/0/5813/coverbig.jpg?v=625dbb84355f052f6991bc33e1740359)
Yudi dan Antika adalah sepasang suami istri yang selalu dihina oleh para kakak iparnya karena dianggap hidup susah. Namun, siapa sangka, ternyata mereka berdua sudah sukses di kota. Saat para kakak ipar tahu jika Yudi dan Antika sudah kaya, mereka berlomba-lomba untuk mendekatinya. Bagaimana kisah selanjutnya?
"Dik, aku baru saja dapat kabar kalau ibu sakit dan ibu meminta agar kita mau tinggal bersamanya, mau, kan?" kata Mas Yudi usai sarapan.
"Kenapa harus kita, kan, ada Mbak Ranti dan juga Mbak Wiwid?" tanyaku mengerutkan dahi.
Kuhentikan aktifitas yang sedang memotong wortel untuk membuat sup.
"Ibu maunya aku yang mengurusnya karena aku anak lelaki satu-satunya, mau, ya tinggal di kampung ibu? Soalnya rumah itu milikku, milik kamu juga." Mas Yudi mengusap bahuku.
"Iya, Mas, aku manut saja, kemana pun kamu pergi, aku ikut," ucapku yang membuat Mas Yudi tersenyum lega.
"Terima kasih, ya, Dek, kamu memang istri yang baik,"
"Tapi, bagaimana dengan restoran kita kalau kita tinggal di kampung, nggak mungkin kita akan bolak-balik ke sini, secara dari kampung ke sini, kan lumayan jauh," ucapku.
"Kalau masalah itu nggak usah khawatir, ada Alvin yang akan menghandle semuanya, mungkin aku akan ke sini berapa hari sekali," jawab Mas Yudi.
Jadilah sesuai kesepakatan, kami pindah ke kampung halaman Mas Yudi, sebuah kampung yang terletak di pegunungan.
_________________
"Beli ikan sama nuget ayam ya, Pak!" kataku pada tukang sayur yang tengah berhenti di depan rumah.
"Baik, Bu," jawabnya seraya memasukkan barang yang kubeli.
Pedagang sayur itu begitu cekatan melayani pembeli meski usianya sudah tidak muda lagi.
"Maaf, Pak, apa boleh kalau saya beli nagetnya setengah saja, soalnya kalau semuanya kebanyakan, yang suka cuma anak saya," pintaku pada tukang sayur itu.
"Maaf, Bu, nggak bisa, nanti yang setengahnya nggak laku. Kalau memang nggak habis kan nanti bisa disimpan di dalam freezer biar bisa buat besok," kata sang tukang sayur menolak.
Ibu-ibu yang sedang berbelanja kini berbisik-bisik satu sama lain.
"Masalahnya Bu Antika ini tidak punya kulkas, jadi, tidak bisa nyetok makanan," ujar seseibu sinis.
"Kalau di rumah nggak punya kulkas, kan bisa nitip ke tempat Bu Wiwid, dia kan Kakaknya," timpal salah seorang ibu yang memakai baju berwarna merah.
"Eh, ya nggak bisa gitu, enak saja nitip-nitip segala, emang rumah saya ini tempat penitipan barang apa?" jawab Mbak Wiwid-- kakak iparku.
Ia memandangku dengan tatapan tajam dan melotot seolah bola mata berwarna hitam itu hendak lompat dari tempatnya.
"Nggak usah, saya nggak akan nitip kok," ujarku tersenyum.
"Makanya besok beli sendiri, Mbak, percuma merantau lama di kota pulang nggak bawa apa-apa," timpal yang lain.
Ya Allah, hanya gara-gara aku tidak punya kulkas , mereka lantas mengira kalau aku belum sukses di kota.
Entah kenapa Mas Yudi tidak pernah menceritakan pada Kakak-kakaknya kalau kini kami punya restoran yang sudah maju pesat, bahkan sudah membuka cabang di beberapa tempat.
Seminggu yang lalu kami memang hanya membawa perabotan yang sedikit saat datang, kulkas sengaja kami tinggal karena kami pikir tinggal di pegunungan tidak terlalu butuh lemari pendingin. Mau makan sayur tinggal petik, lauk setiap hari ada yang jual, lagi pula, bahan makanan tetap enak kalau fresh alias langsung di masak bukan yang disimpan dalam kulkas. Menurutku, kulkas hanya diperuntukkan bagi orang yang biasa belanja bulanan atau mingguan jadi bisa buat nyetok makanan. Lagipula cuaca dingin membuat tidak enak kalau minum air dingin, enaknya minuman hangat. Aku juga kemarin melihat kulkas milik Mbak Wiwid yang kosong melompong tidak ada isinya, hanya ada tiga butir telur dan dua buah sosis.
