/0/3632/coverbig.jpg?v=39e269357b561e61c1f5e7ef512be43a)
Seorang laki-laki dari kalangan bawah bernama Shin mempunyai kekuatan monster setelah dia dijadikan kelinci percobaan. Dunia telah dikuasai Maou dari berabad-abad lalu, membuat kepemimpinan manusia diragukan. Shin bersama teman-temannya berencana untuk menggulingkan Pemerintahan yang tidak adil serta mengungkap rahasia yang selama ini disembunyikan. Akankah mereka mampu menghancurkan Pemerintahan dan membeberkan rahasia serta mengembalikan dunia ke sedia kala? Ataukah semua itu adalah bencana dari kesalahan manusia masa lalu yang tidak akan bisa diperbaiki? Dan apakah manusia atau Maou yang akan lebih dulu punah dari peradaban?
Seorang lelaki berlari di tengah jalanan di antara rumah-rumah bertingkat, dari tangannya mencekam kekuatan dahsyat, membekukan semua yang disentuhnya. Hingga orang-orang di kota tersebut tunggang-langgang tampak ketakutan. Dia mengamuk sejadi-jadinya, berteriak-teriak seperti kesakitan. Saat ini dia tak dapat mengendalikan kekuatan juga dirinya sendiri.
"Bunuh! Bunuh! Bunuh!" Suara berat terus menerus bergema di kepalanya, seolah-olah dia dirasuki sesuatu.
"Aaaaa!" Suara teriakan orang-orang yang sedang berlarian semakin membuatnya tak terkendali.
"Monster! Dasar Pembunuh!" Suara di benaknya semakin bersahutan. Kini dia mencoba menutup telinga, tapi tetap saja gema-gema itu masih tetap terlintas.
Tak berapa lama semua suara tiba-tiba hilang dan kota seketika menjadi sunyi. Lelaki berambut hitam itu melepaskan tangan dari telinga, lalu memandang kakinya membeku yang seketika menjalar keseluruh tubuh.
"Hei! Tukang Tidur, bangun!"
Lelaki berbaju pasien itu beranjak sembari terkejut, kemudian segera terduduk di sisi tempat tidur saat dia menatap gadis di depan wajahnya persis. Gadis yang membangunkannya dari mimpi buruk.
"Pasti kau bermimpi." Gadis itu memasang wajah kasihan, kemudian menggeser kursi, duduk tepat di hadapan. "Syukurlah kamu tidak mati, kamu sudah tertidur dua hari." Dia memiringkan kepala memasang wajah manis.
Peluh memenuhi kening yang tak tertutup rambut, lelaki itu terdiam sembari menyekanya, raut mukanya tampak terguncang. Kini dia semakin tegang hingga tak bergerak sedikit pun kala wajah gadis dengan mata indah itu berada sejengkal di depan.
"Sudah puas lihatnya." Gadis itu melotot.
Lelaki berambut cepak itu tak berkata apa-apa. Dia langsung memalingkan muka. Tak lama kemudian dia memegang kepala yang mulai terasa sakit. "Aaaaahhhhhh!" Sekarang dia berteriak kencang, sambil memegang erat kepala. Sekelebat dalam pikirannya seperti melihat beberapa bayangan orang memakai masker dan baju serba putih sedang menatap tepat ke arahnya.
Dengan cemas gadis itu bergegas mengambil sesuatu dari laci meja di samping, kemudian meraih kapsul plastik. Sesegera mungkin dia memberikan dua butir obat ke tangan lelaki itu.
Tanpa pikir panjang lelaki itu telan bulat-bulat obat tersebut tanpa air. Kini kepalanya mulai tenang, kemudian tangannya perlahan turun.
"Setidaknya obat ini bisa membuatmu tenang." Gadis berambut hitam dengan gaya diikat satu ke belakang serta berwajah cantik itu mengangkat satu alis heran sambil memegang wadah obat.
Pandangan lelaki itu menelaah wajah Gadis di depannya sambil mengernyitkan dahi seakan bertanya, siapa gadis yang ada dihadapanya sekarang?
Gadis itu menyadari bahwa dia belum memperkenalkan diri. "Aku Maki, yang bertanggung jawab mengobatimu. Panggil saja Maki." Tangannya terulur sembari tersenyum, memampangkan lesung pipi yang membuatnya tampak manis.
