/0/5410/coverbig.jpg?v=e0a84c1c0288ea2bdd0af3672e534f54)
Pasca bercerai dengan suaminya, Haris Prayoga. Ningsih Widyastuti tidak mau lagi menikah ataupun menjalin hubungan dengan siapapun. Sama halnya dengan Faiz Wibisono, pemilik warung makan tempat Ningsih bekerja sebagai pelayan warung makan. Membantu usaha laki-laki itu dalam meraup rejeki. Cinta memang datang tanpa diduga. Perasaan Faiz pada Ningsih pun hadir begitu saja. Namun, kisah asmara mereka harus terhalang, karena Ningsih masih dikejar mantan suaminya, Haris, yang menyesal karena telah menceraikannya. Apa jadinya dengan hidup Ningsih selanjutnya. Kekacauan apa lagi yang dibuat Haris demi mendapatkan cinta Ningsih kembali....
"Makan dua orang ya, Ning. Bapak-bapak yang ada di pojokan sana!" Faiz berkata pada Ningsih. Perempuan yang dia pekerjakan di warung makan miliknya.
Ningsih sudah bekerja hampir 3 bulanan ini. Apa yang dikatakan Faiz tadi lebih berupa perintah. Ningsih langsung bergerak cepat mengambil dua mangkuk kecil berisi air untuk mencuci tangan juga memberikan dua gelas air putih kepada bapak-bapak itu. Begitu selesai, perempuan itu langsung bergerak ke arah depan. Dia lantas mendekati etalase kaca yang terhidang banyak lauk-pauk dan sayur-mayur.
"Lauknya apa, Mas Faiz?" tanyanya pada Faiz. Laki-laki berusia 35 tahun itu terlihat sedang repot membungkus nasi pesanan pengunjung warung makan.
Faiz menoleh sejenak pada Ningsih. "Satu ayam goreng dan satu ayam bakar."
Ningsih kemudian cepat mengambil nasi dan meletakkannya di piring. Dia menyendok sambal lado, menaruh lalapan ketimun dan daun ubi di piring makan itu. Ningsih lantas menyiapkan gulai nangka di dua piring kecil, kemudian mengambil ayam goreng untuk piring nasi yang satu dan meletakkan ayam bakar di piring nasi satunya. Setelahnya dia bergerak membawa dua piring itu ke arah bapak-bapak yang tadi duduk di bangku pojok, sebagaimana instruksi dari Faiz.
Ningsih hampir tidak peduli ketika dua orang bapak itu melihatnya dari ujung kepala hingga ujung kaki. Dia sudah terlampau biasa melihat hal ini. Ningsih juga sadar, bahwa mungkin dia masih begitu menarik.
Tak salah, bukan, jika memuji diri sendiri? Ya, Ningsih merasa, walaupun usianya kini sudah menginjak angka 29, dirinya masih begitu menarik.
Untuk ukuran perempuan seperti dirinya, Ningsih merasa masih muda. Hanya cap janda tanpa anak yang membuatnya merasa sudah begitu tua. Bagaimanapun, Ningsih pernah gagal dalam berumah tangga.
Tiba-tiba Ningsih mengingat wajah mantan suami-nya. Wajah laki-laki yang dulu pernah ada bersamanya. Seharusnya Ningsih sudah tak perlu mengingat-ingatnya kembali. Terlebih, status janda sudah melekat padanya selama 3 tahun ini, sementara Haris Prayoga-mantan suaminya-sudah menikah lagi dengan perempuan bernama Kamila Dewi.
"Ning, buat es teh dua ya, untuk ibu dan bapak itu!" Faiz menunjuk seraya berkata agak keras supaya Ningsih dapat mendengarnya.
"Yaaa!" Ningsih menjawab tak kalah keras agar suaranya juga didengar oleh Faiz. Suara mereka yang sama-sama meninggi, itu sudah biasa untuk keduanya. Kalau tidak dengan cara itu, kadang suara mereka tertelan oleh pengunjung yang datang ke warung makan ini.
Lamunan Ningsih buyar ketika Faiz berkata seperti tadi padanya. Ningsih langsung bergerak ke ruangan kecil. Tempat membuat es dan berbagai minuman. Dengan cekatan perempuan itu membuat es teh dan menyuguhkannya ke pengunjung yang disebutkan Faiz tadi.