"Makanya besok beli kulkas, biar bisa menyimpan makanan beku kaya gini?" Mbak Wiwid menunjuk naget yang akhirnya kubeli semua.
"Iya, Mbak,"
"Besok, suruh Yudi cari kerja biar nggak melamun aja di rumah," kata Mbak Wiwid usai belanja di tukang sayur dan kami beriringan pulang. Rumahnya hanya selisih tiga rumah dari rumah ibu mertua.
"Iya, Mbak," jawabku tersenyum.
Saudara Mas Yudi tidak pernah tahu kalau sebenarnya kami sudah sukses di kota. Sejak dulu mereka memang selalu menghina kami karena hanya Mas Yudi yang tidak bekerja menjadi pegawai. Ya, Mbak Wiwid punya suami yang bekerja sebagai pegawai administrasi di kantor kecamatan, sedangkan suami Mbak Ranti bekerja sebagai guru negeri di sebuah Sekolah Menengah Pertama.
Dua bulan setelah menikah, kami memutuskan untuk merantau di kota karena di sini kami selalu dihina dan disudutkan karena Mas Yudi tidak bekerja dengan seragam rapi seperti mereka. Kami hanya pulang saat lebaran, itu pun tidak pernah lama karena restoran yang kami rintis berkembang pesat.
Air mata ini kembali menetes jika teringat perlakuan buruk saudara Mas Yudi dahulu. Mereka selalu membanggakan para suami mereka yang bekerja dengan pakaian rapi, tidak seperti Mas Yudi yang harus bekerja menjadi tukang bakso keliling. Namun, alhamdulillah setelah bertahun-tahun, kini roda kehidupan sudah berputar, kami sudah sukses, meski tidak menjadi pegawai negeri.
_____________
Telingaku mendengar suara ribut-ribut di luar, sepertinya dari rumah Mbak Wiwid. Suara itu semakin keras sehingga memaksaku untuk keluar melihat apa yang sedang terjadi.
"Ada apa ini, Mbak?" Sebuah pertanyaan kulontarkan saat sudah sampai di depan rumah Mbak Wiwid.
"Mereka ini rentenir yang mau menagih utang," jawab Mbak Wiwid menunduk.
Wajah Mbak Wiwid yang biasanya garang, kini berubah seperti kerupuk yang disiram air. Melempem, bahkan ia tidak sanggup mengangkat wajahnya.
"Memangnya Mbak Wiwid punya hutang buat apa? Bukankah gaji Mas Ajun sangat besar?" tanyaku lagi.
"Aku punya hutang untuk membeli kulkas dan mesin cuci, Tik, tolong pinjami aku uang untuk membayar hutang pada rentenir itu, kalau tidak, kulkas, mesin cuci serta barang berharga yang lain akan disita oleh rentenir itu," ucap Mbak Wiwid dengan bibir bergetar.
"Nggak salah Mbak Wiwid minta pinjaman ke aku, bukankah Mbak selalu bilang kalau aku ini hanya ibu rumah tangga biasa yang punya suami pengangguran? Yang bahkan untuk makan saja susah," kataku merendah. Mas Yudi selalu bilang untuk tidak menceritakan pada siapapun tentang kesuksesan kami di kota termasuk pada kakak-kakaknya sendiri.
"Ayolah, Tik, bantu Mbak, siapa tahu kamu punya simpanan." Mbak Wiwid yang biasanya ketus saat berbicara denganku mendadak lembut kali ini.
Sikap seseorang bisa berubah dalam sekejap karena uang, biasanya kakak iparku ini selalu ketus jika berbicara denganku, bahkan terkadang tidak mau menyapa atau menjawab jika yang lebih dulu menyapanya.
Itulah manusia, jika kita tidak punya uang, maka semua orang seolah pergi menjauh, tetapi jika kita punya uang sedikit saja, mereka akan datang tanpa diminta. Uang ibarat gula dan manusia adalah semut, ada gula ada semut.
"Memangnya utang Mbak berapa?" Akhirnya keluar juga kata-kata itu dari mulutku.
