lam. Jari-jarinya menari di atas keyboard laptop, menghasilkan deretan kata yang memenuhi layar. Kisah terbaru yang sedang
kosong, dan tidak seperti biasanya. Mungkin karena ia terlalu sering menulis tentang gairah tanpa
baru saja kosong beberapa minggu lalu. Pria itu mengenakan jaket hitam, celana jeans, dan sepatu boots yang tampak kebasahan oleh embun ma
u tetangga bar
Kali ini pria itu sedang memindahkan barang
eritaku.' batin Sandra sambil tetap mengamati pria itu. Namun, ada sesuatu yang aneh, pria itu seperti tahu bahwa ia sedang diawasi. Dia tiba-tiba saja menoleh ke
ampu kamarnya!" suara ibunya da
ntungnya berdetak lebih cepat dari biasanya. Ia tak tahu pas
***
membosankan saat liburan sekolah. Kedua orang tuanya sudah pergi bekerja, menyisakan Sandra yang hanya sendirian di rumah. Ya, Sandra adalah anak tunggal, dia sangat dimanjakan oleh kedua
agi akhir-akhir ini selama liburan sekolah. Dia hanya bi
a melihat Arif sedang mengangkat barang-barang dari sebuah truk kecil. Kaosnya
pria itu. Arif tampak seperti sosok yang hanya ada dalam no
up dan akhirnya memilih untuk memperhatikannya dari jauh saja. Ketika pria itu akhirnya masuk ke dalam r
hati-hati, ia membawa selang air dan mulai menyiram bunga-bunganya. Tiba-tiba, suara gemericik air t
persatu pakaiannya dan hanya menyisakan celana dalam saja. Sandra yang melihat hal itu hanya bisa menggigit bibirnya tegang. Melihat tubuh pria itu
itu. Dia menatap kejantanan lelaki itu, terlihat menggembung walau masih terbungkus oleh celana
banget. Ahh jadi pengen disodok. Sodok aku mas, sod
buat Sandra sulit untuk mengalihkan pandangannya. Sandra mencoba meyakinkan dirinya bahwa ia harus pergi, t
gan santai menggosok tubuhnya. Sandra merasa pipinya memerah, jantungnya berdegup kencang
kipun hanya sesaat. Pria itu lantas tersenyum kecil sebelum melanjutkan mandinya, seolah-olah sengaja membuat Sandra
***
jung menemukan kedamaian. Bayangan tubuh Arif yang basah oleh pancuran air sore tadi terus menghantui benaknya. Cahaya bulan yang
an arus pikiran itu. Namun, semakin ia mencoba melupakan, semakin jelas bayangan itu muncul, bagaimana air mengalir di kulit kecokelatan Arif, bagaimana otot punggungnya bergerak ketika ia meny
engan duduk tegak di tempat tidur,
amnya pelan, memeluk lututnya
g sebelumnya hanya ia tuangkan dalam tulisan. Tapi kali ini berbeda. Sensas
p langit-langit, mencoba melawan perasaan yang semakin meme
at tatapan mereka bertemu. Senyum itu adalah pengakuan,
embujuk dirinya sendiri. Tapi jauh di lubuk
sendiri. Ia tahu ini berbahaya, tetapi ia tidak bisa menghentikannya. Tubuh dan pikirannya d
***
e Co