/0/4932/coverbig.jpg?v=20250121182939)
Tepat di hari pertama Kayla Prawijaya pindah sekolah, dikacaukan oleh sosok seorang laki-laki berparas tampan. Lelaki itu mengacaukan hari pertamanya di sekolah barunya, sebut saja Mexsi Megantara. Murid pindahan dari Singapura. Kesalah-pahaman keduanya dimulai sejak pertama kali mereka bertemu, Mexsi membenci gadis itu. Sedangkan Kayla menganggap lelaki itu, orang gila baru. Karena tidak mengerti dengan sikap Mexsi yang seolah-olah telah mengenal dirinya, bahkan membencinya tanpa sebab. Saat kebencian semakin besar di antara mereka, Mexsi menemukan fakta mengejutkan. Ternyata kakanya yang telah tiada adalah cinta pertama Kayla. Lambat laun Mexsi merasa kasihan padanya, rasa itu berubah menjadi cinta. Pil pahit harus ditelannya, karena Kayla menderita penyakit kanker darah. Apakah Mexsi akan tetap mencintai Kayla, atau kah pergi meninggalkannya?
Terbangun dari tidur panjang semalam dalam keadaan rambut panjang hitam acak-acakan mirip rambut Tarjan, kelopak mata sulit terbuka, dan menguap beberapa kali. Matanya menyipit saat diliriknya jam di dinding, menunjukkan hampir jam tujuh lewat lima menit. Mengerjap-ngerjapkan mata berharap apa yang barusan ia lihat hanyalah sebuah kesalahan, membulatkan mata, mulut terbuka lebar tak percaya, namun jam di dinding tidak berubah sama sekali.
"MATI DEH GUE!" teriak gadis itu, bangkit dari tempat tidur secepatnya lari ke dalam kamar mandi.
Hari pertama Kayla masuk ke sekolah SMAN 81 JAKARTA, kelas XI ia murid pindahan dari Cikarang. Nama lengkapnya Kayla Prawijaya. Ibunya sedang merintis sebuah usaha di Jakarta Selatan. Meski ia sendiri tidak menginginkan pindah secara terpaksa, hanya memiliki satu anggota keluarga yang saat ini bersamanya. Ibu yang sangat ia sayangi.
Keluar dari balik pintu kamar. Tampak rapi mengenakan seragam putih abu-abu. Menuju meja makan, menyambar roti lapis berisi selai kacang yang sudah disediakan untuknya, mengunyah dan menelan secepat mungkin, melihat segelas susu putih, meneguk sampai habis tak tersisa. Ibunya berangkat kerja sebelum ia bangun dari tidurnya, inilah rutinitas sehari-hari menyiapkan segalanya sendirian.
Tulang punggung keluarga hanyalah ibunya, ia harus memahami situasi dan kondisi saat ini.
***
Lari menuju samping jalan raya, kebetulan angkot sedang berhenti mengangkut penumpang. Ia secepatnya masuk ke dalam angkot, beberapa menit kemudian sampai di depan gerbang sekolah turun dari angkot tak lupa juga membayar. Kaki Kayla bergemetaran, melihat tidak ada siapa pun yang di dekat gerbang. Satpan mulai menarik ujung pagar gerbang itu. Lari... lari, kedua tangannya menahan pagar. Tersenyum datar tampak terlihat raut wajah yang memelas. Terpaksa kali ini Satpan memperbolehkannya masuk, menuju ruang kelas XI IPA.
Mengintip dari jendela kelas, memutar bola matanya menengok ke kiri dan ke kanan ruang kelas.
'Selamet! Guru belum masuk kelas.' batinnya di dalam hati.
Baru saja menghembuskan napas lega seseorang menepuk pundaknya dari belakang, ia mematung detak jantung berdebar was-was. Menarik napas perlahan-lahan dan menghembuskan dengan keras, memberanikan diri menengok ke belakang.
Tiga detik.
"Eh, ada bapak," kata Kayla memaksakan seculas senyuman ramah.
Mengulurkan telapak tangan kanan, wajahnya kembali tersenyum datar, guru yang berdiri di depan pintu menyambut tangan gadis itu. Mencium punggung tangan gurunya.
