Hasna terbangun dari tidurnya yang menunjukkan pukul 05.00 kakinya pun beranjak dari kasurnya, untuk menjalankan sholat shubuh setelah itu harus bantu-bantu ibunya memasak dan niatnya juga ia ingin mencari pekerjaan lagi. karena sudah lama ia mencari pekerjaan tapi satu pun belum ada yang menerimanya mungkin belum rezekinya sesudah sarapan orang tuanya ingin membicarakan soal penting padanya mengenai perjodohan.
Hasna terbangun dari tidurnya yang menunjukkan pukul 05.00 kakinya pun beranjak dari kasurnya, untuk menjalankan sholat shubuh setelah itu harus bantu-bantu ibunya memasak dan niatnya juga ia ingin mencari pekerjaan lagi. karena sudah lama ia mencari pekerjaan tapi satu pun belum ada yang menerimanya mungkin belum rezekinya sesudah sarapan orang tuanya ingin membicarakan soal penting padanya mengenai perjodohan.
"apa bu dijodohkan?" Hasna tidak percaya jika dirinya akan dijodohkan dia takut jika suaminya om-om yang sudah mempunyai istri dan anak.
"Iya sayang, kami ingin menjodohkan kamu dengan anak sahabat ayah" ujar ibunya.
"Tapi Bu, aku ingin kerja mencari uang untuk membantu kalian membiayai pengobatan ayah"
"Nak kalo kamu menikah dengannya kita bisa hidup enak gak perlu lagi bekerja"
"Tapi Bu...?" Belum sempat Hasna berbicara ibunya memotong pembicaraann jugaya.
"Please bantu ibu untuk membayar pengobatan ayah"
"Yasudah aku mau Bu demi kalian" lirih Hasna ia tidak bisa berkata-kata apa lagi jika sudah begini.
"Terima kasih nak" mereka memeluk anaknya.
Malam hari ini adalah malam perjodohan mereka berdua yang sudah ditentukan kapan menikahnya, sedangkan lelaki duda itu bersikap tidak perduli dengan perjodohannya yang terpenting dia masih bisa bersama anak-anaknya.
"Mamah" panggil anak kecil yang berada dibelakang lalu Hasna menoleh ke belakang yang melihat seorang anak kecil memanggilnya.
"Mamah?" Pikir Hasna yang kaget menyebut dirinya mamahnya.
"Oh iya has kenalin ini anak Tante Reynand Aditya dan ini cucu Tante namanya Nadhifa nandra Aditya, sedangkan yang satu ini namanya Elsabila nandra aditya ayo Salim sama mamah baru kalian" Tante Maya memperkenalkan anaknya dan cucu-cucunya, pada Hasna ia juga menyuruh cucunya untuk bersalaman tapi Elsa menolaknya untuk bersalaman dengan mamah tirinya.
"Aku dhifa mamah" anak kecil bersalaman dengan Hasna dan memperkenalkan dirinya, sedangkan anak pertamanya tidak mau bersalaman dengannya mungkin dia tidak menerima dirinya sebagai mamah barunya.
"Elsa salaman sama mamah kamu" perintah Tante Maya.
"Sampai kapanpun aku gak mau punya mamah baru, mamahku cuma satu hanya Maira Amarissa mamah kandung ku bukan dia" Elsa menatap tajam ke arah Hasna ia juga tidak tau apa salah dirinya membuat Elsa tidak suka padanya.
"Elsa jaga bicara kamu"
"Seterah kalian mau bela dia atau gak sampai kapanpun aku gak punya mamah seperti dia" Elsa pun meninggalkan mereka semua yang masih berada di sini ia berlari menuju kamarnya.
"Maaf yah dia masih belum terima kalo papahnya menikah lagi" Maya jadi malu dengan semua yang berada disini.
"Iya tidak apa-apa Tante" ucap Hasna dengan tersenyum, ia melihat Reynand hanya diam saja apa dia juga sama seperti anaknya tidak mau menganggap dirinya.
"Reynand ajarkan anakmu"
"Hmm" Hanya itu Reynand menjawabnya karena ia tidak mau menambah masalah lagi dengan orang tutuany
"Mamah mamah" panggil anak kecil itu yang menghampiri Hasna lalu duduk dipangkuannya, Reynand heran kenapa dhifa mudah sekali akrab dengannya perasaan yang dia tau dhifa paling tidak suka dengan orang asing yang belum ia mengenalinya.
"Iya sayang ada apa" tanya Hasna padanya dengan membelai rambutnya yang lembut itu
"Nanti mamah tinggal bareng kita kan" ujar dhifa.
