/0/10158/coverbig.jpg?v=86e32fcd0536cd8704eaca9e765924bf)
Aliyah tertatih-tatih menapaki Gunung di tengah Hutan hanya demi sebalok sinyal. Tapi perjuangan itu mengajarkan Aliyah untuk bersabar dan kelak akan menjadi anak yang sukses.
Sore hari, Aliyah terus menatap langit yang begitu indah, dia terkagum dengan indahnya senja kala itu, Dia berharap agar kelak kehidupannya akan seindah itu.
Saat ini Aliyah masih berumur 15 tahun tapi telah merasakan pahitnya kehidupan karena dia terlahir dikeluarga yang serba kekurangan dan keluarga yang keras dan berantakan.
"Aliyah, ngelamun terus yah, awas kesurupan, " Kata Mama menyadarkan aku dari lamunan.
"Iyya mah ngga kok, jawabku kesal karna nada mama juga rada kesal dan selalu begitu kala berbicara dengan ku.
Aku masuk kekamar yang hanya tertutupi oleh Gorden bukan pintu jadi kalau aku marah gak bisa banting pintu hehe seperti orang-orang diluar sana. Aku selalu iri pada teman-temanku bukan karna harta mereka tapi orang-orang yang ada disekelilingnya sangat mencintainya sedangkan aku orang tua kandung aja serasa orang lain.
"Hmmm wangi banget masakan mama, masak apa yah, " Tanyaku dalam hati sambil ngintip ke dapur.
"Waw... Mama masak banyak banget pasti karna aku ulang tahun hari ini," Gumamku lagi sambil sedikit senang.
Malam makin larut, aku terus menunggu mama papa memanggilku atau tidak memeberi ku kejutan, karna tadi sore kan mama buat banyak banget makanan. Karna gak tahan lapar aku mendekati mereka dibilik sebelah sambil bawa piring.
"Kamu ngapain disini, sana tidur! " Kata mama membentak dan mata papa juga melototin aku.
"Aku lapar mah pah, hari ini aku belum pernah makan, ini masakan banyak buat ulang tahun aku kan mah? Pah? " Kataku dengan suara yang gemetar karna takut dibentak lagi.
"Hah... Kata siapa buat kamu? Ini makanan banyak mama siapin buat kakak sama adek kamu, bentar lagi mereka nyampe dirumah" Kata mama dengan suara tingginya.
"Ow maaf mah, kirain buat aku, yaudah aku tidur dulu, " Jawabku dengan rasa kecewa, hampir saja air mataku jatuh didepan mereka tapi tidak aku akan menahannya karna ini bukan kali pertama aku rasain dibeda-bedakan dengan kakak dan adik aku.
Kakak Aku bernama Rasyah dia kuliah di sebuah universitas ternama di Jakarta jurusan kedokteran dan adik aku Mondok di pondok pesantren Gontor, dia baru aja naik kelas 2 SMP sedang aku hanya disekolahkan di sekolah swasta di kampung yang bangunannya udah lapuk dan yah aku sangat bersyukur dari pada tidak disekolahkan.
"Pip pip pip, " Bunyi Clakson mobil memecah keheningan di tengah malam dan yah pastinya itu mobil yang ditumpangi kakak dan adik aku.
"Assalamu'alaikum mah pah... Tok tok tok..." Kata seseorang dibalik pintu.
Lama gak ada jawaban mama papa d dapur, jadi aku intip lagi kok mama papa ga keluar sambut anak kesayangannya "kataku dalam hati".
Ternyata mereka tertidur d dapur nungguin adik kakak aku...
" Waalaikumsalam, Kakak...adek... Yok lah masuk, " Sambil ku persilahkan mendahului karna aku mah nutup pintu kembali.
"E e... Tunggu dulu jangan ditutup, tuh sana barang di halaman rumah masukin di dalam rumah, aku capek" Kata kakak aku dengan wajah yang aku gak tau lagi gimana cara gambarin nya.
Aku menarik koper satu persatu ke dalam rumah, setelah selesai aku menuju kamar. Aku sangat berharap kalau aku lewat dekat Dapur mereka akan memanggilku buat makan malam nyatanya tidak, mereka makan bersama dan tertawa bersama seakan Aku bukan siapa dalam keluarga ini.
"Dasar, Ga ada Hati, " Gumamku dalam hati sambil berlalu ke kamar.
Malam begitu panjang, rasanya pengen hilang dari muka bumi saat mendengar canda tawa mereka di dapur tak jarang pula aku mendengar Mama papa membandingkan aku dengan mereka dan yah pastinya akulah yang selalu dijatuhkan.
***
Kring.... Kring... Kring...
Alarm aku berbunyi Tanda aku harus bangun sekarang untuk beres-beres kemudian ke sekolah.
