/0/3241/coverbig.jpg?v=78bc29c00ac71bf47c685b883cc7eb9c)
Catherine dan Figo saudara sepupu dari Mama dan Mommy. Siapa sangka kalau Papa dan Daddy sudah menjodohkan mereka bahkan sejak masih SMP. Bukan hanya secara lisan, ternyata mereka sudah sama-sama membuat surat wasiat perjodohan sebelum mereka meninggal dunia. Padahal, tanpa sepengetahuan Mommy, Figo sudah menikah dengan Hakaci dan sekarang tengah mengandung Buah Cinta Mereka. Sedangkan Catherine, walaupun belum menikah tapi sudah bertunangan dengan Prima. Pertunangan yang dirahasiakan karena ingin memberikan surprise di hari ulang tahun Mama beberapa bulan lagi. Bagaimana kisah perjuangan Catherine dan Figo dalam menolak perjodohan mereka? Bagaimana juga dengan Hakaci dan Prima? Yuk, simak sampai tamat?
Tidak seperti biasanya, Mama sudah menunggu di gazebo sewaktu aku pulang dari kampus. Meskipun aneh tapi tetap saja merasa tersanjung dan langsung berjalan mendekat, setelah memarkir mobil persis di samping garasi. Sengaja tidak memasukkannya ke garasi karena sebentar lagi mau pergi lagi, ke toko buku. Ini, pulang sebentar untuk mengambil buku memo yang tertinggal di kamar. Aku mencatat semua buku yang mau kubeli di sana. By the way kapan lagi kan, Mama yang super duper sibuk dua puluh empat jam itu menyambut kepulanganku seperti ini?
"Hai Sayang!" Mama menyapaku dengan kelembutan dan kehangatan yang berjuta-juta kali lipat dari biasanya, "Sudah dari tadi lho, Mama nungguin kamu! Kok, lama banget tadi ke kampusnya?"
Sebenarnya aku deg-degan juga mendengar pertanyaan Mama yang seperti itu tapi jujur, takut untuk membuat kesimpulan. Maksudku, di kamar aku punya schedule board yang cukup besar, sebesar papan tulis di kampus dan kami memakunya dengan tembok di samping pintu kamar bagian dalam. Artinya, setiap kali Mama masuk ke kamar, pasti dia bisa melihat schedule board itu dengan jelas. Well, aku juga menulisnya dengan tulisan yang tidak bisa dikatakan kecil, kok. Sekitar tiga puluh lah kalau misalnya diketik di 'document'. Masa, Mama tidak tahu? Ummm, atau malah belum masuk ke kamarku sama sekali, hari ini?
CATHERINE'S MONDAY
Pagi: Kampus
Siang: Toko buku
Sore: Rumah Ranti
Malam: Di rumah sampai pagi
Nah, sudah jelas dan detail kan, aku menulis jadwal hari ini? Wuaaahhhh, jangan-jangan benar, Mama belum marambah kamarku sama sekali? Ckckckck, benar-benar SBM. Super Busy Mama.
"Maaf Ma, tadi aku ke toko buku dulu. Ini pun bukunya belum terbeli, catatan judul sama penulisnya ketinggalan di kamar." kataku menjelaskan sambil menyalami Mama yang tersenyum penuh pengertian, "Ada apa, Ma?"
Melihat raut wajah Mama yang berbinar-binar seperti itu, rasanya penasaran juga. Jadi, walaupun harus segera kembali ke toko buku, aku menyempatkan diri untuk bertanya. Prinsipku, penasaran adalah penyakit yang paling ganas dalam jiwa manusia. Minimal, menimbulkan penyakit hati yang bernama kepo dan itu bisa berakibat fatal. Salah satunya insomnia, sungguh. Kalau tidak percaya, buktikan saja sendiri. Hehe. Oke, jadi mengingat betapa bahayanya sesuatu yang bernama penasaran itu, takkan kubiarkan diri ini mengalaminya dalam jangka waktu lebih dari sepuluh menit.