"Anak baru?" tanyanya datar.
"I-iya Pak," jawabnya manggut-manggut.
Tanpa basa-basi pak Selamet masuk ke dalam kelas, diikuti langkah kakinya dari belakang.
Semua siswa yang di dalam kelas menatap ke satu arah, bukan gurunya yang mereka tatap. Tetapi seorang gadis berkulit kuning langsat, mata hitam, hidung apa adanya, berambut hitam panjang lebat yang menggendong tas ransel biru cerah. Pak Selamet berkumis putih tebal, rambut pada bagian kepalanya sebagian besar telah menghilang alias botak, menjatuhkan bokongnya di bangku. Menatap tajam ke arah depan.
Satu kelas langsung menunduk patuh, sudah paham jika pak Selamet menatap mereka seperti itu. Ia guru Mtk yang paling ditakuti semua siswa di sekolah, termasuk ke dalam guru killer karena peraturannya yang begitu menyiksa, mencekam dan hukuman yang sangat berat bila melanggar.
"Perkenalkan dirimu." suruh pak Selamet menatap siswa baru yang berada pada sampingnya.
"Perkenalkan nama saya... " terdiam cukup lama sambil menunduk nervous.
Tiba-tiba seseorang lari ke dalam kelas terhenti berdiri tepat di sampingnya.
"Mexsi Megantara."
Menghentikan rasa nervous gadis yang sedang kebingungan menatap lelaki itu. Ia memakai kacamata hitam, memakai masker hitam, sembari menggandeng tas ransel berwarna biru gelap sebelah kiri bahu.
Kayla melanjutkan ucapannya yang terhenti tadi, "Kayla Prawijaya."
Kayla menatap lelaki yang berdiri di sampingnya dengan tatapan serius.
Pak Selamet berdiri, mereka mengarahkan pandangannya pada sang guru.
"Lepas kacamata dan masker sekarang juga!" bentaknya menatap tajam ke arah lelaki itu.
Saat Mexsi melepas masker lalu kacamata tersenyum tipis. Semua wanita di dalam kelas itu terpaku menatapnya, bahkan salah satu gadis yang sedang mengantuk berat, kepalanya hampir tumbang jatuh kepentok meja. Tiba-tiba matanya melek hampir keluar dari tempatnya. Bagaimana tidak? badannya yang kekar, berbadan tinggi, berkulit putih, matanya hitam kecoklatan saat tersenyum membuat para kaum hawa meleleh.
Namun ada sesuatu yang mengganggu...
Kayla mengerutkan kening. Kenapa? Siapa? Mengapa wajahnya tak terlihat asing. Tidak, Kayla tidak yakin betul ia tak pernah bertemu lelaki itu sebelumnya. Tetapi, ada sesuatu yang enggan baginya. Bertanya-tanya di dalam hati.
Lelaki itu tidak memandang siapa gadis yang saat ini berdiri di sampingnya, hanya menatap ke depan lurus-lurus.
"Subhanallah, ganteng banget!" jerit salah satu siswa dari sudut kiri tengah.
Sampai seseorang yang akan pindah kelas, demi menghindar dari pak Selamet.
"Astagfirullah Aladzim, gue gak jadi pindah kelas."
Kembali terdengar jeritan dari berbagai arah. Seketika kelas yang tadinya hening, kini menjadi sangat berisik. Tidak menghiraukan bahwa ak Selamet sedang mendengarkan ucapan mereka.
"Cari tempat duduk yang kosong sana!" perkataan pak Selamet membuat seisi kelas terdiam. Pada hal terdengar biasa saja, mungkin terbiasa dengan hawa mencengkram. Mereka segera sadar, sedari tadi membuat keributan sendiri.
"Jangan memakai kacamata, ditambah masker hitam lagi! Mau sekolah apa maling?"