Setelah semua beres, aku bergegas ke kamar Mandi kemudian Sarapan sisa makanan Keluarga semalam setelah itu langsung kesekolah tanpa mempedulikan siapa yang memanggilku dari dalam rumah.
Gak lama kemudian aku sampai di sekolah dengan berjalan kaki karna Aku gak mempunyai uang buat ongkos angkot makanya kadang terlambat hehe...
"Pagi Aliyah... Dah makan blom?" Kata seseorang di belakang aku yang suaranya gak asing lagi ditelingaku, yah... Dialah Alif, sahabat sejak Kelas empat SD sampai sekarang. Dia pindahan dari Bogor ke Kolaka karna kebetulan ayahnya kerja d sini.
"Iyya Alif... Lah ini Baju kamu kenapa robek lagi?" Tanyaku sambil membalikkan badannya, sebenarnya bukan hal yang baru terjadi sih karna Alif memang anak yang sering dibully di sekolah karna dia juga dari keluarga yang berkekurangan. Ayahnya ngamen di Kapal kalau kapal masih nunggu tumpangan sedang ibunya juga kerja dikapal menjual snack keliling, Alif sendiri kadang bantuin para penumpang naikin barang-barangnya dikapal itupun kadang gak digaji kalau lagi dapat penumpang yang ngeyel.
"Tadi anak sekolah sebelah ngebully aku dijalan, " Jawab Alif sambil nahan sakit dan air matanya.
"Kamu gangguin mereka kali, makanya mereka marah"
"Ngga... Aku lewat terus langsung d jambak dan dibanting gitu,"
"Ya Ampun Lif... Kamu sabar yah, kalau ada waktu kita belajar silat bareng, kan aku anak perguruan silat. " Ucapku sambil menepuk punggung Alif.
"Iyya Liyah... Aku mau, biar kalau ga sama kamu lagi aku bisa lawan kalau ada yang ngebully aku"
"Apa? Gimana maksud kamu? Kamu mau pisah dari aku? Kamu ga mau lagi sahabatan ma aku? Terus aku sama siapa? " Ketusku menerkam Alif dengan seribu pertanyaan.
"Ngga Liyah... Kan bentar lagi lulus SMP terus kamu lanjut SMA entah dimana nah aku gak tau lanjut Atau tidak Liyah... Aku gak punya uang".
"Kamu harus ikut aku Alif... Aku akan ke Bangladesh sama Paman aku. Kalau disini orang tuaku gak peduliin aku Alif"
"Kamu lanjutin aja sekolah kamu, sukses cepat biar yang ngerendahin kamu gak berani lagi"
"Terus kamu gimana Lif ? "
"Santai aja... Kamu sukses berarti aku juga sukses. Kamu senang aku juga senang Liyah.."
"Alif..." Ucapku sambil nangis.
"Ga usah nangis Liyah...srikandi kok cengeng hehe"
Aku dan Alif selalu barengan disekolah hingga kini kami sudah dipenghujung semester yang artinya bentar lagi lulus SMP.
Kring.. Kring...
"Bel masuk kelas udah bunyi tuh Lif.. Ayok masuk"
"Yaudah... Yok"
Sesampainya di kelas, Teman-teman pada diam ngelirik aku dan Alif dengan sinis. Yah beginilah keadaan kami di mana-mana gak ada yang suka. Tapi aku berdua tetap saling menguatkan dan saling menjaga sebisa mungkin.
"Kenapa yah guys? " Tanyaku heran.
"Baju kalian kotor banget, bau, dekil emang gak ada baju lain apa, buat kelas bau aja loh berdua" Ucap Fika, ketua kelas aku yang super duper rapi tapi mulutnya gak bisa dikontrol.
"Anu, aku jalan kaki ke sekolah tadi dan Alif abis dikeroyok ma sekolah sebelah jadi kami gak serah kalian". Jawabku terbata-bata.
" Najis banget sekelas dengan kalian tau gak... Untung udah mau lulus " Lanjut Fika.
"Iyya maaf, " Jawabku.
"Udahlah... Sana duduk di belakang...awas aja loh berdua besok gak Rapi. " Ujar Fika lagi.
"Iyya... Besok kami rapi" Jawab Alif.
Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?
Selama sepuluh tahun, Delia menghujani mantan suaminya dengan pengabdian yang tak tergoyahkan, hanya untuk mengetahui bahwa dia hanyalah lelucon terbesarnya. Merasa terhina tetapi bertekad, dia akhirnya menceraikan pria itu. Tiga bulan kemudian, Delia kembali dengan gaya megah. Dia sekarang adalah CEO tersembunyi dari sebuah merek terkemuka, seorang desainer yang banyak dicari, dan seorang bos pertambangan yang kaya raya, kesuksesannya terungkap saat kembalinya dia dengan penuh kemenangan. Seluruh keluarga mantan suaminya bergegas datang, sangat ingin memohon pengampunan dan kesempatan lagi. Namun Delia, yang sekarang disayangi oleh Caius yang terkenal, memandang mereka dengan sangat meremehkan. "Aku di luar jangkauanmu."