"Ada apa, yaaa?" tanya Mama menggoda sambil menggoyang-goyangkan kepalanya yang terlihat lucu, "Pingin tahu aja atau pingin tahu bangeeet, tuuuh?"
Mama tertawa cekikikan setelah itu, membuat rasa penasaran dalam diriku kian membesar dan mengeras. Bukan apa-apa. Masalahnya, semenjak Papa meninggal tiga setengah tahun yang lalu, baru kali ini aku melihat Mama sebahagia ini. Sumpah, aku sampai berpikir, jangan-jangan Mama jatuh cinta lagi? Ingin menikah lagi? Ya, yaaahhh, meskipun tidak rela kalau hal itu terjadi, sih. Who knows?
"Ya, pingin tahu banget lah, Ma!" jujur, aku menjawab, "Ada apa sih, Ma?"
Saat ini Mama tersenyum simpul, menyelam hingga ke dasar bola mataku yang perlahan-lahan menjadi berair dan hangat, membuat seluruh tubuh ini merinding ngeri. Entah mengapa, rasa-rasanya kecurigaanku tadi mendekati kebenaran kalaupun tidak bisa dikatakan benar, Mama jatuh cinta lagi. Jadi, dia menjajaki perasaan dan penerimaanku terhadap pria pilihan hatinya. Ah, belum-belum aku sudah ill feel. By the way punya papa tiri itu seperti apa, sih? Semenakutkan berita-berita yang sering kubaca di media sosial atau tidak? Semenyakitkan itu kah?
"Catherine Alexandra!" panggil Mama dengan nada kesal sambil mengguncang-guncangkan pundakku, "Kok, malah bengong, sih?"
Geragapan, aku menyorot penuh mata Mama dengan mata yang semakin menghangat, "Eh enggg ummm maaf, Ma?"
Sekian detik kemudian, aku berusaha untuk menghalau kecurigaan dan ill feel yang tadi sempat mengikis ketenangan hati. Lebih baik mendengarkan dulu apa yang akan Mama sampaikan. Menyimak dengan sebaik-baiknya, apapun itu.
"Iya udah, udah dimaafin. Tapi kamu janji ya sama Mama, jangan suka bengong lagi ya, Sayang?" Mama menyahut tulus, "Kalau kamu suka bengong gini kan, Mama jadi khawatir, Catherine?"
Refleks, aku menggeleng-gelengkan kepala, meyakinkan Mama, "Nggak kok, Ma. Aku nggak suka bengong lagi. Mungkin tadi itu karena belum jadi ke toko buku!"
Baik Mama maupun aku sama-sama tersenyum setelah itu, senyum lebar yang berujung pada tawa kecil. Kami memang begini kalau sedang berdua. Saling menghadiahi senyum atau tertawa kecil bersama-sama. Kalau tidak, bercanda atau berbincang-bincang dari hati ke hati. Sebenarnya ini kebiasaan baru, sih. Terutama setelah aku mulai kuliah, tiga tahun yang lalu. Menurutku, bukan hanya karena itu saja sih tapi juga karena Papa meninggal dunia. Well, mungkin Mama bangga karena aku diterima kuliah di Fakultas Kedokteran Umum universitas negeri yang terkenal di Yogyakarta. Tapi meninggalnya Papa juga faktor yang cukup besar untuk Mama memberikan perhatian lebih padaku. Buktinya, setelah itu Mama menambah waktu untuk Family Time. Bukan hanya weekend tapi juga di sela-sela waktunya bekerja sebagai ahli gizi di rumah sakit-rumah sakit besar di seluruh pelosok Negeri.
"Catherine?" panggil Mama dengan nada serius setelah tertawa kami terhenti secara alami dan tanpa menunggu aku menyahut dia melanjutkan, "Kamu sudah besar sekarang, sudah saatnya kamu tahu ...!"
Dug!