Warung makan milik Faiz memang sedang ramai-ramainya di jam segini. Sekarang sudah pukul 12.00. Waktunya jam makan siang. Mereka hanya bekerja berdua saja. Faiz Wibisono sebagai pemilik dan Ningsih Widyastuti sebagai karyawan. Sebetulnya Bu Narti-ibu Faiz-kadang ikut membantu keduanya. Namun, anak Faiz yang kecil bernama Ara sedang rewel. Jadi Bu Narti sedang mengurusi cucunya di kamar lantai atas.
Warung makan ini memang berada di ruko dua lantai. Ruko yang cukup murah, yang terletak di dekat pasar. Satu tahun yang lalu, setelah sebelumnya hanya dapat menyewa lapak kecil, Faiz kini berhasil menyewa ruko berharga lumayan murah itu.
Selagi sibuk melayani pengunjung yang datang, Faiz melihat ke arah Ningsih. Perempuan itu dilihatnya tengah bekerja dengan cekatan. Ningsih memang lincah. Faiz masih ingat betapa dulu saat Ningsih baru-baru bekerja di warung makan miliknya, perempuan itu belum tahu apa-apa. Dia bekerja apa adanya. Dalam artian, Ningsih bekerja sesuai apa yang diperintahkan oleh Faiz. Tapi, sekarang Faiz sudah lepas tangan dengan Ningsih. Karena Faiz tahu, Ningsih sudah fasih mengerjakan pekerjaannya dan rasanya tidak perlu lagi untuk diperintah-perintah.
Waktu bergerak ke arah pukul 14.00. Bahkan di jam segini masih ada beberapa pengunjung yang datang. Ningsih tanpa lelah melayani mereka. Dia memang sangat profesional. Salah satu sifat itulah yang Faiz sukai dari Ningsih.
Ketika pengunjung sudah mulai sepi, Ningsih bersiap untuk mencuci piring-piring kotor. Namun ....
"Ning, biar saya yang cuci piring. Kamu makan siang dulu saja gih. Nanti kamu sakit, sayanya jadi susah."
"Biarkan Ningsih cuci piringnya dulu ya, Mas, biar nanti baru makan sesudahnya."
"Sudah hampir jam dua lewat, Ning."
"Ningsih juga belum lapar, Mas. Tadi pagi juga, kan, sudah sarapan nasi uduk yang Mas Faiz belikan. Jadi cukup buat mengganjal perut."
"Baiklah." Faiz akhirnya menyerah. Perempuan ini memang keras kepala. Kalau katanya A, ya tetap A, susah untuk mengubahnya menjadi B. Itu per-umpamaan yang kadang dipikirkan Faiz pada Ningsih.
"Baiklah, tapi janji, kalau sudah mencuci piring, kamu makan siang dulu, ya?"
"Iya, Mas."
Ningsih lalu bergerak mencuci piring yang seabrek banyaknya. Tanpa mengeluh, perempuan itu melaku-kan semuanya dengan lincah.
Faiz lalu bergerak ke depan. Pengunjung sudah mulai sepi. Laki-laki itu lantas mengangkat piring dan gelas kotor, membawanya ke belakang, tempat Ningsih sedang mencuci piring.
"Maaf ya, Ning, cucian piringmu hari ini banyak sekali."
"Taruh saja, Mas. Ini juga sudah jadi pekerjaan Ningsih."
"Tapi maaf, saya nggak bisa bantuin."
"Mas, ini semua sudah kewajiban Ningsih. Mas Faiz sebaiknya beres-beres di bagian depan saja."
"Ya, Ning."
Faiz kembali lagi ke depan. Dia lantas membersihkan etalase. Dia juga membersihkan meja panjang tempat meletakkan baskom-baskom besar yang tadi isinya cabai hijau, gulai nangka, juga sederet hidangan lain, serta dengan telaten membersihkan cipratan bekas bumbu rendang dan cabai yang mengotori meja. Terakhir, Faiz membersihkan meja-meja bekas makan pengunjung. Masih ada satu-dua gelas yang kotor, dan Faiz membawanya ke belakang.
Terlihat piring-piring sudah dicuci oleh Ningsih. Perempuan itu tengah meniriskannya, meletakkan piring dan gelas ke rak besar.
"Saya makan dulu ya, Mas."
"Iya, makanlah dulu. Jika ada pengunjung yang datang lagi, biar saya yang layanin."