Lelaki itu segera berjabat tangan dengan Maki. Dia tak mau menyia-nyiakan kesempatan menyentuh tangan gadis cantik di hadapannya itu. "Aku Shin. Kamu bisa memanggilku Shin. Terima kasih telah menolongku." Sambil tersenyum, Shin mengabaikan rasa sakit kepalanya yang masih terasa.
Lelaki sedikit pemalu itu bergegas beranjak dari tempat duduk karena tak mau tampak lemah di hadapan gadis yang telah menolongnya.
Namun, suara keras mengalihkan perhatian keduanya. Mereka terkejut, lalu menatap satu sama lain. Itu bunyi bangunan roboh berserakan seperti telah diledakkan oleh bom. Suara keras tersebut tak jauh dari tempat mereka. Dari luar jendela orang-orang pun terdengar mulai berlarian.
Tanpa permisi seorang gadis berbadan tinggi membuka pintu dengan kencang. Sesaat kemudian dia cepat-cepat menghampiri Maki.
"Apa yang terjadi, Kasumi?" Maki tampak cemas. Kasumi segera membisikan sesuatu pada Maki.
"Ada ap ...." Shin mengernyitkan dahi, belum sempat melayangkan pertanyaan, tapi Maki dan Kasumi sudah berlari, lalu lenyap di ambang pintu.
Tanpa berpikir panjang Shin bergegas bermaksud menyusul. Namun, setelah keluar ruangan matanya menangkap ada tangga ke bawah.
Kali ini Shin telah memakai baju hitam lengan panjangnya, dia telah berada di lantai bawah, tapi sudah tidak ada siapa-siapa di sana hanya tersisa botol bekas minuman di meja beserta bungkus makanan. Tampak kacau seperti sudah mengadakan pesta.
Gemuruh ledakkan menggema lagi. Dahi Shin mengernyit, kali ini terdengar jauh dari tempatnya sekarang. Dengan cepat dia bergegas membuka pintu keluar, matanya menyipit sekejap sebab cahaya terang.
Sekarang Shin sudah berada di jalanan sambil kebingungan. "Ke mana perginya Maki?" ucapnya sambil menatap asap-asap hitam mengepul terhalang bangunan-bangunan berlantai dua. Dari sana orang-orang berlarian, mereka sedang menghindar dari sesuatu.
Beberapa ledakkan menggema, lalu dari arah lain asap hitam membludak. Kepulan itu kini cukup jauh dari tempatnya berdiri. Shin langsung melesat secepat mungkin menghampiri asal suara.
Sesampainya di tujuan, Shin memandang banyak reruntuhan rumah, anehnya dia melihat banyak pohon yang daun-daunnya memunculkan asap hitam. Sekarang benaknya bertanya-tanya. "Mengapa tempat ini menanam pohon seperti itu, dan daun-daunnya mengeluarkan asap?"
Selesai mengamati daerah tersebut, Shin kembali berlari, kemudian sampai di perbatasan. Pandanganya segera menyusuri sekitar. Terlihat gapura serta pintu gerbang yang menempel pada benteng tinggi besar telah hancur berkeping-keping, sepertinya ada yang menembus pertahan tempat itu. Di sana cuman tersisa papan yang tergelak di tanah bertuliskan 'Desa Gin'.
"Sudah pasti ini ulah Maou." Raut wajah Shin tampak sangat kesal tampak dari kepalan tangannya. Sekarang pikirannya tahu semua ledakan itu perbuatan siapa karena dari tadi dia dapat merasa ada yang aneh pada tubuhnya.
"Bagi yang masih di luar segera ke tempat evakuasi!" Terdengar jelas sebuah pengumuman dengan pengeras suara.
Sembari tetap berdiri di sana menunduk, tangannya masih mengepal sangat kesal. Shin kini tahu siapa pohon-pohon tersebut.
Membuang rasa kesal Shin teringat pada Maki, dari tadi dia belum menemukannya. Ketika akan melangkah, Shin tiba-tiba berhenti karena mendengar ada yang memanggil namanya. Dia langsung tahu suara tegas siapa itu.
"Shin, sebelah sini!" Dari kejauhan Maki memanggil sambil melambaikan tangan, kemudian berusaha muncul dari batu tempat persembunyiannya.
Maki segera berlari melewati bebatuan berniat menghampiri Shin, tapi dia langsung berhenti di sana, lalu menunduk di hadapan satu pohon berasap.
Kali ini Shin mendekati ke sana. Dia menatap gadis itu sedang menggenggam tangan sembari mendoakan pohon tersebut. Shin tiba di samping Maki.