Begitulah bunyi detak jantungku setelah mendengar kata-kata pembuka Mama. Sudah besar, sudah saatnya aku tahu? Hei, what is that? Huaaa, benar kan, kecurigaanku tadi? Mama pasti mau menikah lagi kan, yang berarti akan ada seseorang yang bernama papa tiri dalam hidupku? Ya ampuuun! Kenapa harus sekarang, sih? Di saat aku sedang serius dan fokus menyusun TAS. Tugas Akhir Skripsi. Kenapa tidak besok saja, setelah aku lulus dan menikah dengan Prima. Jadi kan, sudah ada seseorang yang menjaga dan melindungiku? Eh! Tapi kan, Mama belum tahu soal hubunganku dengan Prima?
"Kamu kenapa, Sayang?" alih-alih melanjutkan penjelasannya, Mama justru bertanya padaku, "Kamu nggak apa-apa kan, Catherine? Ayo cerita sama Mama, ada apa, Sayang? Ada masalah apa, hemmm?"
Kali ini aku merasa Mama benar-benar perhatian jadi aku memberanikan diri untuk mengungkapkan isi hati dengan jujur, sejujur-jujurnya. Perlahan-lahan namun pasti aku menyusun kata-kata agar tidak menyinggung atau malah menyakiti hati Mama. Bagaimana pun kan, Mama itu harta kekayaan yang paling berharga dalam hidupku. Di bawah telapak kakinya, Allah ciptakan Surga.
"Mama?"
"Iya, Sayang?"
"Aku nggak keberatan kalau enggg Mama enggg misalnya Ma---"
"Walah, kamu kenapa sih Sayang, kok malah ang eng ang eng. Bicaralah yang jelas, yang tenang. Mama nggak apa-apa, kok."
Sejenak, aku memindai kejujuran kata-kata Mama, "Mama jangan nikah dulu ya, kalau aku belum lulus kuliah?"
Bukannya menanggapi, Mama malah tertawa terpingkal-pingkal, terjungkal-jungkal. Jujur, aku jadi kikuk dan bingung tapi mendadak kehabisan kata-kata. Speechless.
"Catherine, Catherine!" kata Mama sambil menyeka air matanya yang merembes, "Lha yang mau nikah itu siapa? Hahahaha. Cinta Mama cukup untuk Papa seorang, Sayang. Cinta sehidup semati, dunia akhirat. Hahahaha ... Catherine, ada-ada saja?"
Rikuh sekaligus malu, aku bertanya, "Jadi, ada apa, Ma?"
Mama tersenyum simpul, manis sekali. Senyum yang mempertegas gambaran kebahagiaan yang terpancar penuh di wajahnya, "Catherine, dengerin baik-baik, ya?"
Dalam kebingungan sekaligus ketakutan yang mendera, aku mengangguk lalu tanpa menunggu detik-detik berganti, Mama mengatakan, "Sebenarnya, Papa dan Daddy sudah menjodohkan kamu sama Figo!"
Haaa, whaaat?
"Aku, nggak bisa menaklukkan hati Mas Giga? Ih, lebih baik jerawatan di sekujur tubuh. Kalau perlu, kalian jangan panggil aku dengan nama Prameswari lagi. Catat baik-baik ya, kalau sampai aku gagal mendapatkan cinta Mas Giga, kalian boleh memanggilku dengan nama Mytha, selama-lamanya." (Prameswari) "Jujur, aku mulai jatuh cinta sama Mytha. Tapi kan, aku sudah punya Peony. Kami sudah menikah dan sekarang sedang mengandung anak pertama kami. Apa nggak dosa, kalau aku menuruti langkah cinta ini menuju hati Mytha?" (Giga) "Apa, Mytha? Jadi, itu yang namanya Mytha? Kok, kayaknya aku nggak asing banget, ya? Siapapun dia, awas saja kalau sampai macam-macam sama Mas Giga. Aku nggak akan segan-segan untuk memberinya pelajaran berharga. Lagian, kenapa sih Mas Giga harus deket-deket sama dia? Sudah