/0/6339/coverbig.jpg?v=66ad241bea3ce08aaba288e1abdcfe92)
Fana adalah gadis yang harus menjalani hidup menyedihkan di umur ke 18 tahunnya karena kebakaran yang membuat orang tuanya harus meninggal dunia. Luka yang amat pedih masih belum usai, malah ditambah dengan bibi dan anak pamannya yang amat membecinya. Karena alasan itulah, Fana memutuskan untuk menjadi pembantu sekaligus perawat tetap untuk Nyonya Lili sang ibunda Tuan muda yang kaya raya tetapi dingin dan berwatak keras. Apakah Fana akan tetap bisa bertahan menjalani hidup sebagai pembantu sekaligus perawat Nyonya Lili?
"Fana, nanti kamu harus ikut loh ya, awas kalau tidak!!!"
Aku mengangkat bahu sambil melirik dengan senyum asem.
Aku juga lagi bingung harus pergi ataukah tidak. Mana lagi ini belajar kelompoknya itu malam. Mana bisa aku pergi? Mana boleh juga aku pergi?
Ayah Ibuku itu paling tidak suka kalau yang namanya aku alasan keluar rumah. Meski hanya kerja kelompok.
Tahun kemarin sebelum kenaikan karena ada praktek menari dan harus pergi ke Rumah Inayah, aku tidak dibolehin padahal jamnya juga masih siang.
Kalau ini? Ini malam, ayolah Fana. Kamu harus tahu, kalau orang tuamu tidak akan pernah memberikan izinnya.
"Maaf ya, kalau memang aku tidak bisa datang ...."
Aku memasang wajah melas dihadapan empat sahabatku itu, berharap mereka akan memberi kelonggaran kalau memang aku tidak datang.
"Kebiasaan tuh bah, ini anak selalu malas nongol kalau waktu belajar kelompok."
Naina memasang wajah yang terlihat seperti kesal.
Sejujurnya aku tidak ingin juga mengecewakan mereka, apalagi mereka berempat itu sahabatku dari awal masuk SMA.
"Ya, maaf ya Nai. Kalian tolong jangan kecewa. Pleaasss ... aku kalau memang diizinin baru bisa keluar tapi kalau tidak ya tidak. Tapi aku tidak pernah keluar, kalian tau sendiri kan? Aku anak rumahan."
Naina tersenyum namun terpaksa.
Tapi aku yakin, Naina tau keadaan. Lagian dia yang selama ini paling dekat sama aku dari pada tiga sahabat kami yang lain.
"Iya tidak apa."
Naina menaruh telapak tangan kananya di punggung tanganku. Sementara aku tersenyum dan menunduk.
"Eh, sebentar. Begini saja. Kalau kami jemput kamu pakai mobil bareng-bareng. Kamu mau kan, maksudnya ... kamu akan dapat izin kan?"
Aku berfikir sejenak.
Aku tidak pernah melakukan ini soalnya. Tetapi kalau memang ini berhasil. Mengapa dari dulu, kita berempat tidak melakukannya?
"Hmm, bisa dicoba sih. Tapi jangan kecewa ya, kalau semisal Ayah sama Ibuku tidak ngasih izin ...."
"Siaaaap, Putri Raja."
***
"Ibu, Fana ada rencana malam ini. Boleh-"
"Tidak boleh, Fana. Kamu itu gadis, jangan sering keluar rumah. Oh iya. Kalau bisa, kamu pakai hijab mulai besok. Kamu sudah kelas tiga loh!"
Aku menelan ludah.
Ibuku ini tidak pernah yang namanya mengizinkan.
Lihat mereka semua terbang bebas mengepakkan sayap mereka dengan bahagia. Mereka bisa ke mana-mana dengan tanpa rasa takut.
Sementara aku? Lihat, aku seperti burung yang terkurung dalam sangkar dan tidak pernah dilepaskan. Kalaupun dilepaskan itu hanya untuk memakan sesuatu alias memakan ilmu.
Terkadang aku iri dengan mereka yang bisa keluar rumah dengan bebas, yang diperbolehkan oleh orang tuanya untuk melakukan apapun dan tentunya tidak melanggar batasan, itu sudah cukup.
Fana, jangan terlalu berkhayal. Kamu tidak akan pernah bisa melakukan seperti mereka semua. Kamu berbeda Fana. Syukurilah dunia kecilmu yang menjadi putri raja dengan semua kebutuhan terpenuhi.
"Fana ...."