Kedua orang yang memegangi ku tak mau tinggal diam saja. Mereka ingin ikut pula mencicipi kemolekan dan kehangatan tubuhku. Pak Karmin berpindah posisi, tadinya hendak menjamah leher namun ia sedikit turun ke bawah menuju bagian dadaku. Pak Darmaji sambil memegangi kedua tanganku. Mendekatkan wajahnya tepat di depan hidungku. Tanpa rasa jijik mencium bibir yang telah basah oleh liur temannya. Melakukan aksi yang hampir sama di lakukan oleh pak Karmin yaitu melumat bibir, namun ia tak sekedar menciumi saja. Mulutnya memaksaku untuk menjulurkan lidah, lalu ia memagut dan menghisapnya kuat-kuat. "Hhss aahh." Hisapannya begitu kuat, membuat lidah ku kelu. Wajahnya semakin terbenam menciumi leher jenjangku. Beberapa kecupan dan sesekali menghisap sampai menggigit kecil permukaan leher. Hingga berbekas meninggalkan beberapa tanda merah di leher. Tanganku telentang di atas kepala memamerkan bagian ketiak putih mulus tanpa sehelai bulu. Aku sering merawat dan mencukur habis bulu ketiak ku seminggu sekali. Ia menempelkan bibirnya di permukaan ketiak, mencium aroma wangi tubuhku yang berasal dari sana. Bulu kudukku sampai berdiri menerima perlakuannya. Lidahnya sudah menjulur di bagian paling putih dan terdapat garis-garis di permukaan ketiak. Lidah itu terasa sangat licin dan hangat. Tanpa ragu ia menjilatinya bergantian di kiri dan kanan. Sesekali kembali menciumi leher, dan balik lagi ke bagian paling putih tersebut. Aku sangat tak tahan merasakan kegelian yang teramat sangat. Teriakan keras yang tadi selalu aku lakukan, kini berganti dengan erangan-erangan kecil yang membuat mereka semakin bergairah mengundang birahiku untuk cepat naik. Pak Karmin yang berpindah posisi, nampak asyik memijat dua gundukan di depannya. Dua gundukan indah itu masih terhalang oleh kaos yang aku kenakan. Tangannya perlahan menyusup ke balik kaos putih. Meraih dua buah bukit kembarnya yang terhimpit oleh bh sempit yang masih ku kenakan. .. Sementara itu pak Arga yang merupakan bos ku, sudah beres dengan kegiatan meeting nya. Ia nampak duduk termenung sembari memainkan bolpoin di tangannya. Pikirannya menerawang pada paras ku. Lebih tepatnya kemolekan dan kehangatan tubuhku. Belum pernah ia mendapati kenikmatan yang sesungguhnya dari istrinya sendiri. Kenikmatan itu justru datang dari orang yang tidak di duga-duga, namun sayangnya orang tersebut hanyalah seorang pembantu di rumahnya. Di pikirannya terlintas bagaimana ia bisa lebih leluasa untuk menggauli pembantunya. Tanpa ada rasa khawatir dan membuat curiga istrinya. "Ah bagaimana kalau aku ambil cuti, terus pergi ke suatu tempat dengan dirinya." Otaknya terus berputar mencari cara agar bisa membawaku pergi bersamanya. Hingga ia terpikirkan suatu cara sebagai solusi dari permasalahannya. "Ha ha, masuk akal juga. Dan pasti istriku takkan menyadarinya." Bergumam dalam hati sembari tersenyum jahat. ... Pak Karmin meremas buah kembar dari balik baju. "Ja.. jangan.. ja. Ngan pak.!" Ucapan terbata-bata keluar dari mulut, sembari merasakan geli di ketiakku. "Ha ha, tenang dek bapak gak bakalan ragu buat ngemut punyamu" tangan sembari memelintir dua ujung mungil di puncak keindahan atas dadaku. "Aaahh, " geli dan sakit yang terasa di ujung buah kembarku di pelintir lalu di tarik oleh jemarinya. Pak Karmin menyingkap baju yang ku kenakan dan melorotkan bh sedikit kebawah. Sayangnya ia tidak bisa melihat bentuk keindahan yang ada di genggaman. Kondisi disini masih gelap, hanya terdengar suara suara yang mereka bicarakan. Tangan kanan meremas dan memelintir bagian kanan, sedang tangan kiri asyik menekan kuat buah ranum dan kenyal lalu memainkan ujungnya dengan lidah lembut yang liar. Mulutnya silih berganti ke bagian kanan kiri memagut dan mengemut ujung kecil mungil