punya istri, juga. Nggak inget apa, kalau aku lagi hamil?" (Peony) PRAMESWARI, mengisahkan tentang perjalanan hidup seorang puteri Kiai Sepuh di sebuah Pondok Pesantren yang kabur dari rumah, karena menolak untuk dijodohkan. Padahal, Abah menjodohkannya dengan Ustadz Rayyan yang mengajar Tahfidz Al-Qur'an di Pondok Pesantren abahnya. Ada apa dengan Ustadz Rayyan, mengapa Prameswari menolak perjodohan mereka? Apa karena Mas Eiden yang telah berhasil merenggut seluruh hatinya? Kepada siapakah akhirnya cinta Prameswari berlabuh? Seberapa lama dia mampu bertahan dengan kehidupan kota Yogyakarta yang pahit-pahit manis? Bagaimana dengan Abah dan Ummi? Apakah akhirnya mereka bisa menerima Prameswari kembali setelah dulu menyakiti hati mereka? Bagaimana dengan Giga? Apakah dia benar-benar jatuh cinta pada Mytha yang seorang Ladies Club? Jika benar, apa yang membuatnya jatuh cinta, sedangkan sudah ada Peony dalam hidupnya? Bukan hanya itu, bahkan mereka sedang menantikan kelahiran sang Buah Hati. Apakah tidak membahayakan rumah tangga mereka? Siapakah sebenarnya Peony? Mengapa dia merasa pernah mengenal Mytha dan bagaimana tanggapannya setelah tahu siapa Mytha yang sebenarnya? Apakah akhirnya dia rela, Giga membagi separuh hatinya untuk Mytha? Selamat membaca, ya? (Humairah Samudera)
Sumpah! Jika tak mengingat Eiffel, aku pasti sudah menceraikan Yumiko. Bukan, bukan karena penyakitnya yang tak kunjung sembuh. Kalau masalah itu, aku masih bisa menerimanya meskipun berat dan sulit. Masih sanggup bertahan lah, jika dibandingkan dengan kenyataan pahit yang baru saja menamparku dengan sangat keras. Bayangkanlah! Aku tahu dari Fellicia, sahabat dekat Yumiko kalau ternyata dia itu adalah kupu-kupu malam. Wanita penghibur. Kalian tahu, kan? Ah! Rasanya seperti terkepung dalam kobaran api yang begitu besar. Mau menerjang ke luar, tak cukup nyali tapi untuk bertahan di dalam adalah sesuatu yang mustahil. Hei, suami mana sih yang tidak sakit hati jika dibohongi seperti ini? Bukan hanya itu, sejujur-jujurnya aku sangat kecewa. Marah, murka dan ingin mencabik-cabiknya sampai menjadi daging cacah. Selama ini, dia terlihat baik-baik saja, lho. Penyabar, penurut dan setia. Tapi kalau seperti itu kenyataan yang sebenarnya, untuk apa? Lebih baik tak pernah bertemu untuk selama-lamanya. Apa, apa dia pikir dengan penyakitnya yang semakin hari semakin parah itu aku akan iba? Tidak! Salah sendiri, siapa suruh menyemai benih luka? Satu lagi, kalau dia membohongi aku itu berarti juga membohongi Mama, Papa dan Mbak Galuh. Apalagi selama ini mereka sangat menyayangi Yumiko. Duh, sungguh tak berani membayangkan bagaimana reaksi Mama kalau tahu kenyataan ini? Pasti sangat terluka karena dia yang telah memperkenalkan kami untuk pertama kalinya dulu. Mama juga yang mendekatkan kami sehingga akhirnya membina rumah tangga seperti sekarang ini. Ah! Terlalu panjang ceritanya, tak bisa kutuliskan semuanya di sini. Yang jelas, jika apa yang dikatakan Fellicia itu benar, aku tak sudi lagi hidup bersamanya. Cukup sampai di sini saja. Titik.