Ulfa mempunyai penyakit kista ovarium yang menyebabkan ia sulit untuk punya keturunan. Dokter menyatakan Ulfa masih memiliki peluang untuk hamil jika mendapatkan penanganan yang tepat. Selama ini suaminya tidak pernah mempermasalahkan dirinya yang tidak kunjung punya anak. Ketika usia pernikahannya menginjak enam tahun, akhirnya Ulfa dinyatakan positive hamil. Betapa bahagianya hati wanita itu, tetapi di balik kebahagiaannya ada luka yang menyertainya. Di saat Ulfa merasa bahagia dengan kehamilannya, di saat itu juga sang suami melangsungkan pernikahan dengan wanita lain. Bagaimana kisah selanjutnya? Apakah rumah tangga mereka baik-baik saja ataukah harus berakhir dengan perceraian?
Rumor menyatakan bahwa Fernanda, yang baru kembali ke keluarganya, tidak lebih dari orang kampung yang kasar. Fernanda hanya melontarkan seringai santai dan meremehkan sebagai tanggapan. Rumor lain menyebutkan bahwa Cristian yang biasanya rasional telah kehilangan akal sehatnya dan jatuh cinta pada Fernanda. Hal ini membuatnya jengkel. Dia bisa menolerir gosip tentang dirinya sendiri, tetapi fitnah terhadap kekasihnya sudah melewati batas! Lambat laun, ketika berbagai identitas Fernanda sebagai seorang desainer terkenal, seorang gamer yang cerdas, seorang pelukis terkenal, dan seorang raja bisnis yang sukses terungkap, semua orang menyadari bahwa merekalah yang telah dibodohi.
21+ !!! Harap bijak memilih bacaan HANYA UNTUK DEWASA. Untuk menguji kesetiaan pasangan masing-masing akhirnya Arga dan rekan-rekan sekantornya menyetujui tantangan gila Dako yang mengusulkan untuk membolehkan saling merayu dan menggoda pasangan rekan yang lain selama liburan di pulau nanti. Tanpa amarah dan tanpa cemburu. Semua sah di lakukan selama masih berada di pulau dan tantangan akan berakhir ketika mereka meninggalkan pulau. Dan itu lah awal dari semua permainan gila yang menantang ini di mulai...
Apa yang terlintas di benak kalian saat mendengar kata CEO? Angkuh? Kejam? Arogan? Mohammad Hanif As-Siddiq berbeda! Menjadi seorang CEO di perusahaan besar seperti INANTA group tak lantas membuat dia menjadi tipikal CEO yang seperti itu. Dia agamis dan rajin beribadah. Pertemuan putrinya Aisyah dengan Ummi Aida, seorang office girl di tempat dimana dia bekerja, membuat pertunangannya dengan Soraya putri pemilik perusahaan terancam batal karena Aisyah menyukai Ummi yang mirip dengan almarhum ibunya. Dengan siapa hati Hanif akan berlabuh?
BERISI ADEGAN HOT++ Leo pria tampan dihadapan dengan situasi sulit, calon mertuanya yang merupakan janda meminta syarat agar Leo memberikan kenikmatan untuknya. Begitu juga dengan Dinda, tanpa sepengetahuan Leo, ternyata ayahnya memberikan persyaratan yang membuat Dinda kaget. Pak Bram yang juga seorang duda merasa tergoda dengan Dinda calon menantunya. Lantas, bagaimana dengan mereka berdua? Apakah mereka akan menerima semua itu, hidup saling mengkhianati di belakang? Atau bagaimana? CERITA INI SERU BANGET... WAJIB KAMU KOLEKSI DAN MEMBACANYA SAMPAI SELESAI !!
Setelah dua tahun menikah, Sophia akhirnya hamil. Dipenuhi harapan dan kegembiraan, dia terkejut ketika Nathan meminta cerai. Selama upaya pembunuhan yang gagal, Sophia mendapati dirinya terbaring di genangan darah, dengan putus asa menelepon Nathan untuk meminta suaminya itu menyelamatkannya dan bayinya. Namun, panggilannya tidak dijawab. Hancur oleh pengkhianatan Nathan, dia pergi ke luar negeri. Waktu berlalu, dan Sophia akan menikah untuk kedua kalinya. Nathan muncul dengan panik dan berlutut. "Beraninya kamu menikah dengan orang lain setelah melahirkan anakku?"