Semua siswa cekikikan kecil. Tanpa menjawab perkataannya, Mexsi melangkahkan kaki panjangnya mencari tempat duduk yang kosong, melewati para kaum hawa santai. Membuat mereka saling memberi tatapan sebuah isyarat. Salah satu di antara mereka ingin Mexsi duduk di sebelahnya, mendorong teman sebangku sampai dia berdiri hampir jatuh, mengkedipkan mata genit. Teman yang di sampingnya pun tidak mau kalah, mendorong teman yang sedang sibuk cari perhatian, saling tak terima mereka langsung dorong-mendorong akhirnya terjatuh bersama.
Seisi kelas tertawa sangat geli, lagi-lagi suasana kembali menjadi berisik. Pak Selamet kembali menggeram, menggebrak papan tulis menggunakan penggaris panjang dua meter berbahan kayu kecoklatan. Mereka kembali terdiam setelah mendapat kode keras dari gurunya yang super sadis itu.
Mexsi melengos tatapannya terlihat tajam duduk di bangku paling belakang dibaris kedua dari samping. Kayla menengok ke berbagai arah bahkan sudut ruangan tidak ada satu bangku pun yang kosong di sana, kecuali... meja lelaki tadi yang datang secara mendadak. Terpaksa memberanikan diri duduk bersebelahan dengannya.
Daripada ambil risiko tidak mendapatkan tempat duduk? Kayla menaruh tasnya pada bagian bawah samping kanan kaki.
Mexsi Megantara ia salah satu murid pindahan dari Negara Singapura, alasan pindah dari sana karena seorang gadis tak henti-hentinya terus mengganggunya. 'Si Toa Berjalan,' itulah nama panggilan terbaik pada musuh bebuyutannya, bertengkar dari usia sebelas tahun.
Aneh... ia dengan gadis yang amat sangat dibenci, selalu satu sekolah. Terlebih satu kelas lagi dan lagi, hingga sekarang. Mendengar jika gadis itu sengaja mengikuti Mexsi, daripada ambil pusing lebih baik menghindar sampai rela pindah sekolah ke Indonesia.
Sebelum Mexsi tahu nama gadis itu, mereka sudah saling benci. Setiap ada guru yang mengabsen kehadiran siswa sebelum menyebutkan nama orang yang membuat hari-hari terasa di neraka, mengeluarkan headset, untuk menyumpal telinganya tampak jelas tidak ingin tahu siapa namanya. Toa adalah satu-satunya nama panggilan yang terbaik baginya untuk diucapkan.
Tak lupa juga membawa kapas, sebagai cadangan jika lupa membawa perihal yang pertama, atau lebih parahnya lagi ngumpet dipojokan sambil menutup rapat kedua telinga tampak orang yang mendengar nama 'Malaikat Maut' yang akan mencabut nyawanya. Sebelum masuk ke dalam kelas ia menerobos masuk, sebelum Satpan menutup rapat pagar tadi sesudah Kayla.
Alih-alih mencuri-curi pandang, Kayla menatap wajah lelaki yang terlihat sibuk.
Mengeluarkan headset, kapas. Pikir Mexsi sudah terbebas dari Toa, tak memerlukannya lagi. Mengambil plastik keresek di kolong meja berinisiatif membuang sampah beserta masa lalunya, mengambil buku lalu tak sengaja pulpennya jatuh ke bawah kolong sebelah.
Mexsi akan membungkuk mengambil pulpennya, Kayla membunguk terlebih dahulu. Membuat lelaki itu menatap wajah gadis yang tertutup rambut panjangnya yang hitam lebat, mengambil pulpen dengan tangan kanan. Mengangkat punggung, menyandarkan tubuh, duduk kembali. Menengok, menatap Mexsi yang berada di sebelahnya, memberikan pulpen yang ia ambil.
Bukannya Mexsi mengambil pulpen, kedua alisnya terangkat, wajahnya memerah, menatap gadis itu.
"Lo!" teriak Mexsi langsung terkejut, syok dan panik menahan amarah, membuat seisi kelas melihat ke arahnya.
"Ko ada di sini?!"
Warning !! Cerita Dewasa 21+.. Akan banyak hal tak terduga yang membuatmu hanyut dalam suasana di dalam cerita cerita ini. Bersiaplah untuk mendapatkan fantasi yang luar biasa..
