/0/9901/coverbig.jpg?v=c5a688892d8fd2c944a49f164166604f)
Bijaklah memilih bacaan! Novel ini mengandung adegan 21+ "Jadilah wanitaku." Kemiskinan dan tekanan dari mereka orang berada, membuat Fahira terpaksa menerima tawaran Fatih untuk menjadi 'sugar baby-nya', meskipun hal itu sangat bertentangan dengan hati nuraninya yang memiliki prinsip untuk tetap berada di jalan yang lurus apapun keadaannya. Kehidupan Fahira pun, perlahan berubah. Gadis itu bisa bangkit dari kemiskinan dengan uang hasil jerih payahnya menjadi sugar baby dari sang CEO tampan pujaan para wanita. Namun, perubahan yang drastis itu tidak berjalan mulus begitu saja, karena Fahira harus menghadapi berbagai masalah yang dibuat oleh saudara sepupunya. Masalah apa saja kah, yang akan dihadapi oleh Fahira? dan mampukah ia menghadapinya?
Suara batuk yang tak biasa dari sang ibu, membuat Fahira yang sedang memasak air di dapur, langsung berlari menghampiri ibunya di kamar. Sesampainya di sana, Fahira langsung duduk di tepi ranjang. Dan, betapa terkejutnya ia, saat melihat bercak darah di tangan ibunya yang tadi menutupi mulut itu saat terbatuk. "Ibu, batuk Ibu berdarah. Ibu harus periksa ke dokter," ujar gadis manis bermata bulat itu, dengan raut paniknya.
"Tidak, Nak. Ibu baik-baik saja. Nanti juga sembuh sendiri. Uhuk! Lagipula, kita tidak ada uang untuk ke dokter. Berikan Ibu teh hangat saja. Nanti akan membaik dengan sendirinya," ucapnya, menenangkan Fahira.
Tapi, Fahira bukanlah anak kecil yang bisa dibohongi. Ia tahu, kalau ibunya itu hanya sedang berusaha menenangkannya saja. Namun, meskipun demikian, Fahira tidak mengatakan apa-apa lagi. Ia tak ingin membuat ibunya yang napasnya kini tersengal-sengal itu, terlalu banyak bicara. Gadis itu hanya bisa menuruti permintaan sang ibunda. "Ya sudah, aku buatkan ibu teh hangat dulu." Fahira lalu bangkit dari duduknya, dan membawa langkahnya keluar dari kamar, menuju ke dapur.
Sesampainya di dapur, dengan segera, ia membuatkan teh hangat untuk sang ibunda. Saat hendak membawa secangkir teh hangat itu ke kamar ibunya, Fahira tiba-tiba terdiam, memikirkan sesuatu. "Aku tidak boleh diam saja, aku harus melakukan sesuatu. Sakit Ibu pasti sudah parah, dan aku harus segera membawa Ibu ke rumah sakit."
Fahira kembali melanjutkan langkahnya menuju ke kamar ibunya, dengan secangkit teh hangat yang ia bawa. "Bu, ini teh hangatnya. Aku mau keluar sebentar," ucapnya, sambil menaruh secangkir teh hangat itu di atas meja, di sebelah ranjang ibunya.
"Kau mau pergi ke mana, hujan-hujan begini, Nak?" tanya Marni, dengan suaranya yang sedikit serak.
"Ada perlu sebentar, Bu," jawabnya. "Diminum tehnya, ya. Nanti aku kembali. Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikum salam."
Gadis itu pun, bergegas pergi dari hadapan sang ibunda. Fahira meraih payung bercorak bunga-bunga ungu yang menggantung di dekat pintu, sebelum ia keluar. Karena di luar sedang hujan deras. Gadis itu pun, pergi. Ia berjalan di bawah guyuran air hujan, sambil melindungi tubuhnya dengan payung yang sambungan sebelah kanannya sudah patah-patah, hingga tak mampu melindungi tubuhnya dari guyuran air hujan, dengan sempurna. Namun, keadaan itu tak lantas menghentikan langkah Fahira untuk pergi ke suatu tempat.
Fahira, gadis manis berusia 20 tahun. Tak hanya manis, Fahira juga penyayang dan memiliki hati yang lembut. Dia juga gadis yang mandiri dan pekerja keras. Fahira harus kehilangan ayahnya, di saat usianya masih 10 tahun. Dan kini, dia hanya tinggal berdua dengan sang ibunda di sebuah gubuk kecil. Kehidupan Fahira dan ibunya, bisa dibilang serba kekurangan. Fahira hanya mampu bersekolah sampai tamat SD, dan tak mampu untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan selanjutnya. Sehingga ia kesulitan mencari pekerjaan.
Dan sehari-harinya, Fahira dan ibunya, mengais rezeki dari menjual barang-barang bekas yang mereka kumpulkan. Setiap pagi, Fahira dan ibunya pergi ke tempat pembuangan sampah akhir, untuk mencari barang bekas yang bisa mereka jual.