Gadis berambut hitam itu bangkit, tak mengeluarkan kata-kata sedikit pun. Maki segera menghapus air mata yang sempat akan menetes.
Mulut Shin mendadak kaku saat melihat Maki menangis, bahkan saat ini dia tidak bisa mengatakan apa-apa. Selama ini dia tak pernah berhadapan dengan situasi seperti itu, apalagi jika gadis itu sedang menangis. Kini dia tak tahu mesti berkata atau berbuat apa.
"Kita harus segera ke tempat evakuasi. Pasti banyak warga yang butuh bantuan di sana."
Maki mengejutkan Shin yang dari tadi melamun menatap wajahnya. Dengan segera dia berbalik dengan wajah datar, kemudian mengajak Shin bergegas berlari mengikuti.
Shin pun membuntuti dari dengan benak yang campur aduk. "Pasti perasaannya sangat hancur," gumamnya.
Mereka berdua telah melesat meninggalkan tempat itu naas itu.
-Bersambung-
Hanya butuh satu detik bagi dunia seseorang untuk runtuh. Inilah yang terjadi dalam kasus Hannah. Selama empat tahun, dia memberikan segalanya pada suaminya, tetapi suatu hari, pria itu berkata tanpa emosi ,"Ayo kita bercerai." Hannah menyadari bahwa semua usahanya di tahun-tahun sebelumnya sia-sia. Suaminya tidak pernah benar-benar peduli padanya. Saat dia masih memproses kata-kata mengejutkan itu, suara pria yang acuh tak acuh itu datang. "Berhentilah bersikap terkejut. Aku tidak pernah bilang aku mencintaimu. Hatiku selalu menjadi milik Eliana. Aku hanya menikahimu untuk menyingkirkan orang tuaku. Bodoh bagimu untuk berpikir sebaliknya." Hati Hannah hancur berkeping-keping saat dia menandatangani surat cerai, menandai berakhirnya masanya sebagai istri yang setia. Wanita kuat dalam dirinya segera muncul keluar. Pada saat itu, dia bersumpah untuk tidak pernah bergantung pada belas kasihan seorang pria. Auranya luar biasa saat dia memulai perjalanan untuk menemukan dirinya sendiri dan mengatur takdirnya sendiri. Pada saat dia kembali, dia telah mengalami begitu banyak pertumbuhan dan sekarang benar-benar berbeda dari istri penurut yang pernah dikenal semua orang. "Apa yang kamu lakukan di sini, Hannah? Apakah ini trik terbarumu untuk menarik perhatianku?" Suami Hannah yang selalu sombong bertanya. Sebelum dia bisa membalas, seorang CEO yang mendominasi muncul entah dari mana dan menariknya ke pelukannya. Dia tersenyum padanya dan berkata dengan berani pada mantan suaminya, "Hanya sedikit perhatian, Tuan. Ini istriku tercinta. Menjauhlah!" Mantan suami Hannah tidak bisa memercayai telinganya. Dia pikir tidak ada pria yang akan menikahi mantan istrinya, tetapi wanita itu membuktikan bahwa dia salah. Dia kira wanita itu sama sekali tidak berarti. Sedikit yang dia tahu bahwa wanita itu meremehkan dirinya sendiri dan masih banyak lagi yang akan datang ....
Binar Mentari menikah dengan Barra Atmadja,pria yang sangat berkuasa, namun hidupnya tidak bahagia karena suaminya selalu memandang rendah dirinya. Tiga tahun bersama membuat Binar meninggalkan suaminya dan bercerai darinya karena keberadaannya tak pernah dianggap dan dihina dihadapan semua orang. Binar memilih diam dan pergi. Enam tahun kemudian, Binar kembali ke tanah air dengan dua anak kembar yang cerdas dan menggemaskan, sekarang dia telah menjadi dokter yang berbakat dan terkenal dan banyak pria hebat yang jatuh cinta padanya! Mantan suaminya, Barra, sekarang menyesal dan ingin kembali pada pelukannya. Akankah Binar memaafkan sang mantan? "Mami, Papi memintamu kembali? Apakah Mami masih mencintainya?"
Novel Ena-Ena 21+ ini berisi kumpulan cerpen romantis terdiri dari berbagai pengalaman romantis dari berbagai latar belakang profesi yang ada seperti CEO, Janda, Duda, Mertua, Menantu, Satpam, Tentara, Dokter, Pengusaha dan lain-lain. Semua cerpen romantis yang ada pada novel ini sangat menarik untuk disimak dan diikuti jalan ceritanya sehingga bisa sangat memuaskan fantasi para pembacanya. Selamat membaca dan selamat menikmati!