"Pasti dong" balas Hasna dengan tersenyum.
"Jadi bagaimana pernikahannya kapan diadakan" tanya ayah Hasna.
"Hmm gimana dua hari lagi" jawab om Aditya.
"Pah apa gak kecepatan" ujar Reynand.
"Tidak cepat lebih baik dari pada menundanya" balas om Aditya ia tidak bisa berkutik apa lagi jika papahnya yang sudah bicara.
Hari ini adalah hari pernikahan Reynand dan Hasna, mereka berdua akan segera halal. Hasna sedang di Make-upi oleh tukang riasnya.
"Masya Allah kamu cantik banget Nak." Puji Mamah Reynand takjub melihat menantunya lebih cantik setelah di make-up.
"Hehe makasih Mah." Ucap Hasna malu dipuji mertuanya.
"Pasti Reynand suka lihat kamu."
"Apa mungkin Mas Reynand akan suka denganku." Gumam Hasna tidak percaya jika Reynand mengatakan seperti itu.
"Oh, iya Mah. Ijab Qobul dimulainya kapan yah?" tanya Hasna.
"sebentar lagi sayang." Jawab Mamah Reynand.
"Saudara Reynand Aditya saya nikahkan dan saya kawinkan engkau dengan putri saya yang bernama Hasna Khairani Syafina dengan mas kawin emas dengan seberat sepuluh gram dibayar tunai" ucap papah Hasna dengan tangan yang menggenggam erat tangan Reynand seakan mempercayai Reynand untuk menyerahkan Hasna seutuhnya. Sedangkan Hasna sedang menunggu Ijab Qabul dilamarnya.
"Saya terima dan kawinnya Raina Adriana Agatha binti Agatha malik dengan maskawin tersebut dibayar tunai"
Reynand mengucap ijab qobul dengan satu tarikan nafas bersaman dengan kelegaan hati yang lelaki itu rasakan, seakan menerima Raina untuk menjadi tanggung jawab seutuhnya.
"Bagaimana para saksi" tanya penghulu
"SAH" Semua yang hadir menyaksikan prosesi ijab qobul pagi itu, tersenyum senang.
"Alhamdulilah" didalam kamarnya menatap cermin tak percaya jika hari ini statusnya sudah berubah menjadi seorang istri
Hasna mengerjai ketika mendapati pantulan tubuh tinggi Reynand yang berada dibelakang, Hasna celingukan mencari keberadaan Ibunya yang sudah tidak terlihat di kamarnya.
Reynand terdiam menatap pantulan wajah Hasna dicermin dihadapan Hasna yang kini menjadi istrinya, Kevin melangkahkan kakinya mendekati Hasna yang masih menatapnya.
Berdiri tept dibelakang Hasna menatap tepa kedua bola mata hitam lewat cermin besar dihadapan keduanya.
Jantung Hasna berdegup kencang. Belum pernah Hasna berada didalam sebuah ruangan bersama lelaki asing selain Ayahnya, namun kin pertama kalinya Hasna berada dalam kamar bersama lelaki.
Hasna sontak berdiri berhadapan dengan lelaki yang jauh lebih tinggi dari Hasna, Hasna menjaga jarak beberapa meter seakan lupa bahwa kami sudah halal.
"Keluar, semua sudah menunggu." Tegas Reynand tanpa mengucapkan apapun.
"I-iya, Mas." Hasna pikir setelah menikah suaminya akan lebih romantis ternyata tidak sesuai ekspektasinya.
Setelah pernikahan selesai Hasna akan dibawa oleh suaminya untuk tinggal dirumahnya sendiri, sampai didepan rumahnya Hasna tidak percaya jika rumahnya semewah ini seperti layaknya istana saja.
"Keluar" perintah Reynand padanya yang sudah keluar dari mobilnya.
"Mas boleh tolong bawain koperku gak mas" tanya Hasna yang sudah mengambil kopernya di bagasi mobil milik suaminya.
"Buat apa ada tangan kamu, kalo tidak dimanfaatkan" sindir Reynand membuat Hasna menundukkan kepalanya, baru saja menikah suaminya sudah bersikap seperti ini apalagi nanti lebih baik ia bawa sendiri kopernya dari pada ia tambah marah Hasna menggeret kopernya untuk masuk ke dalam rumahnya sampai didalam dhifa teriak memanggilnya.
"Mamah" teriak dhifa padanya langsung saja ia memeluk mamahnya dengan erat sampai dia kewalahan membawa kopernya dan juga memeluk anaknya, iya Sekarang mereka sudah menjadi anaknya Hasna ia harus bersabar menghadapi sikap anaknya dan juga suaminya.