Ningsih mengangguk, menatap majikannya sejenak sebelum ke depan. Dengan sigap dia mengambil piring dan menyendok nasi putih beserta lauk. Siang ini Ningsih ingin makan ikan bakar kembung, dan lauk itulah yang dia pilih untuk makan siangnya. Kemudian dia duduk dan makan dengan lahap.
Melihat hal itu, Faiz sigap ke ruang kecil untuk membuat es teh. Begitu es teh selesai, dia langsung memberikannya untuk Ningsih. "Nah, minum yang manis dan segar, biar tenaganya pulih kembali."
"Nggak usah repot-repot, Mas, Ningsih bisa membuatnya sendiri kok."
"Sekali-kali saya buatin, kan, nggak papa," ucap Faiz sambil tersenyum.
Sebenarnya sudah sering kali Faiz melakukan itu. Semuanya tulus dia lakukan karena kasihan juga melihat Ningsih giat bekerja tanpa mau minum apa pun. Lagi pula siang ini sudah tidak begitu repot lagi. Jadi, apa salahnya jika Faiz membuatkannya es teh manis?
Ningsih lalu meneguk es teh manis itu, dan sekonyong-konyong melihat Bu Narti yang turun dari tangga.
"Faiz, kayaknya si Ara mau demam. Nanti malam dibawa ke dokter saja," kata Bu Narti, seraya melihat Ningsih yang sedang makan.
"Makan, Bu Narti," kata Ningsih.
"Ya." Bu Narti tersenyum.
"Badannya panas ya, Bu?" tanya Faiz sedikit cemas.
"Nggak begitu sih, tapi Ara rewel sekali hari ini."
Faiz mendekati ibunya. "Ya sudah, biar Faiz bawa dia ke dokter nanti malam."
Bu Narti mengangguk-angguk, lalu perempuan paruh baya itu naik lagi ke lantai atas. Sementara Faiz kembali menghampiri Ningsih yang kini sudah selesai makan dan hendak membawa piring bekas makannya ke belakang.
"Ning, nanti malam bisa minta bantuan kamu nggak?"
"Bantuan apa, Mas? Kalo mau pinjam uang sama Ningsih, Ningsih tentu saja nggak punya." Ningsih berkata polos, dan Faiz langsung tersenyum.
"Ya, bukan bantuan seperti itu, Ning," jawab Faiz dengan senyum yang tak lepas dari bibirnya. "Nanti sore, kan, kamu pulang. Pas nanti malam, kamu tolong kembali ke sini lagi, ya. Terus Mas minta tolong kamu belanja ke supermarket tempat Mas biasa belanja untuk warung makan."
"Supermarket yang di mal dekat sini itu, kan, Mas?"
"Iya, karena di sana lengkap. Harus beli beras dan keperluan sembako lain. Nanti soal sayur-mayur atau lauknya, biar saya seperti biasa belanja di pasar. Nanti malam saya nggak bisa, karena harus bawa Ara ke dokter."
"Oke, Mas, saya maklum. Jam berapa nanti, Mas?"
"Habis magrib kamu nanti ke sini," ucap Faiz seraya menatap sepasang mata perempuan itu dalam-dalam. "Ning, kamu nggak papa, kan? Maksud saya, nggak keberatan, kan?"
"Ningsih nggak keberatan kok, Mas. Anggap saja Ningsih kerja lembur. Hehehe." Ningsih terkekeh, hingga akhirnya menciptakan senyum lagi di bibir Faiz.
"Ya sudah, sebaiknya setelah ini kamu istirahat dulu bentar, biar Mas yang layani pengunjung."
Usai berkata seperti itu, Faiz kembali ke depan. Ada beberapa pengunjung yang datang. Faiz melayani mereka dengan baik, tanpa mau menyuruh Ningsih seperti tadi. Karena Faiz tahu Ningsih terlihat sudah begitu lelah. Ningsih juga terlihat sedang mencuci piring bekas makannya tadi dan beberapa peralatan kotor.
Usai melayani pengunjung yang tadi datang, Faiz kini duduk seraya menatap ruangan warung makan miliknya. Namun, perhatiannya kini teralihkan ketika Ningsih membawa piring-piring bersih hasil cuciannya. Diam-diam Faiz merasa kagum pada perempuan ini. Perempuan yang dikenalnya ini begitu rajin, tidak banyak tingkah, juga selalu baik dalam bekerja. Ningsih juga bisa "nrimo". Kadang, Faiz tak habis pikir, mengapa suami Ningsih dulu sampai bisa menceraikannya? Apa sebetulnya kesalahan Ningsih?
