/0/10001/coverbig.jpg?v=57c2bd53e81cb5730dc9c23ad7c2d5a7)
Tiba-tiba dijemput pria asing dan mengaku sebagai mahramnya? Siapa dia? "Tentang keikhlasan, kesabaran dan pengorbanan" seorang Adinda. Adinda selalu yakin sejauh apapun jodoh berpisah, jika garis takdir mereka bersatu maka tidak ada yang tidak mungkin bagi Allah untuk menyatukan mereka kembali. Karena Garis takdir seseorang tidak ada yang bisa mengetahui selain Tuhan Yang Maha Mengetahui. Ini adalah sebuah kisah seorang wanita pemilik penyakit langka yang berusaha melupakan masa lalunya yang trauma perkara cinta. Lalu tiba-tiba dijemput oleh orang yang mengaku sebagai suaminya? Ketika cinta mulai tumbuh, cobaan terus berdatangan, terutama dirinya harus menerima kenyataan pahit yang tak pernah dia bayangkan yaitu rela berbagi cinta demi menyelamatkan para bayi agar tak kehilangan figur seorang ayah hanya karena sebuah fitnah. Namun nyatanya garis takdir membawanya ke lain hal, akankah Tuhan kembali mempersatukan mereka? atau Tuhan lebih mencintai Adinda? Tiba-tiba dijemput pria asing dan mengaku sebagai mahramnya? Siapa dia?
"Kenapa harus secepat ini? Kenapa kau datang jika harus pergi? Kenapa kau datang dengan seribu tawa dan pergi dengan meninggalkan seribu luka? Kau tahu semua tentang diriku tanpa aku tahu sedikit pun tentangmu.."
Setiap orang pasti memiliki garis takdirnya masing-masing, karena kita di sini hanya seorang tokoh utama dalam sebuah kehidupan yang sekali dengan mengikuti skenario garis takdir tuhan yang telah dicacat 50.000 tahun sebelum penciptaan langit dan bumi. Mungkin ini hanya sekedar kisah klasik, sebuah cerita tentang kehidupan gadis manja yang dituntut untuk hidup mandiri dan harus mampu menyelesaikan permasalahannya sendiri.
Dan jika doa dapat mengubah sebuah takdir maka semoga garis takdirku lebih baik dari sekedar khayal dan anganku dan jika tidak seperti khayal dan anganku maka semoga diriku diberi keikhlasan dan kesabaran dalam menerima semua ketetapan Rabb-ku. Begitulah doanya seorang Adinda Nurul Alyaa, dan Ini adalah sebuah kisah tentang perjalanan hidup yang tak selalu berjalan secantik wajahnya.
Tentang sebuah kesabaran, keikhlasan, dan Pengorbanan. Tentang ketulusan cinta seorang Adinda. Tentang seorang wanita yang berusaha melupakan masa lalunya. Tentang harapan sebuah percintaan seperti kisah cinta berbalas ibunda Khadijah. Walaupun dia tahu, dirinya tak semulia beliau, namun dia hanya ingin menjadi satu-satunya istri seperti, Khadijah disisi Baginda Nabi Muhammad Shalallahu'Alaihi Wassalam.
Karena dirinya yang dulu berusaha mencintai seseorang layaknya kisah cinta mulia antara Ali dan Fatimah. namun, apa daya dirinya tak pandai mencintai, layaknya Fathimah yang mencintai Ali dalam diamnya. Karena sesungguhnya, itu sangat sulit lagi berat, dan pada akhirnya dia harus terluka dalam diam pula.