"Mamah tinggal di rumah ini juga kan"
"Iya dong"
"Horeee sekarang aku punya mamah, aku juga gak bakal di ledekin lagi kalo aku gak punya mamah" lirih dhifa.
"Maafkan papah nak gara-gara papah kamu diledekin teman-temanmu" batin Reynand melihat nya kasihan karena anaknya selalu dikucilkan oleh teman-temannya.
"Memangnya siapa yang ledekin kamu" Hasna mengangkatkan kedua alisnya.
"Teman-teman ku mah, mereka selalu meledekku kalo aku ini gak punya mamah dari kecil" ujar dhifa meneteskan air mata dipipinya.
"Kasihan sekali anak ini, pasti dia tidak pernah diberikan kasih sayang oleh mamahnya" gumam Hasna yang perihatin melihatnya .
"Sekarang kamu sudah ada mamah jadi gak boleh nangis lagi yah" Hasna menghapuskan air mata yang mengalir dipipi dhifa.
"Ehemm" membuat keduanya menoleh ke arahnya.
"Saya antarkan ke kamar kamu" Reynand melangkah menuju kamarnya.
"Sayang mamah mau ke kamar dulu yah" dhifa mengangguk kemudian Hasna pun mengikuti langkah suaminya dibelakangnya, tepat didepan kamarnya mereka pun masuk ke dalam.
Bertengkar
"Kamu tidak boleh menyentuh barang-barang milik pribadi saya" Hasna melihat kamarnya yang begitu luas dan juga mewah.
"Iya mas"
"Kamu juga tidak boleh tidur dikasur bersama saya" membuat Hasna syok mendengarnya, kenapa ia tidak boleh tidur bersama padahal mereka sudah halal baginya.
"Kenapa gak boleh mas kita kan sudah halal"
"Karena kasur itu hanya boleh ditempatkan alm. Istri saya jangan ada yang menidurkannya mengerti" jelas Reynand.
"Mengerti mas" Hasna pun menundukkan kepalanya.
"Lalu saya harus tidur dimana mas" Hasna bingung harus tidur dimana jika dirinya tidak boleh tidur di kasurnya.
"Kamu bisa tidur disofa sana" Reynand menunjukkan sofa yang begitu tidak besar.
"Tapi mas badanku bisa pegel kalau tidur di sofa" Hasna melihat sofa yang begitu kecil tidak muat jika dirinya tidur disitu.
"Mau tidur disofa atau di lantai" ujar Reynand
"Yasudah aku tidur dilantai saja" balas Hasna yang membuka kopernya baru saja ingin memasuki pakaiannya ke dalam lemari, tapi Reynand langsung mencegahnya.
"Kamu tidak boleh pakai lemari disini, karena lemari ini hanya khusus saya dan alm istri saya"
"Sabar Has ini ujian" gumam Hasna rasanya ia ingin menyerah saja, tapi mau gimana lagi ini semua demi pengobatan ayah.
"Terus aku taruh dimana mas" tanya Hasna.
"Tidak usah pakai lemari" jawab Reynand lalu meninggalkan dirinya dikamar sendirian.
"Ya Rabb bukakan hati suami hamba agar bisa menerima hamba disini" batin Hasna tiba saja air matanya mengalir dipipinya.
Pagi hari Hasna melaksanakan sholat shubuh dikamarnya ia berniat ingin membangunkan suaminya untuk sholat shubuh tapi ia takut jika suaminya marah lebih baik ia bangunkan, dari pada suaminya tidak sholat shubuh lebih dosa jika tidak dibangunkan kakinya melangkah ke arah kasur kemudian menepuk bahu suaminya untuk bangun tapi ia malah dimarahinya
"Mas bangun sholat shubuh" perlahan-lahan Hasna menepuk bahu suaminya.
"Enghh kamu ngapain kamu disini hah" dengan nada tinggi berbicaranya.
"Ma..aaaaf mas aku cuma bangunin kamu sholat shubuh aja kok" Hasna takut jika suaminya sudah marah.
"Sini biar saya kasih pelajaran, karena kamu telah membangunkan saya pagi-pagi gini" Reynand menarik tangan Hasna dengan kasar sampai menuju kamar mandi ia menjatuhkan tubuh istrinya ke lantai lalu menyalakan showernya, kemudian menjambak hijabnya yang masih ia pakai ja belum siap untuk membuka hijabnya walaupun itu didepan suaminya.