Tak jauh-jauh dari kehidupannya, Faiz juga kadang berpikir, apa kesalahan dirinya pada istrinya sampai istrinya itu berpaling, dan kemudian mereka bercerai?
Sejak bercerai, Faiz membawa anak mereka, dan meminta hak asuh anak jatuh padanya. Ratna-mantan istrinya-tak dapat berbuat apa-apa. Terlebih dalam asuhan Faiz, kedua anaknya tumbuh dengan baik.
Si sulung Fathan kini kelas 4 SD, dan jika belum pulang jam segini, itu artinya Fathan sedang mengikuti les tambahan di sekolahnya.Sementara si kecil Ara Puspita, bocah perempuan berumur satu tahun lebih itu baru bisa belajar ngomong. Gadis kecil itu memiliki sifat pendiam. Tak beda dengan ayahnya yang tidak terlalu banyak bicara. Dan benar-benar perjuangan bagi Faiz saat merawat Ara. Tubuh gadis kecil itu rentan terkena penyakit,meski selalu berada dalam keadaan baik-baik saja. Tak terkecuali hari ini, kata Bu Narti, Ara demam, itu sebabnya nanti malam Faiz akan membawanya ke klinik dokter terdekat.
Lagi-lagi pandangan Faiz menatap ke arah Ningsih, dan tanpa sadar Ningsih menatap ke arah Faiz.
Kikuk karena ketahuan menatap Ningsih, Faiz jadi tersenyum malu-malu dan Ningsih juga melakukan hal serupa. Untuk mengalihkan semuanya, pandangan Faiz jatuh pada TV yang kini sedang menayangkan sebuah acara, yang memang diletakkan di meja sudut. Sementara Ningsih masih tetap memperhatikan duda dua anak itu.
***
Ketika sepasang suami istri yang sudah bercerai, harus kembali bertemu demi memberikan yang terbaik untuk buah hati mereka. Kalau seorang anak, hanya bisa diurus. oleh Ibunya. Patutkah suami menyerahkan kepengurusan anak kepada istrinya saja, dan suami lebih sibuk kepada keluarga barunya? Kalau seorang Ayah kangen pada anaknya. Bisakah ia melihat anaknya barang sebentar? Patutkah sang istri mencegah, dan menghindarkan suami dari sang anak. Apa yang terjadi, jika seorang istri yang single parent. Dan suami yang kurang perhatian pada anaknya, kini dipertemukan dalam kondisi anak mereka yang sedang bertarung nyawa...
Andini Larasati sebenarnya sudah cukup nyaman dengan kehidupannya sekarang. Ia mempunyai kekasih seorang dokter bedah yang begitu sangat menyayanginya. Dan ia pun berhasil bangkit dari keterpurukan yang pernah ia alami. Di suatu waktu dulu, tepatnya 5 tahun sebelumnya, Andini mempunyai kekasih yang tega mencampakkannya. Kekasihnya-Revan Airlangga-memutuskan cinta mereka karena memilih mengikuti kehendak orang tuanya. Andini memang terlahir miskin, sehingga kedua orang tua Revan memutuskan untuk tidak pernah menyetujui hubungan Andini dan Revan. Revan pun mengikuti kedua orang tuanya untuk menikahi perempuan pilihan orang tuanya. Hidup Andini pun hancur lebur. Sampai ia menemukan dokter Danar Hadiputra yang membuatnya bertekad untuk merubah taraf hidup dan bangkit dari keterpurukan. Tapi siapa sangka ketika Andini telah menuai kesuksesan, ia justru bertemu Revan lagi dan ironisnya mantan kekasihnya menjadi jatuh miskin. Andini pun akhirnya memperkerjakan Revan sebagai sopirnya tanpa diketahui Danar bahwa Revan adalah kekasih Andini di masa lalu. Apa yang terjadi ketika cinta datang lagi di hati Andini untuk Revan dan membuatnya menuai masalah? Bisakah Andini memaafkan segala kesalahan Revan mengingat laki-laki itulah yang dulu pernah membuatnya terpuruk di masa lalu? Lalu, apa yang terjadi dengan Danar ketika mengetahui siapa sopir pribadi Andini sesungguhnya?