Arga adalah seorang dokter muda yang menikahi istrinya yang juga merupakan seorang dokter. Mereka berdua sudah berpacaran sejak masih mahasiswa kedokteran dan akhirnya menikah dan bekerja di rumah sakit yang sama. Namun, tiba-tiba Arga mulai merasa jenuh dan bosan dengan istrinya yang sudah lama dikenalnya. Ketika berhubungan badan, dia seperti merasa tidak ada rasa dan tidak bisa memuaskan istrinya itu. Di saat Arga merasa frustrasi, dia tiba-tiba menemukan rangsangan yang bisa membangkitkan gairahnya, yaitu dengan tukar pasangan. Yang menjadi masalahnya, apakah istrinya, yang merupakan seorang dokter, wanita terpandang, dan memiliki harga diri yang tinggi, mau melakukan kegiatan itu?
WARNING 21+ Harap bijak dalam memilih bacaan. Angel memiliki seorang ayah tiri yang tampan rupawan, dia sangat menyayangi ayah tirinya seperti ayah kandungnya sendiri. namun seiring berjalannya waktu, rasa sayang Angel pada ayah tirinya berubah menjadi perasaan lain. Apa yang harus dia lakukan saat suatu malam ayah tirinya datang padanya dalam keadaan mabuk dan menyatakan perasaannya? apalagi, Angel tidak kuasa menahan godaan ayah tirinya dan berakhir tidur bersama. Ibu Angel yang mengetahui ada gelagat aneh dari suaminya terhadap Angel, mulai mengakui hal yang membuat Angel sangat terkejut. Ayah tirinyalah yang menyebabkan ayah kandung Angel meninggal. Apa yang harus Angel lakukan?
Cerita ini hanya fiksi belaka. Karanga author Semata. Dan yang paling penting, BUKAN UNTUK ANAK2. HANYA UNTUK DEWASA. Cinta memang tak pandang tempat. Itulah yang sedang Clara rasakan. Ia jatuh cinta dengan ayah tirinya sendiri bernama Mark. Mark adalah bule yang ibunya kenal saat ibunya sedang dinas ke Amerika. Dan sekarang, ia justru ingin merebut Mark dari ibunya. Gila? Tentu saja. Anak mana yang mau merebut suami ibunya sendiri. Tapi itulah yang sekarang ia lakukan. Seperti gayung bersambut, Niat Clara yang ingin mendekati Mark diterima baik oleh pria tersebut, apalagi Clara juga bisa memuaskan urusan ranjang Mark. Akankah Clara berhasil menjadikan Mark kekasihnya? Atau lebih dari itu?
Setelah dua tahun menikah, Sophia akhirnya hamil. Dipenuhi harapan dan kegembiraan, dia terkejut ketika Nathan meminta cerai. Selama upaya pembunuhan yang gagal, Sophia mendapati dirinya terbaring di genangan darah, dengan putus asa menelepon Nathan untuk meminta suaminya itu menyelamatkannya dan bayinya. Namun, panggilannya tidak dijawab. Hancur oleh pengkhianatan Nathan, dia pergi ke luar negeri. Waktu berlalu, dan Sophia akan menikah untuk kedua kalinya. Nathan muncul dengan panik dan berlutut. "Beraninya kamu menikah dengan orang lain setelah melahirkan anakku?"
Setelah diusir dari rumahnya, Helen mengetahui bahwa dia bukanlah putri kandung keluarganya. Rumor mengatakan bahwa keluarga kandungnya yang miskin lebih menyukai anak laki-laki dan mereka berencana mengambil keuntungan dari kepulangannya. Tanpa diduga, ayah kandungnya adalah seorang miliarder, yang melambungkannya menjadi kaya raya dan menjadikannya anggota keluarga yang paling disayangi. Sementara mereka mengantisipasi kejatuhannya, Helen diam-diam memegang paten desain bernilai miliaran. Dipuji karena kecemerlangannya, dia diundang menjadi mentor di kelompok astronomi nasional, menarik minat para pelamar kaya, menarik perhatian sosok misterius, dan naik ke status legendaris.
Warning !! Cerita Dewasa 21+.. Akan banyak hal tak terduga yang membuatmu hanyut dalam suasana di dalam cerita cerita ini. Bersiaplah untuk mendapatkan fantasi yang luar biasa..