/0/8512/coverbig.jpg?v=547a71233b667e56643227fc1a4c35d7)
"Aku tidak akan menikah dengan wanita manapun, Kikan. Asalkan kamu janji untuk menerima pernikahanmu dengan sahabatku, Evan. Dan aku minta jangan pernah berpikiran untuk mengakhiri hidupmu," ucap Rio terhadap Kikan. Rio mendapat firasat jika Kikan merencanakan untuk melakukan bunuh diri, dan hal itu digagalkan oleh Rio. Dan sebagai gantinya Rio berjanji pada dirinya, jika Rio tidak akan pernah mencintai wanita manapun di dalam hatinya. "Tapi aku ingin menikah dengan kamu, Rio! Kamu tahu kalau aku sangat mencintaimu, Lantas kenapa kamu memintaku untuk menikah dengan pria lain." Kikan awalnya menolak permintaan Rio itu, namun Rio tetap ingin jika Kikan menikah dengan pilihan kedua orang tuanya itu. Jangan tanyakan tentang perasaan Rio yang hancur lebur, saat Rio mengetahui wanita yang akan menikah dengan sahabatnya itu adalah seorang wanita yang sangat dicintainya, bahkan cinta itu seperti mendarah daging di dalam hati Rio. Rio juga tidak bisa melakukan apapun untuk membatalkan pernikahan itu, mengingat di satu sisi orang tua Kikan sudah banyak berkorban untuk keluarganya, dan sang sahabat Evan sudah seperti saudaranya sendiri. Rio hanya bisa menyaksikan pernikahan orang yang dicintainya itu, walau air mata itu tetap saja menetes. Rio tidak bisa membohongi perasaannya sendiri, jika dia tidak ikhlas melihat pernikahan sahabat dekatnya dengan wanita yang dicintainya itu. Sehingga akhirnya Rio memilih untuk menjadi orang ketiga di tengah pernikahan sahabatnya itu.
Bab 1
Rindu tak bertepi
Air mata ini tiada henti membasahi pipi, semenjak Rio memutuskan untuk meninggalkanku. Aku tidak ingin dia pergi, sehingga aku berlari ke arah dia yang sedang menanti kereta yang akan membawanya untuk mencapai cita-citanya.
"Rio!!" Pekikku dengan keras yang menggemparkan stasiun kereta api itu, membuat semua mata tertuju ke arahku yang sedang menangis merintih.
"Kamu tidak boleh pergi, jangan pergi!!" Aku merengek seperti bocah kecil yang berusia belasan tahun. Menatap dia yang hendak melangkahkan kakinya ke dalam kereta itu.
Aku berlari ke arahnya yang menatapku, memelukku begitu erat. "Jangan pergi, jangan tinggalkan aku," lirihku terseduh ke arah dia yang menunjukkan nanar mata yang memerah, aku tidak memberikan kelonggaran sedikitpun saat memegang erat tangannya itu. Aku tidak ingin melepaskannya di saat mesin kereta itu sudah menyala.
"Kamu jangan pergi! Tidak bisakah kamu lebih lama tinggal disini? Aku ingin kita tetap bersama, aku akan sangat merindukanmu jika kamu pergi meninggalkanku, kamu tidak boleh pergi Rio," masih ucapku yang menggenggam erat badannya itu.
"Tidak Kikan, kamu jangan merindukanku! Karena rindu itu akan sangat menyakitimu, kamu boleh pergi dan memilih siapa saja yang kamu mau," balasnya padaku yang tengah marah, dimana perkataannya membuat amarah ini seakan naik. Kenapa dia dengan mudahnya berkata seperti itu? Di saat aku tidak ingin kehilangannya.
"Bagaimana bisa kamu berkata seperti itu? Tidakkah kamu tahu, jika aku ingin selalu bersamamu, Rio."
"Tapi Kikan, aku harus pergi," balasnya lagi padaku. Apa Rio tidak tahu kalau aku wanita yang memiliki tipe susah untuk mencintai, dan jika aku telah mencintai seseorang akan sulit bagiku untuk melepaskannya.
"Kikan, aku harus pergi! Aku tidak ingin ketinggalan kereta, dan aku harus mengejar mimpiku. Mimpi menjadi seorang dokter hebat agar kelak aku bisa menolong mereka yang membutuhkanku." Rio masih berusaha melepaskan genggaman tangan ini.
"Tidak bisakah Kamu bersekolah disini? Disini juga terdapat perguruan tinggi yang bagus, kenapa mesti ke negeri orang?" ujarku bertanya padanya.
