh kamu. Udah ada namanya juga" Ledek Sarah masih dengan wajah cemberut"
"Idih. Kalau gak ikhlas jangan maksain say. Nih bawa lagi aja kadonya!" Sambil menyodorkan kotak besar kembali pada pangkuan Sarah "Tapi kotaknya aja ya. Isinya buat saya sama agung saja"
"Terserah!" Meski sedikit terpaksa karena harus menyisihkan uang belanja demi membeli kado pesanan Nahla. Sarah tetap ikhlas, asalkan sahabatnya bahagia.
"Sari gimana ya?" Seolah teringat sesuatu mengenai Sari, Nahla terdiam sejenak "Jangan-jangan mertuanya gak ngasih ijin?" Mereka saling memandang. Menerka apa yang sebenarnya terjadi pada sahabat yang satu itu terlambat datang memenuhi permintaan Nahla di hari terakhirnya sebagai wanita single.
Drrrreeeed, drrrreeeed...
Satu pesan di terima Nahla "Sini dong. Jangan di kamar terus!" Setelah membaca pesan dari Sari. Mereka kembali saling memandang.
Kemudian segera bangkit dan menghampiri Sari yang ternyata sudah ada di aula resepsi sekitar satu jam yang lalu "Sejak kapan kamu disini sar?" Nama panggilan mereka memang sama. Itu sebabnya Nahda menjuluki mereka kembar tapi beda.
"Udah sejam yang lalu. Kamunya aja yang gak sabaran bertemu calon pengantin. Aku manggil saja kamu gak denger" Sambil sesekali membuka lembaran menu catering yang sudah di pesankan Bu Martini untuk acara resepsi besok.
"Hihihi. Maaf. Aku kira tadi hanya panggilan dari dunia lain. Makanya aku gak menghiraukannya" Sarah nyengir dan terus menggoda Sari.
"Mertuamu gak marah sar?" Tanya Nahla berbisik
Sari melihat sahabatnya dengan tatapan tenang. Wajahnya sedikit berbeda dengan beberapa bulan terakhir mereka bertemu "Justru aku kisini sama mertuaku. Tuh!" Sari memberi isarat dengan kedua bibirnya. Menunjuk pada sudut ruangan di belakang Nahda dan Sarah.
Ada sekitar lima orang yang sibuk mempersiapkan wadah-wadah besar untuk menyajikan lauk pauk sesuguh para tamu undangan besok "Catering yang ibu kamu pesan ternyata milik mertuaku La" Lanjut Sari dengan tersenyum.
Sementara semua sibuk mempersiapkan acara pernikahan besok. Dua sahabat kembar tapi beda bersama calon mempelai wanita justru mengobrol santai di meja yang belum siap di bereskan oleh para WO.
"Alhamdulillah setelah aku mengikuti saranmu, mertuaku berubah la" Sari memegang tangan Nahla lembut "Terima kasih ya" Senyumannya yang menyejukkan membuat tenang Nahla.
Nahla membalas senyumannya "Sama-sama"
"Dengan Mbak Nahla?" Seorang petrugas WO menghampiri Nahla dengan membawa buket bunga besar berwarna perpaduan biru dan putih. Warna kesukaan Nahla "Ini ada titipan buat mbak"
Kedua tangan Nahla hampir saja tidak bisa memeluk buket bunga raksasa itu "Dari siapa?" Pemuda itu malah melihat tanpa menjawabnya. Kemudian mengangguk dan pergi tanpa sepatah katapun.
"Ada kartu ucapannya la" Sarah mengambil secarik kertas yang terselip di antara bunga mawar berwarna biru "Sari?" Spontan saja Sarah memasang wajah terkejut melihat Sari yang ternyata sudah tersenyum tenang melihat Nahla.
"Ini tanda terima kasih aku dan suamiku. Karena kamu sudah membantu kami mempertahankan pernikahan kami"
Nahla seperti terbata-bata. Kehabisan kata menghadapi sahabatnya yang teramat baik itu. Beberapa bulan yang lalu mereka berpisah dengan cara tidak menyenangkan. Suaminya yang tempramen sama dengan mertuanya ternyata kini sudah berubah menjadi sangat baik pada Sari.
"Berkat semua saranmu. Terima kasih!" Laki-laki dewasa bertubuh tegap dan tinggi menghampiri mereka bertiga. Itu Rama, suami Sari.
"Saya tidak melakukan apapun. Jangan berlebihan seperti ini lah Sar,Ram"
"Itu tidak seberapa dengan apa yang telah kamu lakukan pada menantu ibu. Terima kasih karena telah menjadi sahabat terbaik untuk Sari" Ternyata Rama di ikuti oleh ibunya. Mertua Sari
tentunya.
Sekali lagi Nahda tidak bisa mengatakan apapun. Dia hanya mampu menitikan air mata, terharu dengan apa yang terjadi padanya hari ini.
