ggak diluar kaya gini. Ayo kita masuk ke dalam dulu," ucapku
uga akan ngelawan kamu. Sekarang aja udah berani masukin laki-laki ke dalam rumah disaat kamu gak ada. Udah jelas dia wani
at itu ada orang asing yang mendengar hinaan yang ditujukan untukku. Dan kesalnya, pria asi
perunyam masalah ini. Ini hanya kesala
setuju Rendi nikah sama kamu. Masih lebih baik mantan istri Rendi. Firasat Ibu emang gak pernah salah, kalau Rendi ternyata malah
as seiring hinaan dan cacian dari Ibu Mer
malukan, apalagi dihadapan orang asing. Bahkan beberapa tetangga dekat terlihat mulai keluar dari rumah merek
cuk
Ibu. Lihat, Ren! Ini akibat kamu selalu memanjakan istri kamu. Jadi
erasa habis kesabaran, mungkin a
r yang selalu berpikir untuk bisa menghancurkannya. Hebat sekali mentalku dibuat hancur
masuk ke d
alam rumah. Setidaknya agar Ibu mertuaku juga masuk, sehi
g hingga terjadi kesalahpahaman sama sekali tidak berniat untuk membantuku menjelaskan
ah. Mas Rendi dan Ibu masih diam saja. Dan t
adi it
ku kurangi dan tidak ada yang aku tambahkan. Semua kejadian yang ben
ekali tabiat menantu macam istri kamu, Ren. Makin hari makin berani saja," uc
asuk ke kamar! Mas mau antar Ibu pul
lang sendiri. Cuma di
Ayo, Bu. Aku anta
ta, kehabisan tenaga pula untuk membela diriku. Tidak ada tanggapan apa
ang istri yang hanya ingi
njukkan bela dia terhadap istrinya yang selalu tertindas oleh Ibunya sendiri. Karena aku yak
udian, Mas R
g?" tanya Mas Rendi yang memb
bagiku. Hatiku masih sangat sakit dengan tuduhan Ibu, t
amu gak mau bahas lagi masalah
bukan wanita seperti y
nya Mas belain aku di depan Ibu, bukan
yang nggak-nggak. Wajar saja reaksi Ibu kaya tadi, karena syok aja ada pria asing keluar d
Kenapa kamu begitu takut sama Ibu dan selalu ngorbanin perasaan aku? Padahal aku sudah ngalah, kamu selalu antar Ibu ke mana-mana walaupun kamu pulang kerja sore. Sedangkan aku? Aku belanja ke supermarket saja sendir
dung lagi. Aku terlalu banyak membatin saat bersama suamiku y
ukan aku tak suka mendapatkan suami yang saya
hi, kebutuhan lahirku pun dibatasi karena suamiku menafkahi Ibunya pula se
amu lakukan. Dari pada Mas curiga tetapi pura-pura membela kamu. Itu tidak baik
dah untuk diluluhkan. Tidak perlu sebuah rayuan, tidak perlu gombalan, hanya sebatas pe
ncintai suamiku. Dia yang tidak pernah m
tangga yang benar-benar sempurna. Past
menatap penuh a
ekarang y
apa
nonton bioskop besok. Udah
kami bercinta. Aku sudah merindukannya, tapi seolah hal itu adal
bioskop. Aku keluar dari kamar sebelah yang kujadikan s
kok belum
sayang.
as. Aku pergi
ertanya alasan apalagi yang membuat Mas Rendi akan menghabiskan wa
yang menontonnya. Lalu aku berpapasan dengan seorang pria yan
sambil menund
u berlalu b
oma yang rasanya tidak asing. Dan aku yakin in
rsi di row E, tidak terlalu atas juga tidak terlalu bawah
gitu jelas melihat wajahnya, karena dia memakai topi hitam juga terus menunduk sambil memainkan poselnya. Namun yang jelas pria itu adalah pria yan
penciumanku. Membuatku terus berpikir, jika wangi itu
film akan segera diputar. Dan mataku masih saja tertuju pada arah pintu masuk, sama
aku tahu di dalam teater ada CC
u seorang diri malah hilang, tergantikan deng
ton hantu daripada pembunuhan sadis kaya gini
an, tetapi sudah menegangkan dari awal. Sampai aku tidak menyadari jika
bisik pria itu membuatku terk