Wanita ini yang bernama asli Adinda Nurul Alyaa, biasa disebut dengan Dinda oleh sanak keluarganya dan terdekatnya, dan dia lebih sering menyebut dirinya Alyaa di hadapan teman-temannya. Memiliki kulit putih, bertubuh mungil, dengan berlesung pipi yang menambah kemanisan di wajahnya. Gadis cantik ini sedang menempuh pendidikan di pondok pesantren karena perintah orang tuanya, dia tidak akan pernah membantah perintah yang keduanya pinta. Termasuk dia rela mengorbankan masa mudanya untuk menikah dengan seorang pria yang telah orang tuanya pilih. Belum lagi dia memiliki trauma akan cinta dan tidak ingin dibuat sakit dan kecewa untuk kedua kalinya, akankah pria itu bisa mengobati rasa traumanya itu?
Dan lagi dengan kondisi penyakit yang dideritanya, membuatnya terasa tak pantas bersanding dengan seorang pria bernama asli Muhammad Haikal Reyhan lulusan S2 jurusan Ekonomi Syariah, yang ternyata masih teman masa kecilnya, Reyhan memiliki seorang sahabat bernama Sarah Ahmad At-Tamimi yang berbasis seorang dokter spesialis saraf, yang di mana sedari kecil mereka selalu bersama, jadi tidak menutup kemungkinan dulu kedua saling menyimpan rasa.
Di saat semua berjalan lancar dan Ketika dia sudah mengikhlaskan diri, cobaan kembali hadir, mereka harus kembali berpisah karena suatu hal yang membuat Dinda melupakan segalanya. Namun Dinda selalu yakin sejauh apa pun jodoh berpisah, jika garis takdir mereka bersatu maka tidak ada yang tidak mungkin bagi Allah mereka akan kembali bertemu. Sekalipun ingatannya terhapus tapi hati mereka akan kembali bertemu dalam ikatan Garis Takdir Sang Kholiq.
"Bismillah, aku yakin ini garis takdirku!"
šļøšļøšļø
Dinda POV.
"Ada Alya di sini?" Tanya seorang wanita berkacamata, berkulit sawo matang, bertubuh kurus dan tinggi.
"Iya, ada aku di sini, ada apa?" tanyaku kembali yang sedang fokus menatap layar tipis berbentuk persegi empat yang terdapat mesin ketiknya. Dan terdapat berbagai macam dokumen penting.
Sebelumnya, perkenalkan namaku Adinda Nurul Alyaa, biasanya aku lebih sering dipanggil Alya oleh teman-temanku dan sebutan Dinda oleh orang-orang terdekatku. Kata orang diriku cantik dengan kulit yang putih kemerahan dan tubuh yang bisa dibilang ideal untuk anak seusiaku, namun aku tidak merasa demikian. Umurku menginjak ke-17 tahun, pada setengah tahun yang lalu.
Sekarang, aku berstatus sebagai seorang santriwati disalah satu sekolah berbasis boarding school atau yang lebih lumrah dengan sebutan pondok pesantren atau sekolah asrama yang dipisahkan gedung sekolah antara wanita dan laki-lakinya, atau di sini biasa disebut dengan Akhwat dan Ikhwan. Sudah hampir menginjak tahun ke-6 aku berada di sini, rasanya senang sekali hanya dengan hitungan bulan masa belajarku akan segera berakhir.
Dan yang tadi memanggilku dia bernama Zahra, salah satu sahabatku semenjak SMP. Bernama asli Zahra Aulia teman satu asrama denganku dia seorang Ketua OSIS di sekolahku sekaligus menjadi ketua kamar ini dan sahabat baikku. Dan aku adalah sekretarisnya, yang entah mengapa dia bisa memilihku jujur padahal sifatku lebih ke pemalas, berantakan dan tidak suka aturan.
"Tadi, bunda kamu mau telepon katanya penting," ujarnya sambil memberikan ponsel kecil. jangankan untuk membuka Instagram ataupun Facebook, WhatsApp saja tidak bisa. ini hannyalah ponsel yang dapat di gunakan sekedar untuk telepon dan bertukar pesan.