"Sekali lagi kamu mengganggu tidur saya! Saya gak akan segan-segan menyiksa kamu ngerti"
"Ngerti mas" Hasna merapikan hijabnya kembali yang sudah berantakan tadi, lalu suaminya meninggalkan dirinya di kamar mandi dengan air shower yang masih mengalir.
"Ya Rabb kuatkan hamba untuk mempertahankan pernikahan ini" Hasna menggelemkan wajahnya dengan memeluk kakinya.
"Papah" panggil dhifa yang melihat papahnya ada di dapur untuk mengambil minum dikulkas, hari ini benar-benar kezel dengan istrinya lagi enak-enaknya tidur malah dibangunkannya.
"Hey kamu sudah bangun" tanya Reynand melihat anaknya sudah keluar dari kamarnya.
"Udah pah, mamah kemana pah" ujar dhifa.
"Hmm masih dikamar sayang" balas Reynand dengan mendaratkan tubuhnya di kursi makan.
"Papah kok tumben bangunnya pagi banget"
"Gara-gara mamah kamu tuh bangunin papah" adu Reynand pada anaknya.
"Mamah baik yah bangunin papah pagi-pagi gini" Hasna mendekati papahnya lalu duduk di kursi makan menghadap papahnya.
"Mamah maira lebih baik dari pada dia"
"Papah kenapa sih kaya gak suka sama mamah" tanya dhifa.
"Sudah lah lebih baik kamu mandi sana" perintah Reynand.
"Aku maunya dimandiin mamah"
"Jangan manja dhif" sahut Reynand.
"Emangnya aku gak boleh manja sama mamah, aku pengen dimanjakan mamah, sekali seumur hidup aku belum pernah dimanjain oleh mamah kandung ku sendiri"
"Dhifa jangan bahas itu lagi" bentak Reynand ia paling tidak suka jika alm istrinya disebut namanya.
"Papah gak pernah ngertiin aku sama sekali! Aku benci papah" dhifa meninggalkan ruang makan, kakinya berlari ke arah kamar mamahnya untuk mengadu padanya.
"Mamah" teriak dengan mengeluarkan air matanya yang sudah mengalir.
"Ada apa sayang" tanya Hasna yang sudah berganti pakaian tadi, pakaian tadi basah karena oleh suaminya yang menyiram dirinya dengan air shower yang begitu dingin.
"Mamah papah jahat" dhifa memeluk mamahnya dengan erat.
"Kenapa kamu bicara begitu" ujar Hasna yang mengangkat tubuhnya untuk duduk dipangkuannya, dengan memeluk dirinya.
"Masa aku gak boleh dimandiin sama mamah, aku kan pengen dimandiin sama mamah" dhifa mengadu pada dirinya jika papahnya melarang untuk dimandikan olehnya.
"Papah itu sayang sama kamu kok" Hasna mengusap rambut anaknya menasihati bahawa papahnya sayang pada dirinya.
"Kalo papah sayang sama aku, dia gak bakal bentak aku mah"
"Sudah yah jangan nangis lagi nanti cantiknya hilang loh" Hasna menghapuskan kedua air matanya yang mengalir dipipinya
"Ayo sini mah mandikan mau" tawaran Hasna pada anaknya dengan membelai rambut kepalanya
"Mau mah" sorak gembira dhifa
"Kalo kaya gini kan cantik" ujar Hasna
In a boarding school full of rules, Sara, a girl from a rich family, feels the pressure of a life she never imagined. Forced to pursue religious knowledge, he plans an escape from the boarding school which he considers to be an obstacle to freedom. However, meeting Ustadz Rafi, a strict teacher, changed everything. Harsh punishments are meted out, leading Sara on an arduous journey, where her character is tested and life's deeper values begin to dawn on her. In this story, trials and conflicts open the door to personal growth and understanding of the true meaning of life.
gimana sih punya bos yang suka ngeselin banget selalu ganggu kehidupan kita jadi gak bisa tenang seperti Tasya yang selalu digangguin oleh bossnya yaitu pak Revan dia adalah seorang CEO yang menggantikan posisi Ayahnya untuk mengurusi semua perusahaannya
gimana sih punya bos yang suka ngeselin banget selalu ganggu kehidupan kita jadi gak bisa tenang seperti Tasya yang selalu digangguin oleh bossnya yaitu pak Revan dia adalah seorang CEO yang menggantikan posisi Ayahnya untuk mengurusi semua perusahaannya
Seseorang adik ipar yang bernama Nur Naila Habibah yang akan menjadi istri suaminya sendiri seorang kakak yang memaksa adiknya untuk menjadi istri suaminya karena dia mandul dan tidak akan bisa memberikan suaminya keturunan maka dari itu istrinya menyuruh suaminya menikah lagi dengan adiknya Mereka juga tidak tau jika mereka berdua bukan saudara kandung Naila bukan anak umi Aisyah tapi Naila anak Azizah dia adalah sahabat uminya Hanifah Menurut Naila dia tidak pantas menikah dengan kakak iparnya karena dia seorang bad girl yang bikin ulah dikampusnya dia beda dengan kakaknya dia masih pakai baju ketat dan belum berhijab sedangkan Raihan dia seorang dosen dia mengajar Agama di tempat kuliahnya Naila Apakah Naila setuju permintaan kakaknya atau dia menolaknya?