WARNING 21+‼️ (Mengandung adegan dewasa) Di balik seragam sekolah menengah dan hobinya bermain basket, Julian menyimpan gejolak hasrat yang tak terduga. Ketertarikannya pada Tante Namira, pemilik rental PlayStation yang menjadi tempat pelariannya, bukan lagi sekadar kekaguman. Aura menggoda Tante Namira, dengan lekuk tubuh yang menantang dan tatapan yang menyimpan misteri, selalu berhasil membuat jantung Julian berdebar kencang. Sebuah siang yang sepi di rental PS menjadi titik balik. Permintaan sederhana dari Tante Namira untuk memijat punggung yang pegal membuka gerbang menuju dunia yang selama ini hanya berani dibayangkannya. Sentuhan pertama yang canggung, desahan pelan yang menggelitik, dan aroma tubuh Tante Namira yang memabukkan, semuanya berpadu menjadi ledakan hasrat yang tak tertahankan. Malam itu, batas usia dan norma sosial runtuh dalam sebuah pertemuan intim yang membakar. Namun, petualangan Julian tidak berhenti di sana. Pengalaman pertamanya dengan Tante Namira bagaikan api yang menyulut dahaga akan sensasi terlarang. Seolah alam semesta berkonspirasi, Julian menemukan dirinya terjerat dalam jaring-jaring kenikmatan terlarang dengan sosok-sosok wanita yang jauh lebih dewasa dan memiliki daya pikatnya masing-masing. Mulai dari sentuhan penuh dominasi di ruang kelas, bisikan menggoda di tengah malam, hingga kehangatan ranjang seorang perawat yang merawatnya, Julian menjelajahi setiap tikungan hasrat dengan keberanian yang mencengangkan. Setiap pertemuan adalah babak baru, menguji batas moral dan membuka tabir rahasia tersembunyi di balik sosok-sosok yang selama ini dianggapnya biasa. Ia terombang-ambing antara rasa bersalah dan kenikmatan yang memabukkan, terperangkap dalam pusaran gairah terlarang yang semakin menghanyutkannya. Lalu, bagaimana Julian akan menghadapi konsekuensi dari pilihan-pilihan beraninya? Akankah ia terus menari di tepi jurang, mempermainkan api hasrat yang bisa membakarnya kapan saja? Dan rahasia apa saja yang akan terungkap seiring berjalannya petualangan cintanya yang penuh dosa ini?
Bagi yang belum cukup umur, DILARANG KERAS Membaca Cerita ini, karena banyak sekali adegan Dewasa. Mohon Bijak Dalam Membaca.⚠️ Menceritakan seorang anak muda, yang terjerumus kedalam lubang hitam, hingga akhirnya, pemuda tampan kecanduan seks dengan Guru dan keluarganya sendiri.
Warning 21+ Harap bijak memilih bacaan. Mengandung adegan dewasa! Bermula dari kebiasaan bergonta-ganti wanita setiap malam, pemilik nama lengkap Rafael Aditya Syahreza menjerat seorang gadis yang tak sengaja menjadi pemuas ranjangnya malam itu. Gadis itu bernama Vanessa dan merupakan kekasih Adrian, adik kandungnya. Seperti mendapat keberuntungan, Rafael menggunakan segala cara untuk memiliki Vanessa. Selain untuk mengejar kepuasan, ia juga berniat membalaskan dendam. Mampukah Rafael membuat Vanessa jatuh ke dalam pelukannya dan membalas rasa sakit hati di masa lalu? Dan apakah Adrian akan diam saja saat miliknya direbut oleh sang kakak? Bagaimana perasaan Vanessa mengetahui jika dirinya hanya dimanfaatkan oleh Rafael untuk balas dendam semata? Dan apakah yang akan Vanessa lakukan ketika Rafael menjelaskan semuanya?
WARNING 21+ !!! - Cerita ini di buat dengan berhalu yang menimbulkan adegan bercinta antara pria dan wanita. - Tidak disarankan untuk anak dibawah umur karna isi cerita forn*graphi - Dukung karya ini dengan sumbangsihnya Terimakasih