Detakkan jantungku semakin cepat tidak biasanya bunda meneleponku kecuali waktu jadwalnya, ya kami para santri diberikan jatah sekali dalam seminggu untuk bertelekomunikasi dengan keluarga sekedar melepas rindu. Dengan gugup serta terheran aku mulai meraih ponsel itu. Menutup aplikasi yang sedang aku buka. Dan mengangkat sambungan itu dengan menekan tombol disisi kirinya.
"Assalamualaikum bun, ada apa?" Tanyaku gugup sambil menggigit bibir bawah.
"Waalaikumsalam Din, bunda cuman mau tanya, kamu pulang tanggal berapa, Nak?" suara yang penuh kelembutan itu mulai mengawali bertanya.
"Dinda belum tahu bun, mungkin sekitar 2 minggu lagi. Tapi Ayah bisa jemput kan, Bun?" Aku semakin gugup sambil meremas ujung hijauku, menunggu jawaban dari seberang sana.
"Maafkan ayahmu, Nak. Dia belum bisa jemput kamu," suara itu terdengar lirih ditelingaku membuat nafasku tersendat, Inilah jawaban yang tidak pernah ingin kudengar sekian kalinya, ayah adalah seorang pegawai kantor yang lebih sering berada di luar rumah dan sering bepergian ke luar kota, sehingga ayah sering tidak bisa menjemputku dengan alasan tersebut.
Aku semakin meremas ujung hijabku, menggigit bibir bawahku, dan berharap ini hannyalah mimpi. Kenapa ayah begitu tega kepadaku? Ah.. air mata ini, aku harus kuat di depan bunda!
"Dinda enggak mau pulang sendiri lagi, Bun! Cukup yang kemarin terakhir untuk dinda safar tanpa mahram, Dinda enggak mau Allah semakin benci sama Dinda Bun!" sentakku dengan nada kecewa dan tubuh yang bergemetar hebat. Karena sebelumnya aku sudah mengancam ayah, dengan aku tidak mau lagi kembali ke pesantren jika pulang perginya tidak ditemani ayah. Tapi nyatanya, sekarang ayah tidak menepati janjinya.
"Tapi, mau bagaimana lagi sayang, ayah kamu sekarang lagi sibuk mungkin untuk dia sampai tiga minggu ke depan," papar bundaku di seberang sana.
"Dinda lebih baik enggak pulang bun, dari pada harus pulang dengan cara yang enggak halal, lagi!" aku langsung mematikan sambungan telepon sepihak, tanpa maksud mengentak bunda yang sudah melahirkanku, tapi diri ini sudah terlanjur kecewa dibuatnya. Hingga tanpa sadar sebening air mulai membasahi pipiku. Hatiku terlalu sakit menerima kenyataan ini, terlalu banyak dosa yang telah diperbuat.
"Bun Maafkan Dinda ya ... Dinda hanya enggak mau dosa ini terus berlanjut, dan mengalir ke ayah dan bunda." batinku dengan perasaan bersalah, aku menunduk sambil terisak.
Waktu pun bergulir, jadwal per pulangan sudah dibagikan, satu minggu berlalu dan Bunda kembali menelepon. Dengan rasa yang tidak aku mengerti aku pun mulai mengangkatnya. Diawali salam dan saling menanyakan kabar, masih sama seperti rutinitasku biasanya. Dan barulah Bunda mulai membuka inti pembicaraan,
"Din, nanti kamu tidak akan pulang sendiri lagi, karena akan ada yang menjemput kamu walaupun bukan ayah, tidak papa ya sayang?" Papar bunda.
"Siapa, Bun?" Tanyaku dengan nada sedu.
"Pokoknya, nanti kamu jangan merepotkan dia, Nak." Aku mengerutkan keningku, "Maksud Bunda?"
"Sekali lagi maafkan ayah dan bunda ya din." Aku benar-benar tidak paham apa yang bunda bicarakan.
"Maksud bunda apa?" Aku mengulang pertanyaan yang sama.