Kemiskinan Fahira dan ibunya, membuat mereka sering sekali mendapat cemoohan dari beberapa tetangga. Bahkan, dari kerabatnya sendiri. Dan terkadang, Fahira merasa tak tahan dengan cemoohan-cemoohan itu. Tapi, mau bagaimana lagi? Memang kenyataannya seperti itu, dia hanya gadis miskin yang mencari rezeki dari sampah.
Jika bisa menawar, Fahira pun tidak ingin hidup miskin. Ya, semua orang juga ingin hidup bergelimang harta. Atau setidaknya, berkecukupan. Tapi, setiap manusia sudah memiliki takdirnya masing-masing. Dan mungkin, di mata manusia, takdir Fahira sangat buruk. Sehingga membuat gadis itu dan ibunya selalu dikucilkan.
Setelah berjalan cukup jauh di bawah guyuran air hujan, ia pun, sampai di depan gerbang sebuah rumah yang cukup mewah. Fahira lalu masuk ke dalam, dan membawa langkahnya ke pintu masuk rumah itu. Gadis itu menaruh payungnya di atas teras, lalu berjalan beberapa langkah mendekati pintu kayu bercat putih itu.
Dengan tergesa-gesa, Fahira mengetuk pintu dengan buku tangannya. Gadis itu lalu memeluk tubuhnya yang kedinginan. Karena sebagian tubuhnya basah terkena air hujan, dikarenakan payungnya yang sudah patah.
Tak lama, pintu pun terbuka. Seorang wanita berambut pendek, menyambut kedatangan Fahira dengan senyuman sinis, sambil menyilangkan tangan di dadanya. Seraya ia bertanya, "Mau apa kau ke mari?"
"Aku ... aku ingin bicara dengan Paman," jawab Fahira, dengan bibir yang sedikit bergetar karena kedinginan.
"Mau apa? Pasti mau pinjam uang," cibirnya.
"Riana, ku mohon. Izinkan aku bertemu dan bicara pada Paman," pinta Fahira.
"Hmm ... baiklah. Tunggu di situ. Aku akan panggil Papa," ujarnya, ketus. Lalu melenggang pergi dari hadapan Fahira.
Fahira pun, menunggu sang Paman datang. Sambil menahan rasa dingin yang semakin menjalar di tubuhnya.
"Pah, ada si anak miskin tuh, di luar. Katanya mau bicara sama Papa. Palingan juga mau pinjam uang," selorohnya, lalu duduk di sofa sisi lain.
Ridwan menghela napasnya, lalu beranjak dari tempat duduknya. Dan membawa langkahnya pergi dari sana, untuk menemui Fahira yang sudah menunggunya.
"Ada apa?" tanya Ridwan, dengan raut angkuhnya, sambil memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celananya.
"Paman, Ibu sakit. Aku ... aku mau pinjam uang buat bawa Ibu ke rumah sakit," tuturnya.
"Memangnya, kau bisa bayar?" tanya Ridwan, dengan nada merendahkan.
"Insyaallah bisa, Paman. Aku akan mengumpulkan uang sedikit-sedikit untuk membayar hutangku, nanti," balasnya.
"Baiklah, aku akan memberikanmu pinjaman. Tapi, dengan syarat bunga 10%."
"Bunga 10%? Paman, apa bunganya bisa dikurangi? Aku takut tak bisa membayarnya kalau bunganya sebesar itu." Fahira mencoba bernegosiasi dengan pamannya.
"Ya itu terserahmu. Kalau kau setuju dengan bunga 10%, aku akan memberikan pinjaman padamu. Tapi, kalau kau keberatan, maaf, aku tidak bisa meminjamkan uangku padamu."
Fahira terdiam, sambil berpikir. "Duh, bagaimana ini? Bunganya besar sekali. Tapi, Ibu harus segera dibawa ke dokter sebelum batuknya semakin parah," batinnya. Ia mulai bimbang, haruskah ia ambil, atau tidak? Jika diambil, Fahira takut tak akan mampu untuk membayar. Tapi, jika tidak diambil, dirinya tidak akan bisa membawa ibunya ke dokter. Hingga pada akhirnya, dia pun memutuskan, "Baiklah, aku mau, Paman." Fahira tidak punya pilihan lain, selain menyetujui. Demi bisa membawa ibunya ke dokter.
"Kau mau pinjam berapa?" tanyanya, datar.
"Dua juta, Paman."
Ridwan tersenyum mengangkat salah satu sudut bibirnya. "Ya sudah, tunggulah sebentar. Aku akan mengambil uangnya."
Fahira mengangguk. Dan Ridwan pun, kembali masuk ke dalam rumah, untuk mengambil uang itu.
"Ya, Allah. Tolong berilah aku rezeki, supaya nanti aku bisa membayar hutang pada Paman." Fahira berdo'a dalam hatinya.
Tak lama, Ridwan kembali, dengan lembaran uang di tangannya. Ia lalu menyodorkan uang itu pada Fahira. Sambil berkata, "Ingat, bunga 10%!" Begitu tegas, kalimat itu diucapkan.
"Baiklah, Paman." Fahira menerima uang itu, meskipun terasa sangat berat untuknya.