Gimana sih punya bos yang suka ngeselin banget selalu ganggu kehidupan kita jadi gak bisa tenang seperti Tasya yang selalu digangguin oleh bossnya yaitu pak Revan dia adalah seorang CEO yang menggantikan posisi Ayahnya untuk mengurusi semua perusahaannya
21++ BANYAK ADEGAN BERBAHAYA TIDAK UNTUK DITIRU! "Kamu hamil!" ucap Ayden, kekasih Delisha. "A-apa?" tanya Delisha polos. "Kamu hamil!" tegas Ayden lagi. "T-tapi." "Kita sering melakukannya, dan kita main tanpa pengaman." "J-jadi?" "Aku mau putus! Terserah mau diapakan anak itu, umurku masih 16 tahun. Aku mau bebas." Ayden meninggalkan Delisha yang mematung, tidak tahu apa yang harus ia lakukan, dan apa yang akan ia hadapi ke depan disaat usianya masih sangat belia 14 tahun.
Karin jatuh cinta pada Arya pada pandangan pertama, tetapi gagal menangkap hatinya bahkan setelah tiga tahun menikah. Ketika nyawanya dipertaruhkan, dia menangis di kuburan orang terkasihnya. Itu adalah pukulan terakhir. "Ayo bercerai, Arya." Karin berkembang pesat dalam kebebasan barunya, mendapatkan pengakuan internasional sebagai desainer. Ingatannya kembali, dan dia merebut kembali identitasnya yang sah sebagai pewaris kerajaan perhiasan, sambil merangkul peran barunya sebagai ibu dari bayi kembar yang cantik. Arya panik ketika pelamar yang bersemangat berduyun-duyun ke arah Karin. "Aku salah. Tolong biarkan aku melihat anak-anak kita!"
"Kau pikir aku mau menjadi istrimu?" Rose tertawa mencemooh. "Not in milions time." "Ya, Rose. Kau akan menggantikan Rosa! Aku tidak butuh dirimu menjadi istriku karena aku hanya perlu kau berdiri di sana menggantikan Rosa!" Ucapan Robert penuh penekanan. "Kau tahu apa yang terjadi jika menolakku? Pertama, aku akan menjaukan Kenzie dari jangkauanmu, kedua, aku akan membuat Romeo ayahmu di deportasi, ketiga, aku akan menjual dirimu ke rumah bordil!"
Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?
Setelah malam yang penuh gairah, Viona meninggalkan sejumlah uang dan ingin pergi, tetapi ditahan oleh sang pria. "Bukankah giliranmu untuk membuatku bahagia?" Viona, selalu menyamar sebagai wanita jelek, tidur dengan om tunangannya, Daniel, untuk melarikan diri dari pertunangannya dengan tunangannya yang tidak setia. Daniel adalah sosok yang paling dihormati dan dikagumi di kota. Kabar tentang petualangan romantisnya beredar, beberapa mengatakan mereka melihatnya mencium seorang wanita di dinding dan yang lain menyebutnya gosip. Siapa yang bisa menjinakkan hati Daniel? Kemudian, yang mengejutkan, Daniel ketahuan membungkuk untuk membantu Viona mengenakan sepatu, semata-mata demi mendapatkan ciuman darinya!
"Tanda tangani surat cerai dan keluar!" Leanna menikah untuk membayar utang, tetapi dia dikhianati oleh suaminya dan dikucilkan oleh mertuanya. Melihat usahanya sia-sia, dia setuju untuk bercerai dan mengklaim harta gono-gini yang menjadi haknya. Dengan banyak uang dari penyelesaian perceraian, Leanna menikmati kebebasan barunya. Gangguan terus-menerus dari simpanan mantan suaminya tidak pernah membuatnya takut. Dia mengambil kembali identitasnya sebagai peretas top, pembalap juara, profesor medis, dan desainer perhiasan terkenal. Kemudian seseorang menemukan rahasianya. Matthew tersenyum. "Maukah kamu memilikiku sebagai suamimu berikutnya?"