Dua tahun lalu, Regan mendapati dirinya dipaksa menikahi Ella untuk melindungi wanita yang dia sayangi. Dari sudut pandang Regan, Ella tercela, menggunakan rencana licik untuk memastikan pernikahan mereka. Dia mempertahankan sikap jauh dan dingin terhadap wanita itu, menyimpan kehangatannya untuk yang lain. Namun, Ella tetap berdedikasi sepenuh hati untuk Regan selama lebih dari sepuluh tahun. Saat dia menjadi lelah dan mempertimbangkan untuk melepaskan usahanya, Regan tiba-tiba merasa ketakutan. Hanya ketika nyawa Ella berada di tepi kematian, hamil anak Regan, dia menyadari, cinta dalam hidupnya selalu Ella.
Istriku yang nampak lelah namun tetap menggairahkan segera meraih penisku. Mengocok- penisku pelan namun pasti. Penis itu nampak tak cukup dalam genggaman tangan Revi istriku. Sambil rebahan di ranjang ku biarkan istriku berbuat sesukanya. Ku rasakan kepala penisku hangat serasa lembab dan basah. Rupanya kulihat istriku sedang berusaha memasukkan penisku ke dalam mulutnya. Namun jelas dia kesulitan karena mulut istriku terlalu mungil untuk menerima penis besarku. Tapi dapat tetap ku rasakan sensasinya. Ah.... Ma lebih dalam lagi ma... ah.... desahku menikmati blowjob istriku.
Setelah diusir dari rumahnya, Helen mengetahui bahwa dia bukanlah putri kandung keluarganya. Rumor mengatakan bahwa keluarga kandungnya yang miskin lebih menyukai anak laki-laki dan mereka berencana mengambil keuntungan dari kepulangannya. Tanpa diduga, ayah kandungnya adalah seorang miliarder, yang melambungkannya menjadi kaya raya dan menjadikannya anggota keluarga yang paling disayangi. Sementara mereka mengantisipasi kejatuhannya, Helen diam-diam memegang paten desain bernilai miliaran. Dipuji karena kecemerlangannya, dia diundang menjadi mentor di kelompok astronomi nasional, menarik minat para pelamar kaya, menarik perhatian sosok misterius, dan naik ke status legendaris.
Novel ini berisi kumpulan beberapa kisah dewasa terdiri dari berbagai pengalaman percintaan panas dari beberapa tokoh dan karakter yang memiliki latar belakang keluarga dan lingkungan rumah, tempat kerja, profesi yang berbeda-beda serta berbagai kejadian yang diaalami oleh masing-masing tokoh utama dimana para tokoh utama tersebut memiliki pengalaman bercinta dan bergaul dengan cara yang unik dan berbeda satu sama lainnya. Suka dan duka dari tokoh-tokoh yang ada dalam cerita ini baik yang protagonis maupun antagonis diharapkan mampu menghibur para pembaca sekalian. Semua cerita dewasa yang ada pada novel kumpulan kisah dewasa ini sangat menarik untuk disimak dan diikuti jalan ceritanya sehingga menambah wawasan kehidupan percintaan diantara insan pecinta dan mungkin saja bisa diambil manfaatnya agar para pembaca bisa mengambil hikmah dari setiap kisah yan ada di dalam novel ini. Selamat membaca dan selamat menikmati!