Sambungan telepon pun terputus sepihak, apa maksudnya? Lagi-lagi hawa panas menjelujuri tubuhku yang mulai melemas.
"Waalaikumsalam Din, bunda cuman mau tanya, kamu pulang tanggal berapa, Nak?" suara yang penuh kelembutan itu mulai mengawali bertanya.
"Dinda belum tahu bun, mungkin sekitar 2 minggu lagi. Tapi Ayah bisa jemput kan, Bun?" Aku semakin gugup sambil meremas ujung hijauku, menunggu jawaban dari seberang sana.
"Maafkan ayahmu, Nak. Dia belum bisa jemput kamu," suara itu terdengar lirih ditelingaku membuat nafasku tersendat, Inilah jawaban yang tidak pernah ingin kudengar sekian kalinya, ayah adalah seorang pegawai kantor yang lebih sering berada di luar rumah dan sering bepergian ke luar kota, sehingga ayah sering tidak bisa menjemputku dengan alasan tersebut.
Aku semakin meremas ujung hijabku, menggigit bibir bawahku, dan berharap ini hannyalah mimpi. Kenapa ayah begitu tega kepadaku? Ah.. air mata ini, aku harus kuat di depan bunda!
Kecelakaan yang menimpa Kaila dan neneknya menyebabkan kaki sang nenek dinyatakan lumpuh secara permanen oleh dokter. Sejak kecelakaan itu pula gadis itu tiba-tiba merasakan kehadiran bayangan misterius yang tak bisa dirasakan oleh orang lain. Bayangan itu terus menemaninya hingga memberikan warna baru bagi kehidupan Kaila yang semula abu-abu. Namun, itu hanya terjadi selama beberapa hari saja. Hingga kemudian seseorang hadir, menyatakan jika dirinya mencintai Kaila. Namun, Kaila justru menangkap maksud lain dari orang yang mendekatinya itu. Kepergian neneknya menjadi puncak dari segala kesulitan yang ia hadapi selama ini. Bagaimana Kaila akan menghadapi semua hal tersebut?
Tidak ada yang salah dengan sebuah pernikahan. Sama sekali tidak. Jika ditengahnya kelak kau temukan air mata, sungguh itulah pernikahan. Pun jika nanti kau hanya jumpai senyum dan tawa, juga sungguh, itulah pernikahan. Bahkan jika kau temukan keduanya silih berganti, maka sungguh itulah pernikahan. Kau percayakan? Begitu pun aku. Ketika jari manismu telah diisi cincin oleh pemilik yang sah, maka ketika itu sempurnalah hidupmu berubah. Ketika namamu tertuang dalam buku kecil bersanding erat dengan namanya, maka ketika itu jelaslah dirimu telah terikat dengannya. Dan ketika ayah-ibumu bukan lagi orang pertama yang kau jumpai saat bangun tidur, maka ketika itu berputarlah arah abdimu padanya. Hubungan ini tidak semudah yang dibicarakan. Ikatannya bukan hanya pada dia yang kelak akan hidup bersamamu saja, tapi juga pada keluarganya. Tidak sebatas tali diantara manusia saja, tapi juga ketersambungan tanggung jawab terhadap Tuhan. Inilah aku. Dan juga dia yang telah dipilihkan-Nya untukku.
Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?
"Jang, kamu sudah gak sabar ya?." tanya Mbak Wati setelah mantra selesai kami ucapkan dan melihat mataku yang tidak berkedip. Mbak Wati tiba tiba mendorongku jatuh terlentang. Jantungku berdegup sangat kencang, inilah saat yang aku tunggu, detik detik keperjakaanku menjadi tumbal Ritual di Gunung Keramat. Tumbal yang tidak akan pernah kusesali. Tumbal kenikmatan yang akan membuka pintu surga dunia. Mbak Wati tersenyum menggodaku yang sangat tegang menanti apa yang akan dilakukannya. Seperti seorang wanita nakal, Mbak Wati merangkak di atas tubuhku...