Ibuku memegang pundak kananku secara tiba-tiba. Rasanya aku benar-benar mau pingsan. Entah kenapa aku bisa melamun sampai tidak mengedipkan mata seperti itu. Padahal Ibu juga memegang pundak kananku biasa saja.
"Iya Ibu ...."
"Kamu itu kenapa melamun? Ayo bawa teh hangat Ayahmu itu ke kamarnya."
Aku mengangguk sambil berlalu memegang secangkir teh.
***
"Assalamualaikum, Tante ...."
Aku melihat Fani, Aurel, Naina, Shafa, Arul dan Rey datang ke rumah dengan ramai-ramai.
Ya Allah mereka semua benar-benar nekat untuk datang ke rumahku.
Aku berdiri di dekat tirai tengah yang tertutup. Aku hanya bisa mengamati mereka semua dari sini.
Aku takut kalau Ibu nanti tanya banyak kenapa mereka semua datang ke sini. Lalu mengapa mereka berani datang ke rumah ini? Kenapa aku mengizinkan semua itu?
Pasti Ibuku akan tanya lebih banyak dari itu. Ya Allah, bagaimana kalau nanti Ibu akan bilang ke Ayah lalu Ayah akan marah.
"Wa'alaikumsalam. Ini dari mana?"
Mataku melirik seketika, lalu menutup celah tirai yang sedikit terlihat.
"Habis dari rumah kami masing-masing, Tan ...."
Aku menelan ludah.
Ya Allah apa yang akan mereka katakan?
"Kalian ke sini mau mencari Fana ya?"
"Iya Tante, kami mau belajar kelompok buat menggambar dan beberapa tugas besok. Apa diperbolehkan Tante?"
Badanku sudah gemetaran, aku sudah takut dan gelisah sendiri. Apa yang akan di katakan Ibu?
"Fana ...."
Cepat-cepat aku merapikan rambutku yang yang panjangnya sepinggang. Lalu menaruhnya sebagian rambutku itu ke depan dada kanan. Barulah aku membalik badan ke arah tirai yang tadi aku tutup celahnya.
"Iya, Ibu."
Aku keluar dari balik tirai ruang utama hanya menggunakan baju tidur lengan panjang serta celana panjang juga. Yang di mana sama-sama berwarna putih dengan campuran silver.
"Fana ...."
Mereka kompak menyebut namaku, yang aku respon hanyalah senyuman namun mataku sedikit bersembunyi karena ada Ibu yang takutnya marahin aku.
"Kamu yang nyuruh mereka semua ke sini?"
Aku menggeleng, sambil menunduk kemudian kepalaku terangkat kembali.
"Bukan Ibu, Fana tidak menyuruh."
Singkat jawabku.
Mereka semua yang melihatku. Sebagian mereka ada yang berisyarat kalau aku disuruh untuk bilang saja memang benar tujuan mereka ke sini adalah menjemputku untuk belajar kelompok.
Lalu ada juga yang membrikan isyarat agar aku wajib ikut apapun alasannya.
"Kamu mau belajar?"
Hatiku mulai girang secara tiba-tiba.
Aduh, apa Ibu mengizinkan ya? Sebentar Fana. Kamu jangan terlalu cepat. Pelan-pelan kalau bicaranya.
"Iya Ibu, tetapi Ibu melarang."
Rasa girang di hatiku pudar kembali saat ingat Ayah dan Ibuku melarang keras aku keluar di hari itu.
"Ibu akan mengizinkan. Tapi kamu mulai besok wajib patuh sama Ibu."
Aku yang selekas menyembunyikan mata, seketika menatap penuh wajah Ibuku tentunya sambil tersenyum.
"Kan, Fana biasanya juga patuh sama Ibu ...."
Aku mencoba mengingat saja. Apa memang aku ada yang belum aku kerjakan dari nasehat Ibu? Perasaan tidak.
"Iya, Nak. Tetapi kamu belum melengkapi nasehat Ibu satu hal."
Sebentar, apa lagi?
Aku berfikir sambil menundukkan kepala.
"Memang nasehat yang apa, Ibu?"
"Itu, hijab kamu. Lupa? Katanya besok terus besoknya lagi, kamu tidak pakai. Sekarang wajib pakai kalau mau keluar ke mana-mana."
Aku menunduk. Memang salah juga. Aku soalnya gerah memakai hijab terus. Jadi hanya mencoba sehari saja waktu itu.
"Baiklah Ibu, Fana berjanji mulai besok memakai hijab. Kalau lupa, Fananya tolong Ibu ingetin."