Rio menjepit hidung ini dengan kedua jarinya. "Kamu kan tahu, jika aku tidak sekaya kamu! Dan aku hanya dapat beasiswa dari universitas di negri orang, sudah terima saja pertunangan yang papamu bilang. Dan belajar melupakanku."
"Tidak!!" Bentakku ke arahnya, sementara bunyi suara kereta api itu sudah menyala dan hendak melaju.
"Aku pergi jangan merindukanku," lirihnya berlari kencang ke arah kereta api yang siap membawa para penumpang itu.
"Tidak kkkkk ... Rio!! Kembali," jerit tangisku yang melihat kepergiannya.
Kenapa kamu harus pergi? Kenapa harus singgah di hati ini, jika berakhir perih kenapa mesti menyapa. Aku tidak pernah memintamu untuk hadir di hati ini, tapi. Kenapa datang jika meninggalkan duka.
Aku berjalan bagai orang yang hilang nyawa, inilah yang disebut seperti istilah hidup segan mati tak mau. Sepanjang perjalananku pulang ke rumah, tak setetes pun air mata ini kering.
Begitu sesak rasanya hati ini, yang menatapnya pergi berlalu. Ingin mengejarnya dan menghentikan laju kereta api itu, tapi aku tidak sanggup. Langkah kaki ini terlalu kecil untuk mengejar kecepatan laju kereta itu.
"Kapan kamu akan pulang, bahkan aku tidak bisa menghubungimu lagi." lirihku yang mengingat, jika Rio menjual telepon selulernya untuk membayar ongkos keberangkatannya.
Aku menawarkan bantuan padanya, dengan memberikan sejumlah uang tabunganku yang sudah aku siapkan. Tapi dia menolaknya.
Flash back sebelum keberangkatan.
"Kamu mau kemana Rio? Sudah rapi saja," ujarku yang melihatnya hendak melajukan sepeda motor kuno yang selalu menemaninya.
Rio merupakan murid yang berprestasi, dia mendapatkan beasiswa dari kepintarannya, dan keluarganya merupakan keluarga yang tidak mampu. Memiliki dua orang adik yang harus dia jaga, sementara ayahnya telah lama meninggal. Ibunya hanya buruh cuci di rumahku. Kehidupan kami bak ratu dan babu.
Tapi aku tidak peduli, walau papa tiriku dan mama selalu melarangku untuk mendekatinya. Aku mencintainya dari awal aku kembali tinggal bersama mama, karena dulu aku tinggal bersama papaku.
Semenjak perceraian mama dengan papa, aku merasa tidak menemukan kebahagiaan. Hingga mama memintaku kembali tinggal bersamanya, aku sedikit beruntung karena memiliki papa tiri yang baik. Sayang denganku dan mama, tapi aku membenci mereka karena melarangku mencintai Rio. Seseorang yang sangat aku kagumi.
"Tidak, aku hanya ingin ke konter sebentar," balasnya
"Aku ikut." Aku pun duduk di motor merk Astra yang selalu dipakainya.
"Tapi, Kikan!" Dia menatapku seolah ragu untuk pergi.
"Ayo, aku juga mau ke konter! Mau beli paket data ku sepertinya habis."
"Bukannya kamu pakai WiFi?" tanyanya yang menatapku yang terlebih dahulu duduk di motornya itu.
"Humm ... aku mau beli untuk kamu! Agar kamu tidak punya alasan untuk tidak membalas chatku."
"Tapi Kin ... argh, turun Kikan!" Pintanya yang tidak aku hiraukan, bahkan aku melingkarkan tangan ini di pinggangnya. "Ayo maju keburu tutup itu konter," balasku yang mendesak dan memegang erat pinggangnya dari belakang.
"Tapi Kikan," masih ujarnya yang ragu dan menampakkan raut wajah cemas.
"Ayo Rio, apa perlu aku yang bawa," ancamku padanya, padahal aku sama sekali tidak pandai membawa motor, jangankan sepeda motor membawa sepeda saja aku tidak bisa. Ha ha ha ... batinku dalam hati ini, yang melihatnya dengan terpaksa melajukan sepeda motornya itu.
Hingga kami sampai di sebuah konter langgananku. "Ayo masuk." aku menarik tangan Rio masuk ke dalam konter itu.
Wajahnya masih menunjukkan kebimbangan yang hendak menyapa pelayan konter HP itu. "Rio, tadi kamu mau apa? Oh iya mbak, aku minta paketnya dong, yang mana yah ... uhmm ... yang kira-kira kuotanya yang paling banyak mbak," pintaku ke arah di mbak pemilik konter.
Mbaknya pun mengeluarkan beberapa kuota sesuai dengan permintaanku. "Rio, kamu tadi mau apa?"