Adult content 21+ Farida Istri yang terluka, suaminya berselingkuh dengan adiknya sendiri. Perasaan tersakiti membuatnya terjebak kedalam peristiwa yang membuat Farida terhanyut dalam nafsu dan hasrat. Ini hanya cerita fiktif. Kalau ada kesamaan nama, jabatan dan tempat itu hanya kebetulan belaka
Anne mengikuti kontrak tertentu: dia akan menikah dengan Kevin dan melahirkan anaknya pada akhir tahun. Kalau tidak, dia akan kehilangan semuanya. Namun, itu lebih mudah diucapkan daripada dilakukan. Menghadapi penghinaan hari demi hari, dia sudah kehabisan kesabaran. Kali ini, dia tidak mau menyerah. Pada hari kecelakaan Kevil, Anne mengorbankan dirinya untuk menyelamatkannya. Meskipun dia hidup, dia akan segera menghilang di hadapan dunia. Nasib mereka terikat sekali lagi setelah bayi mereka tumbuh. Anne mungkin telah kembali kepadanya, tetapi dia bukan lagi wanita yang sedang mengejar cinta Kevin. Sekarang, Anne siap berjuang untuk putranya.
Selama sepuluh tahun, Delia menghujani mantan suaminya dengan pengabdian yang tak tergoyahkan, hanya untuk mengetahui bahwa dia hanyalah lelucon terbesarnya. Merasa terhina tetapi bertekad, dia akhirnya menceraikan pria itu. Tiga bulan kemudian, Delia kembali dengan gaya megah. Dia sekarang adalah CEO tersembunyi dari sebuah merek terkemuka, seorang desainer yang banyak dicari, dan seorang bos pertambangan yang kaya raya, kesuksesannya terungkap saat kembalinya dia dengan penuh kemenangan. Seluruh keluarga mantan suaminya bergegas datang, sangat ingin memohon pengampunan dan kesempatan lagi. Namun Delia, yang sekarang disayangi oleh Caius yang terkenal, memandang mereka dengan sangat meremehkan. "Aku di luar jangkauanmu."
Raina terlibat dengan seorang tokoh besar ketika dia mabuk suatu malam. Dia membutuhkan bantuan Felix sementara pria itu tertarik pada kecantikan mudanya. Dengan demikian, apa yang seharusnya menjadi hubungan satu malam berkembang menjadi sesuatu yang serius. Semuanya baik-baik saja sampai Raina menemukan bahwa hati Felix adalah milik wanita lain. Ketika cinta pertama Felix kembali, pria itu berhenti pulang, meninggalkan Raina sendirian selama beberapa malam. Dia bertahan dengan itu sampai dia menerima cek dan catatan perpisahan suatu hari. Bertentangan dengan bagaimana Felix mengharapkan dia bereaksi, Raina memiliki senyum di wajahnya saat dia mengucapkan selamat tinggal padanya. "Hubungan kita menyenangkan selama berlangsung, Felix. Semoga kita tidak pernah bertemu lagi. Semoga hidupmu menyenangkan." Namun, seperti sudah ditakdirkan, mereka bertemu lagi. Kali ini, Raina memiliki pria lain di sisinya. Mata Felix terbakar cemburu. Dia berkata, "Bagaimana kamu bisa melanjutkan? Kukira kamu hanya mencintaiku!" "Kata kunci, kukira!" Rena mengibaskan rambut ke belakang dan membalas, "Ada banyak pria di dunia ini, Felix. Selain itu, kamulah yang meminta putus. Sekarang, jika kamu ingin berkencan denganku, kamu harus mengantri." Keesokan harinya, Raina menerima peringatan dana masuk dalam jumlah yang besar dan sebuah cincin berlian. Felix muncul lagi, berlutut dengan satu kaki, dan berkata, "Bolehkah aku memotong antrean, Raina? Aku masih menginginkanmu."