Dia tidak pernah menyangka. Persiapan pernikahannya ternyata penuh haru "Ijinkan kami yang mempersiapkan semua keperluan pernikahanmu sebagai tanda terima kasih kami" Sari memeluk Nahda erat. Jelas sekali dia sangat menyayangi sahabatnya itu.
"Saya sangat berterima kasih atas bantuan kalian. Terutama Sari" Nahda kembali menggenggam tangan Sari lembut "Tapi ibu saya sudah memesankan WO, tentunya tidak bisa di batalkan" Dengan nada ragu Nahla mengatakannya.
"Memang tidak boleh di batalkan!" Diam-diam Bu Martini ternyata memperhatikan interaksi anaknya "Karena semuanya dari Rama's Wedding Organizer."
Tanpa membantah sedikit pun, aku berlutut di antara sepasang paha mulus yang tetap direnggangkan itu, sambil meletakkan moncong patokku di mulut kenikmatan Mamie yang sudah ternganga kemerahan itu. Lalu dengan sekuat tenaga kudorong batang kenikmatanku. Dan …. langsung amblas semuanya …. bleeesssssssssssskkkkkk … ! Setelah Mamie dua kali melahirkan, memang aku merasa dimudahkan, karena patokku bisa langsung amblas hanya dengan sekali dorong … tanpa harus bersusah payah lagi. Mamie pun menyambut kehadiran patokku di dalam liang kewanitaannya, dengan pelukan dan bisikan, “Sam Sayang … kalau mamie belum menikah dengan Papa, pasti mamie akan merengek padamu … agar kamu mau mengawini mamie sebagai istri sahmu. “ “Jangan mikir serumit itu Mam. Meski pun kita tidak menikah, kan kita sudah diijinkan oleh Papa untuk berbuat sekehendak hati kita. Emwuaaaaah …. “ sahutku yang kuakhiri dengan ciuman hangat di bibir sensual Mamie Tercinta. Lalu aku mulai menggenjotnya dengan gerakan agak cepat, sehingga Mamie mulai menggeliat dan merintih, “Dudududuuuuuh …. Saaaam …
Neneng tiba-tiba duduk di kursi sofa dan menyingkapkan roknya, dia lalu membuka lebar ke dua pahanya. Terlihat celana dalamnya yang putih. “Lihat Om sini, yang deket.” Suradi mendekat dan membungkuk. “Gemes ga Om?” Suradi mengangguk. “Sekarang kalo udah gemes, pengen apa?” “Pengen… pengen… ngejilatin. Boleh ga?” “Engga boleh. Harus di kamar.” Kata Neneng terkikik. Neneng pergi ke kamar diikuti Suradi. Dia melepaskan rok dan celana dalamnya sekaligus. Dia lalu berbaring di ranjang dan membentangkan ke dua pahanya.
Zain, seorang pengusaha terkenal yang terlihat muda di usianya yang mendekati empat puluh. Ia adalah seorang pria yang nyaris sempurna tanpa cela. Namun, tidak seorang pun yang tahu. Lima tahun yang lalu pasca menyaksikan pengkhianatan istrinya, Zain mengalami kecelakaan tragis. Dampak kecelakaan itu ia mengalami disfungsi seksual. Demi harga dirinya, Zain menjaga aib itu rapat-rapat. Namun, hal itu dimanfaatkan Bella untuk berbuat semena-mena. Kecewa karena Zain tidak mampu memberinya kepuasan, Bella bermain gila dengan banyak pria. Zain tidak berkutik, hanya bisa pasrah karena tidak ingin kekurangan dirinya diketahui oleh orang banyak. Namun, semuanya berubah saat Zain mengenal Yvone, gadis muda yang mabuk di kelab malam miliknya. Untuk pertama kalinya, Zain kembali bergairah dan memiliki hasrat kepada seorang wanita. Namun, Yvone bukanlah gadis sembarangan. Ia adalah kekasih Daniel, anak tirinya sendiri. Mampukah Zain mendapatkan kebahagiaannya kembali?
Warning !! Cerita Dewasa 21+.. Akan banyak hal tak terduga yang membuatmu hanyut dalam suasana di dalam cerita cerita ini. Bersiaplah untuk mendapatkan fantasi yang luar biasa..
Dokter juga manusia, punya rasa, punya hati juga punya birahi
21+ Bijaklah dalam membaca! Mengandung bayak Konten Dewasa. Nama ku Laras, Aku seorang Anak Yatim Piatu dan sudah putus sekolah, tinggal sendiri di rumah reyot peninggalan alm Ibu dan Ayah ku. Aku tinggal di sebuah dusun terpencil, yang berada si sekitar perkebunan Sawit. Terpaksa Aku harus menjadi Buruh harian di Kebun Sawit Milik Juragan Johan, demi kelangsungan hidup ku. Singkat perkenalan, Juragan Johan ini lah Ayah ku dan Ayah dari Anak ku, dan juga jadi mertua ku Ikuti kisahnya biar ga bingung. Bagaimana semua itu bisa terjadi