Aku menatap Rio yang seakan kebingungan, dan seakan sedang memikirkan sesuatu. Membuatku semakin penasaran. "Rio, kamu tadi mau apa?" tanyaku ulang.
"Mbak, aku mau jual telepon genggam ku ini! Berapa yah kira-kira."
"Ha!" Aku melotot tidak percaya dengan apa yang kudengar dan kulihat.
"Ini laku 5jt an," ujar sang pelayan.
"Gak bisa naik mbak, aku baru beli ini satu Minggu kemarin dan harganya mendekati 9 Juta an mbak," balas Rio yang sedang melakukan perbincangan dengan pemilik konter.
"Apa yang kamu lakukan Rio?" Aku menarik telepon seluler milik Rio yang sedang di pegang si mbak. "Maaf Mbak, gak jadi dijual," ujarku kepada pemilik konter itu lagi.
"Ish, apaan sih." Rio menarik kembali telepon genggamnya.
"Baiklah Mbak deal, lima juta," ujar Rio yang berjabat tangan dengan pemilik konter.
"Kamu demam Rio!" Aku meletakkan tangan ini di kening Rio. "Atau kepalamu terbentur! Sini Mbak hpnya gak jadi jual," ujarku yang ingin meraih telepon itu lagi, membuat Rio menahan tangan ini yang ingin mengambil telepon itu lagi.
"Telepon, teleponku! Kok kamu yang marah?"
"Argh, ah ... untuk apa sih! Jika kamu butuh duit, aku bisa berikan berapapun yang kamu mau!"
"Jangan ukur aku dengan duitmu," ujarnya yang marah dan mengambil duit dari mbak pemilik konter itu.
Bagaimana perasaanmu jika dipaksa menikah dengan sepupu yang tidak kamu cintai, tapi disisi lain kamu sudah menjalin hubungan dengan sahabat sepupumu itu. Suamiku nikahkan aku dengan sahabatmu. Cerita ini bercerita tentang gadis lugu yang tomboy yang bernama Nana. Dia di paksa menikah dengan Rey sang kakak. Rey pernah berkata pada Nana. "Andai di bumi ini hanya tinggal satu wanita saja dan itu kamu. Maka aku lebih memilih untuk tidak menikah selamanya," ucap Rey Namun seiring berjalannya waktu, Rey semakin jatuh cinta pada Nana sang adik. Hanya saja Nana sudah melabuhkan hatinya pada Boy sahabat sekaligus tentangga Rey. Dapatkah Nana dan Boy menyatukan cinta mereka? Relakah Rey melepaskan Nana untuk sahabatnya itu? Kisah cinta ini akan banyak mengundang air mata, tawa, perjuangan, dan kasih sayang di antara tokoh yang begitu kuat.
Kemudian Andre membuka atasannya memperlihatkan dada-nya yang bidang, nafasku makin memburu. Kuraba dada-nya itu dari atas sampah kebawah melawati perut, dah sampailah di selangkangannya. Sambil kuraba dan remas gemas selangkangannya “Ini yang bikin tante tadi penasaran sejak di toko Albert”. “Ini menjadi milik-mu malam ini, atau bahkan seterusnya kalau tante mau” “Buka ya sayang, tante pengen lihat punya-mu” pintuku memelas. Yang ada dia membuka celananya secara perlahan untuk menggodaku. Tak sabar aku pun jongkok membantunya biar cepat. Sekarang kepalaku sejajar dengan pinggangnya, “Hehehe gak sabar banget nih tan?” ejeknya kepadaku. Tak kupedulikan itu, yang hanya ada di dalam kepalaku adalah penis-nya yang telah membuat penasaran seharian ini. *Srettttt……
Selama sepuluh tahun, Delia menghujani mantan suaminya dengan pengabdian yang tak tergoyahkan, hanya untuk mengetahui bahwa dia hanyalah lelucon terbesarnya. Merasa terhina tetapi bertekad, dia akhirnya menceraikan pria itu. Tiga bulan kemudian, Delia kembali dengan gaya megah. Dia sekarang adalah CEO tersembunyi dari sebuah merek terkemuka, seorang desainer yang banyak dicari, dan seorang bos pertambangan yang kaya raya, kesuksesannya terungkap saat kembalinya dia dengan penuh kemenangan. Seluruh keluarga mantan suaminya bergegas datang, sangat ingin memohon pengampunan dan kesempatan lagi. Namun Delia, yang sekarang disayangi oleh Caius yang terkenal, memandang mereka dengan sangat meremehkan. "Aku di luar jangkauanmu."