"Lho, kok besok. Setiap kamu keluar, kamu harus memakai hijab. Kalau di rumah tidak apa tidak memakai hijab, soalnya yang melihat adalah orang muhrim kamu."
Aku hanya mengangguk. Brarti ini pada intinya, aku hanya memakai hijab kalau ketemu yang bukan muhrimku?
"Ke SMA memakai hijab, Ibu?"
Ibu mengangguk.
Mafayzah adalah gadis istimewa yang mampu menempati kriteria gadis idaman di hati Gus Iqbal. Akan tetapi, rasa cinta dan kepercayaan Gus Iqbal seolah terpecah ketika mengetahui bahwa Mafayzah dengan tega menduakannya. Sejak saat itu, Gus Iqbal begitu sulit untuk membuka hati. Namun dengan berjalannya waktu, Neng Lia telah berhasil mengetuk hati Gus Iqbal dengan perangainya yang penuh ketaatan.
Nafas Dokter Mirza kian memburu saat aku mulai memainkan bagian bawah. Ya, aku sudah berhasil melepaskan rok sekalian dengan celana dalam yang juga berwarna hitam itu. Aku sedikit tak menyangka dengan bentuk vaginanya. Tembem dan dipenuhi bulu yang cukup lebat, meski tertata rapi. Seringkali aku berhasil membuat istriku orgasme dengan keahlihanku memainkan vaginanya. Semoga saja ini juga berhasil pada Dokter Mirza. Vagina ini basah sekali. Aku memainkan lidahku dengan hati-hati, mencari di mana letak klitorisnya. Karena bentuknya tadi, aku cukup kesulitan. Dan, ah. Aku berhasil. Ia mengerang saat kusentuh bagian itu. "Ahhhh..." Suara erangan yang cukup panjang. Ia mulai membekap kepalaku makin dalam. Parahnya, aku akan kesulitan bernafas dengan posisi seperti ini. Kalau ini kuhentikan atau mengubah posisi akan mengganggu kenikmatan yang Ia dapatkan. Maka pilihannya adalah segera selesaikan. Kupacu kecepatan lidahku dalam memainkan klitorisnya. Jilat ke atas, sapu ke bawah, lalu putar. Dan aku mulai memainkan jari-jariku untuk mengerjai vaginanya. Cara ini cukup efektif. Ia makin meronta, bukan mendesah lagi. "Mas Bayuu, oh,"
Kumpulan cerita seru yang akan membuat siapapun terbibur dan ikut terhanyut sekaligus merenung tanpa harus repot-repot memikirkan konfliks yang terlalu jelimet. Cerita ini murni untuk hiburan, teman istrirahat dan pengantar lelah disela-sela kesibukan berkativitas sehari-hari. Jadi cerita ini sangat cocok dengan para dewasa yang memang ingin refrehsing dan bersenang-senang terhindar dari stres dan gangguan mental lainnya, kecuali ketagihan membacanya.
Bima tak menyangka, jika seorang gadis yang dia tolong seminggu yang lalu akan menjadi ibu susu anaknya. Dia adalah Jenny, seorang gadis cantik berusia 18 tahun yang masih berstatus pelajar SMA. Namun, entah alasan apa, diumurnya yang masih terbilang muda gadis itu sudah mengandung. Apa mungkin karena salah pergaulan? Atau justru memang dia sudah menikah? Semakin lama dilihat, Jenny semakin mempesona. Hingga membuat seorang Bima Pradipta yang masih berstatus suami orang menyukainya. Dan suatu ketika, sebuah insiden kesalahan pahaman membuat keduanya terpaksa menikah dan menjadikan Jenny istri kedua Bima. Akankah pernikahan mereka abadi? Lalu, bagaimana dengan Soraya istri pertama Bima? Akankah dia terima dengan pernikahan kedua Bima? Atau justru dialah yang terlengserkan? “Setelah kita menikah, aku akan menceraikan Raya, Jen!” Bima~ “Kalau begitu Bapak jahat namanya, masa Bu Raya diceraikan? Aku dan dia sama-sama perempuan, aku nggak mau menyakitinya!” Jenny~
BERISI BANYAK ADEGAN HOT! Rey pemuda berusia 20 tahunan mulai merasakan nafsu birahinya naik ketika hadirnya ibu tiri. Ayahnya menikah dengan wanita kembar yang memiliki paras yang cantik dan tubuh yang molek. Disitulah Rey mencari kesempatan agar bisa menyalurkan hasratnya. Yuk ikuti cerita lengkapnya !!