WARNING 21+‼️ (Mengandung adegan dewasa) Di balik seragam sekolah menengah dan hobinya bermain basket, Julian menyimpan gejolak hasrat yang tak terduga. Ketertarikannya pada Tante Namira, pemilik rental PlayStation yang menjadi tempat pelariannya, bukan lagi sekadar kekaguman. Aura menggoda Tante Namira, dengan lekuk tubuh yang menantang dan tatapan yang menyimpan misteri, selalu berhasil membuat jantung Julian berdebar kencang. Sebuah siang yang sepi di rental PS menjadi titik balik. Permintaan sederhana dari Tante Namira untuk memijat punggung yang pegal membuka gerbang menuju dunia yang selama ini hanya berani dibayangkannya. Sentuhan pertama yang canggung, desahan pelan yang menggelitik, dan aroma tubuh Tante Namira yang memabukkan, semuanya berpadu menjadi ledakan hasrat yang tak tertahankan. Malam itu, batas usia dan norma sosial runtuh dalam sebuah pertemuan intim yang membakar. Namun, petualangan Julian tidak berhenti di sana. Pengalaman pertamanya dengan Tante Namira bagaikan api yang menyulut dahaga akan sensasi terlarang. Seolah alam semesta berkonspirasi, Julian menemukan dirinya terjerat dalam jaring-jaring kenikmatan terlarang dengan sosok-sosok wanita yang jauh lebih dewasa dan memiliki daya pikatnya masing-masing. Mulai dari sentuhan penuh dominasi di ruang kelas, bisikan menggoda di tengah malam, hingga kehangatan ranjang seorang perawat yang merawatnya, Julian menjelajahi setiap tikungan hasrat dengan keberanian yang mencengangkan. Setiap pertemuan adalah babak baru, menguji batas moral dan membuka tabir rahasia tersembunyi di balik sosok-sosok yang selama ini dianggapnya biasa. Ia terombang-ambing antara rasa bersalah dan kenikmatan yang memabukkan, terperangkap dalam pusaran gairah terlarang yang semakin menghanyutkannya. Lalu, bagaimana Julian akan menghadapi konsekuensi dari pilihan-pilihan beraninya? Akankah ia terus menari di tepi jurang, mempermainkan api hasrat yang bisa membakarnya kapan saja? Dan rahasia apa saja yang akan terungkap seiring berjalannya petualangan cintanya yang penuh dosa ini?
"Jang, kamu sudah gak sabar ya?." tanya Mbak Wati setelah mantra selesai kami ucapkan dan melihat mataku yang tidak berkedip. Mbak Wati tiba tiba mendorongku jatuh terlentang. Jantungku berdegup sangat kencang, inilah saat yang aku tunggu, detik detik keperjakaanku menjadi tumbal Ritual di Gunung Keramat. Tumbal yang tidak akan pernah kusesali. Tumbal kenikmatan yang akan membuka pintu surga dunia. Mbak Wati tersenyum menggodaku yang sangat tegang menanti apa yang akan dilakukannya. Seperti seorang wanita nakal, Mbak Wati merangkak di atas tubuhku...
"Tuan, dia masih hidup, apakah perlu saya menabraknya sekali lagi?" "Ya." Raisa yang babak belur dan berlumuran darah mengertakkan giginya saat mendengar perintah suaminya. Raisa dan suaminya tidak pernah melakukan hubungan badan, jadi mereka tidak memiliki anak. Namun, pernikahan mereka yang tanpa anak membuat ibu mertua Raisa menuduhnya mandul. Sekarang, suaminya tidak hanya berselingkuh, tetapi juga mencoba membunuhnya! Suaminya bisa saja menceraikannya, tetapi dia memilih untuk membunuhnya. Raisa yang nyaris lolos dari maut, segera menceraikan suaminya yang kejam dan menikah dengan pria lain segera setelahnya. Suami keduanya adalah orang yang paling berkuasa di kota. Dia bersumpah untuk menggunakan kekuatannya untuk membalas dendam pada mereka yang telah menyakitinya! Pernikahan mereka seharusnya hanyalah sebuah kesepakatan sederhana. Tanpa diduga, ketika semuanya sudah beres, suami barunya meraih tangannya dan memohon, "Mengapa kamu tidak tinggal bersamaku selamanya?"