"Kita adalah dua orang yang tak seharusnya bersama," lirih Xena pilu. Morgan menarik dagu Xena dan berdesis, "Sejak awal, kita memang sudah ditakdirkan bersama." Xena Foster terkenal dengan kehidupan glamour dan selalu berfoya-foya. Bagi Xena, dirinya tak perlu bekerja susah payah, karena selama ini gadis itu selalu mendapatkan apa yang diinginkan. Hidup Xena memang selalu menjadi idaman para gadis di luar sana. Sempurna dan tak memiliki celah kekurangan. Namun, siapa sangka semua itu berubah di kala Xena bertemu dengan Morgan Louise—sosok pria tampan yang mampu menggetarkan hatinya, bahkan membangkitkan hasrat memilikinya. Morgan telah berhasil, membuat Xena tergila-gila pada pria itu. Sayang, perasaan cinta Xena telah terjebak pada kenyataan pahit tentang Morgan Louise. Kenyataan yang telah menghancurkannya. Bagaikan di ambang jurang, mampukah Xena bertahan? *** Follow me on IG: abigail_kusuma95
Pada hari Livia mengetahui bahwa dia hamil, dia memergoki tunangannya berselingkuh. Tunangannya yang tanpa belas kasihan dan simpanannya itu hampir membunuhnya. Livia melarikan diri demi nyawanya. Ketika dia kembali ke kampung halamannya lima tahun kemudian, dia kebetulan menyelamatkan nyawa seorang anak laki-laki. Ayah anak laki-laki itu ternyata adalah orang terkaya di dunia. Semuanya berubah untuk Livia sejak saat itu. Pria itu tidak membiarkannya mengalami ketidaknyamanan. Ketika mantan tunangannya menindasnya, pria tersebut menghancurkan keluarga bajingan itu dan juga menyewa seluruh pulau hanya untuk memberi Livia istirahat dari semua drama. Sang pria juga memberi pelajaran pada ayah Livia yang penuh kebencian. Pria itu menghancurkan semua musuhnya bahkan sebelum dia bertanya. Ketika saudari Livia yang keji melemparkan dirinya ke arahnya, pria itu menunjukkan buku nikah dan berkata, "Aku sudah menikah dengan bahagia dan istriku jauh lebih cantik daripada kamu!" Livia kaget. "Kapan kita pernah menikah? Setahuku, aku masih lajang." Dengan senyum jahat, dia berkata, "Sayang, kita sudah menikah selama lima tahun. Bukankah sudah waktunya kita punya anak lagi bersama?" Livia menganga. Apa sih yang pria ini bicarakan?
Sepatah Kata, Jangan pernah bengong dan tertegun-tegun jika belum selesai membaca kisah yang sangat AGAK LAEN dan super unik dalam novel ini. Mungkin banyak yang tidak terpcaya jika cerita ini lebih dari 58,83% merupakan KISAH NYATA, 24,49% Modifikasi Alur dan 16,68% tambahan halu sebagai variasi semata. Buktikan saja keunikan kisah dalam novel ini. Jangan mengatakan gak masuk akal jika belum tahu bahwa hal itu bisa terjadi kapan dan dimanapun juga
Firhan Ardana, pemuda 24 tahun yang sedang berjuang meniti karier, kembali ke kota masa kecilnya untuk memulai babak baru sebagai anak magang. Tapi langkahnya tertahan ketika sebuah undangan reuni SMP memaksa dia bertemu kembali dengan masa lalu yang pernah membuatnya merasa kecil. Di tengah acara reuni yang tampak biasa, Firhan tak menyangka akan terjebak dalam pusaran hasrat yang membara. Ada Puspita, cinta monyet yang kini terlihat lebih memesona dengan aura misteriusnya. Lalu Meilani, sahabat Puspita yang selalu bicara blak-blakan, tapi diam-diam menyimpan daya tarik yang tak bisa diabaikan. Dan Azaliya, primadona sekolah yang kini hadir dengan pesona luar biasa, membawa aroma bahaya dan godaan tak terbantahkan. Semakin jauh Firhan melangkah, semakin sulit baginya membedakan antara cinta sejati dan nafsu yang liar. Gairah meluap dalam setiap pertemuan. Batas-batas moral perlahan kabur, membuat Firhan bertanya-tanya: apakah ia mengendalikan situasi ini, atau justru dikendalikan oleh api di dalam dirinya? "Hasrat Liar Darah Muda" bukan sekadar cerita cinta biasa. Ini adalah kisah tentang keinginan, kesalahan, dan keputusan yang membakar, di mana setiap sentuhan dan tatapan menyimpan rahasia yang siap meledak kapan saja. Apa jadinya ketika darah muda tak lagi mengenal batas?