berwarna merah muda jika di tempat yang terang. "Aahh aahh ahh," nafasku mulai tersengal memburu. Detak jantungku berdebar kencang. Kenikmatan menjalar ke seluruh tubuh, mendapatkan rangsangan yang mereka lakukan. Tapi itu belum cukup, Pak Doyo lebih beruntung daripada mereka. Ia memegangi kakiku, lidahnya sudah bergerak liar menjelajahi setiap inci paha mulus hingga ke ujung selangkangan putih. Beberapa kali ia mengecup bagian paha dalamku. Juga sesekali menghisapnya kadang menggigit. Lidahnya sangat bersemangat menelisik menjilati organ kewanitaanku yang masih tertutup celana pendek yang ia naikkan ke atas hingga selangkangan. Ujung lidahnya terasa licin dan basah begitu mengenai permukaan kulit dan bulu halusku, yang tumbuhnya masih jarang di atas bibir kewanitaan. Lidahnya tak terasa terganggu oleh bulu-bulu hitam halus yang sebagian mengintip dari celah cd yang ku kenakan. "Aahh,, eemmhh.. " aku sampai bergidik memejam keenakan merasakan sensasi sentuhan lidah di berbagai area sensitif. Terutama lidah pak Doyo yang mulai berani melorotkan celana pendek, beserta dalaman nya. Kini lidah itu menari-nari di ujung kacang kecil yang menguntit dari dalam. "Eemmhh,, aahh" aku meracau kecil. Tubuhku men
Hanya ada satu pria di hati Regina, dan itu adalah Malvin. Pada tahun kedua pernikahannya dengannya, dia hamil. Kegembiraan Regina tidak mengenal batas. Akan tetapi sebelum dia bisa menyampaikan berita itu pada suaminya, pria itu menyodorinya surat cerai karena ingin menikahi cinta pertamanya. Setelah kecelakaan, Regina terbaring di genangan darahnya sendiri dan memanggil Malvin untuk meminta bantuan. Sayangnya, dia pergi dengan cinta pertamanya di pelukannya. Regina lolos dari kematian dengan tipis. Setelah itu, dia memutuskan untuk mengembalikan hidupnya ke jalurnya. Namanya ada di mana-mana bertahun-tahun kemudian. Malvin menjadi sangat tidak nyaman. Untuk beberapa alasan, dia mulai merindukannya. Hatinya sakit ketika dia melihatnya tersenyum dengan pria lain. Dia melabrak pernikahannya dan berlutut saat Regina berada di altar. Dengan mata merah, dia bertanya, "Aku kira kamu mengatakan cintamu untukku tak terpatahkan? Kenapa kamu menikah dengan orang lain? Kembalilah padaku!"
Adult content 21+ Farida Istri yang terluka, suaminya berselingkuh dengan adiknya sendiri. Perasaan tersakiti membuatnya terjebak kedalam peristiwa yang membuat Farida terhanyut dalam nafsu dan hasrat. Ini hanya cerita fiktif. Kalau ada kesamaan nama, jabatan dan tempat itu hanya kebetulan belaka
Pada hari Livia mengetahui bahwa dia hamil, dia memergoki tunangannya berselingkuh. Tunangannya yang tanpa belas kasihan dan simpanannya itu hampir membunuhnya. Livia melarikan diri demi nyawanya. Ketika dia kembali ke kampung halamannya lima tahun kemudian, dia kebetulan menyelamatkan nyawa seorang anak laki-laki. Ayah anak laki-laki itu ternyata adalah orang terkaya di dunia. Semuanya berubah untuk Livia sejak saat itu. Pria itu tidak membiarkannya mengalami ketidaknyamanan. Ketika mantan tunangannya menindasnya, pria tersebut menghancurkan keluarga bajingan itu dan juga menyewa seluruh pulau hanya untuk memberi Livia istirahat dari semua drama. Sang pria juga memberi pelajaran pada ayah Livia yang penuh kebencian. Pria itu menghancurkan semua musuhnya bahkan sebelum dia bertanya. Ketika saudari Livia yang keji melemparkan dirinya ke arahnya, pria itu menunjukkan buku nikah dan berkata, "Aku sudah menikah dengan bahagia dan istriku jauh lebih cantik daripada kamu!" Livia kaget. "Kapan kita pernah menikah? Setahuku, aku masih lajang." Dengan senyum jahat, dia berkata, "Sayang, kita sudah menikah selama lima tahun. Bukankah sudah waktunya kita punya anak lagi bersama?" Livia menganga. Apa sih yang pria ini bicarakan?