AREA DEWASA! YANG BELUM CUKUP UMUR, MINGGIR DULU YA, CARI BACAAN SESUAI UMURNYA. NEKAT BACA CERITA INI, DOSA TANGGUNG SENDIRI. Pertemuan Anne Mary yang masih berumur 18tahun dengan Marcio Lamparska, 30tahun dalam sebuah tragedi pembunuhan di Tokyo dimana Marcio sebagai pelaku pembunuhan dan Anne yang menjadi saksi matanya membuat hubungan antara Anne dan Marcio terikat dalam suatu kerjasama yang saling menguntungkan karena akibat dari tragedi pembunuhan tersebut, Anne yang merupakan orang terdekat dengan korban, tertuduh menjadi tersangka utama pembunuhan. Sebelum interpol menemukan dan menangkap Anne, Marcio bersama anak buahnya sudah terlebih dahulu menculik gadis itu dan membawanya ke Murcia, Spanyol, kediaman Marcio berada. Anne Mary yang memiliki otak jenius di atas rata-rata hanyalah seorang gadis muda yang sangat lugu, polos namun memiliki mulut yang tajam pedas dan kritis sedangkan Marcio yang tanpa dia sadari sudah jatuh cinta kepada gadis muda tersebut semakin membuatnya protektif menjaga dan memberikan pelatihan-pelatihan fisik pada Anne yang tentu saja semakin membangkitkan api dendam dalam diri Anne yang membara di dalam dadanya. Anne akhirnya bersedia membuka hatinya untuk menerima perasaan Marcio agar dia bisa lebih mudah untuk membunuh pria itu yang ternyata tanpa dia sadari masuk ke dalam perangkapnya sendiri, jatuh cinta pada Marcio. Bisakah Anne melupakan Touda Akira sepenuhnya, orang yang sudah menjadi korban pembunuhan Marcio, dimana Touda merupakan cinta pertama Anne yang mencintainya secara diam-diam dan melupakan balas dendamnya pada Marcio? Bagaimana dengan Iosef, tangan kanan musuh besar Marcio yang sejak pertama kali bertemu dengan Anne, memiliki perasaan tidak biasa terhadap gadis mungil itu. Iosef juga musuh yang pernah melukai Anne namun juga menyelamatkan gadis itu dari kematian. Demi menyelamatkan Marcio, Anne terpaksa ikut pergi dengan Iosef. Iosef yang lembut, perhatian, sangat posesif dan mencintai Anne dengan nyawanya. Cinta yang tulus dan abadi namun memahami jika gadis yang dia cintai tersebut masih mengukir nama Marcio di dalam hatinya. Dalam pelarian bersama Iosef, Anne tumbuh semakin kuat, tangguh dan sangat cantik mempesona. Ayunan pedangnya sangat cepat, akurat, dan sikapnya tegas, tidak segan membunuh siapapun yang menjadi tugas dalam misinya. Akankah pertemuan kembali Anne dan Marcio bisa menumbuhkan perasaan cinta dan kerinduan di antara mereka lagi atau mereka menjadi musuh yang akan saling membunuh? Ikuti terus cerita Anne Mary ini dari seorang gadis biasa yang jelek menjadi seorang gadis muda yang sangat cantik dan memukau namun sifatnya yang sangat tidak peka akan cinta membuat para pria yang terpikat padanya selalu salah paham akan sikapnya. “Ini bukan tentang cinta dan siapa yang kamu pilih, tapi kepada siapa kamu akan berkomitmen untuk memberikan hati yang kamu yakini dia bisa menjaga hatimu dengan sangat baik,” – Anne Mary. CERITA INI EXCLUSIVE HANYA ADA DI BAKISAH!
Raina terlibat dengan seorang tokoh besar ketika dia mabuk suatu malam. Dia membutuhkan bantuan Felix sementara pria itu tertarik pada kecantikan mudanya. Dengan demikian, apa yang seharusnya menjadi hubungan satu malam berkembang menjadi sesuatu yang serius. Semuanya baik-baik saja sampai Raina menemukan bahwa hati Felix adalah milik wanita lain. Ketika cinta pertama Felix kembali, pria itu berhenti pulang, meninggalkan Raina sendirian selama beberapa malam. Dia bertahan dengan itu sampai dia menerima cek dan catatan perpisahan suatu hari. Bertentangan dengan bagaimana Felix mengharapkan dia bereaksi, Raina memiliki senyum di wajahnya saat dia mengucapkan selamat tinggal padanya. "Hubungan kita menyenangkan selama berlangsung, Felix. Semoga kita tidak pernah bertemu lagi. Semoga hidupmu menyenangkan." Namun, seperti sudah ditakdirkan, mereka bertemu lagi. Kali ini, Raina memiliki pria lain di sisinya. Mata Felix terbakar cemburu. Dia berkata, "Bagaimana kamu bisa melanjutkan? Kukira kamu hanya mencintaiku!" "Kata kunci, kukira!" Rena mengibaskan rambut ke belakang dan membalas, "Ada banyak pria di dunia ini, Felix. Selain itu, kamulah yang meminta putus. Sekarang, jika kamu ingin berkencan denganku, kamu harus mengantri." Keesokan harinya, Raina menerima peringatan dana masuk dalam jumlah yang besar dan sebuah cincin berlian. Felix muncul lagi, berlutut dengan satu kaki, dan berkata, "Bolehkah aku memotong antrean, Raina? Aku masih menginginkanmu."