Setelah mendapatkan uang itu, Fahira pun bergegas pergi dari sana. Karena terburu-buru, Fahira tak melihat kanan-kiri saat menyeberang jalan. Sehingga ia tak melihat ada kendaraan yang sedang mengarah ke arahnya.
Binar Mentari menikah dengan Barra Atmadja,pria yang sangat berkuasa, namun hidupnya tidak bahagia karena suaminya selalu memandang rendah dirinya. Tiga tahun bersama membuat Binar meninggalkan suaminya dan bercerai darinya karena keberadaannya tak pernah dianggap dan dihina dihadapan semua orang. Binar memilih diam dan pergi. Enam tahun kemudian, Binar kembali ke tanah air dengan dua anak kembar yang cerdas dan menggemaskan, sekarang dia telah menjadi dokter yang berbakat dan terkenal dan banyak pria hebat yang jatuh cinta padanya! Mantan suaminya, Barra, sekarang menyesal dan ingin kembali pada pelukannya. Akankah Binar memaafkan sang mantan? "Mami, Papi memintamu kembali? Apakah Mami masih mencintainya?"
Cerita bermula, ketika Adam harus mengambil keputusan tinggal untuk sementara di rumah orang tuanya, berhubung Adam baru saja di PHK dari tempat ia bekerja sebelumnya. "Dek, kalau misalnya dek Ayu mau pergi, ngga papa kok. " "Mas, bagaimanapun keadaan kamu, aku akan tetap sama mas, jadi kemanapun mas pergi, Aku akan ikut !" jawab Ayu tegas, namun dengan nada yang membuat hati kecil Adam begitu terenyuh.
Sepatah Kata, Jangan pernah bengong dan tertegun-tegun jika belum selesai membaca kisah yang sangat AGAK LAEN dan super unik dalam novel ini. Mungkin banyak yang tidak terpcaya jika cerita ini lebih dari 58,83% merupakan KISAH NYATA, 24,49% Modifikasi Alur dan 16,68% tambahan halu sebagai variasi semata. Buktikan saja keunikan kisah dalam novel ini. Jangan mengatakan gak masuk akal jika belum tahu bahwa hal itu bisa terjadi kapan dan dimanapun juga
Novel ini berisi kumpulan beberapa kisah dewasa terdiri dari berbagai pengalaman percintaan panas dari beberapa tokoh dan karakter yang memiliki latar belakang keluarga dan lingkungan rumah, tempat kerja, profesi yang berbeda-beda serta berbagai kejadian yang diaalami oleh masing-masing tokoh utama dimana para tokoh utama tersebut memiliki pengalaman bercinta dan bergaul dengan cara yang unik dan berbeda satu sama lainnya. Suka dan duka dari tokoh-tokoh yang ada dalam cerita ini baik yang protagonis maupun antagonis diharapkan mampu menghibur para pembaca sekalian. Semua cerita dewasa yang ada pada novel kumpulan kisah dewasa ini sangat menarik untuk disimak dan diikuti jalan ceritanya sehingga menambah wawasan kehidupan percintaan diantara insan pecinta dan mungkin saja bisa diambil manfaatnya agar para pembaca bisa mengambil hikmah dari setiap kisah yan ada di dalam novel ini. Selamat membaca dan selamat menikmati!
Selama dua tahun, Brian hanya melihat Evelyn sebagai asisten. Evelyn membutuhkan uang untuk perawatan ibunya, dan dia kira wanita tersebut tidak akan pernah pergi karena itu. Baginya, tampaknya adil untuk menawarkan bantuan keuangan dengan imbalan seks. Namun, Brian tidak menyangka akan jatuh cinta padanya. Evelyn mengonfrontasinya, "Kamu mencintai orang lain, tapi kamu selalu tidur denganku? Kamu tercela!" Saat Evelyn membanting perjanjian perceraian, Brian menyadari bahwa Evelyn adalah istri misterius yang dinikahinya enam tahun lalu. Bertekad untuk memenangkannya kembali, Brian melimpahinya dengan kasih sayang. Ketika orang lain mengejek asal-usul Evelyn, Brian memberinya semua kekayaannya, senang menjadi suami yang mendukung. Sekarang seorang CEO terkenal, Evelyn memiliki segalanya, tetapi Brian mendapati dirinya tersesat dalam angin puyuh lain ....
Setelah dua tahun menikah, Sophia akhirnya hamil. Dipenuhi harapan dan kegembiraan, dia terkejut ketika Nathan meminta cerai. Selama upaya pembunuhan yang gagal, Sophia mendapati dirinya terbaring di genangan darah, dengan putus asa menelepon Nathan untuk meminta suaminya itu menyelamatkannya dan bayinya. Namun, panggilannya tidak dijawab. Hancur oleh pengkhianatan Nathan, dia pergi ke luar negeri. Waktu berlalu, dan Sophia akan menikah untuk kedua kalinya. Nathan muncul dengan panik dan berlutut. "Beraninya kamu menikah dengan orang lain setelah melahirkan anakku?"