Chika Nada Juwita, si gadis bertubuh gempal imut dan ceria, jatuh cinta kepada teman satu kelasnya bernama Kevin Devano. Siswa pindahan yang super dingin, angkuh, dan juga sangat perfeksionis. Kevin mempunyai selera yang tinggi terhadap wanita. Meski begitu Chika tak pernah menyerah dan terus berjuang untuk mendapatkan hati Kevin. Lalu akankah Chika berhasil mendapatkan hati Kevin?
Jam menunjukkan pukul 07:00, tampak hiruk pikuk siswa dan siswi Pertiwi yang masih berada di luar kelas.
Jam masuk belajar dimulai 07:30, masih ada waktu untuk berada di luar kelas untuk saling mengobrol dan bercanda atau sekedar, mengerjakan, pekerjaan rumah yang belum selesai.
Suasana di dalam kelas pun juga tak kalah gaduh, terutama di kelas 11A, tempat di mana Chika berada.
Namanya Chika Nada Juwita, atau yang akrab disapa Chika, gadis tambun dengan wajah imut dan memilik mata bulat sempurna dipenuhi bulu-bulu lentik yang memperindah tatapannya. Dia terkenal sebagai gadis ceria, cerdas, baik dan humoris.
Dia juga memiliki seorang sahabat karib yang bernama Cindy, si gadis mungil, yang tak kalah manis dan bahkan teman-temannya mengatakan jika Cindy memiliki wajah yang mirip boneka barbie.
"Eh, Chika, PR-nya udah kelar belum? Kalau udah pinjem dong!" ucap Cindy sahabat karib Chika.
"Udah dong! Cindy mau nyontek ya?" tanya Chika.
"Iya dong! Masa enggak!" sahut Cindy penuh percaya diri.
"Ok, boleh, tapi ...."
"Tapi apa?'
"Biasa, pajak mana pajak?!"
"Ok, siap!"
Cindy mengeluarkan isi dalam tasnaya yang terdapat, dua bungkus besar keripik kentang dan juga satu buah permen lollipop.
"Ehem, ini aja nih?" lirik Chika dengan sinis.
"Diskon dong, Chika, 'kan sama sahabat," keluh Cindy.
"Ok, deal!" sahut Chika dengan yakin.
***
Lalu kita kembali ke bagian luar kelas.
Suasana yang sangat gaduh itu tiba-tiba menjadi senyap, saat seorang siswa baru bertubuh atletis, tampan, berwibawa dan terlihat dingin memasuki area sekolah.
Seluruh mata tertuju kepadanya, semua mematung tak bergeming, seolah sedang terkena sihir es dari Elsa.
"Woy! Kaum hawa! Kenapa sih pada cengo?! gua juga siswa baru kali! Tapi kok kalian enggak terpesona dengan ketampanan gue sih!?" oceh Jono, siswa baru satu minggu dan tidak diperhatikan di sekolah Pertiwi.
Tapi ocehan dan keluhan Jono sama sekali tak digubris oleh para siswi Pertiwi yang sudah terkontaminasi oleh paras ganteng dari si anak baru itu.
"Oh my God, hidungnya mancung banget,"
"Ih, ya ampun, matanya tajam banget,"
"Ya, Gusti! Itu manusia apa bukan, ganteng banget,"
"Parah ...."
Ucap spontan para gadis yang sedang jatuh cinta masal pada pandangan pertama.
Dan siswa baru itu pun masih tetap dengan ekspresi dinginnya.
Lalu berjalan memasuki kelas 11 A, kelas di mana Chika berada.
Dengan langkah tegap dan sedikit hembusan angin yang menerpa rambut dengan gaya undercut-nya, menambah kadar kegantengan pria itu naik 2 kali lipat.
Suasana kalas pun langsung berubah menjadi senyap, ketika seorang pangeran masuki kelas.
Kaum hawa seolah terhipnotis, tak terkecuali dengan Chika.
Tak sadar dia sampai menjatuhkan kripik kentang yang ada di pelukannya, karna pandangan dan otaknya yang terfokus kepada pria itu.
Dan dari belakang muncul Bu Maya, selaku wali kelas mereka, dan beliau pun memperkenalkan siswa baru itu.
"Ayo semuanya, tolong diam ya!" ucapnya. Tapi Bu Maya merasa ada yang aneh, karna memang sejak awal dia masuk para murid-muridnya itu juga sudah terdiam, tak biasanya mereka seperti ini. Padahal biasanya suasana kelas menjelang masuk keadaannya akan ramai sekali mirip PRJ. (Pekan Raya Jakarta)
"Ah, baiklah, Kevin. Tolong perkenalkan diri sekarang ya," pinta Bu Maya.
Kevin mengangguk sesaat lalu dia memperkenalkan dirinya.
"Halo, nama saya Kevin Devano, saya pindahan dari SMA Santosa Jaya, salam kenal." Masih dengan wajah dinginnya.
"Sudah cukup perkenalannya, Kevin?"
"Sudah, Bu." Jawabnya singkat.
"Baik, sekarang silakan cari tempat duduk yang kosong, mungkin di -" ucapan Bu Maya terputus.
Karna pandangan Bu Maya teralihkan oleh para anak-anak perempuan yang nyaris tidak berkedip.
Padangan mirip zombi itu terus tertuju kearah Kevin yang masih dingin dan nyaris tak berekspresi.
Tak terkecuali dengan Chika. Jantungnya berdetak sangat kencang dan pipinya yang cabi mendadak memerah.
Tak sadar dari bibirnya mengembang dan sebuah senyuman pun terukir.
"Ya ampun gantengnya," ucap spontan Chika.
Seketika Chika memantapkan bahwa hari ini dia sudah menemukan cinta pertamanya. Tentu dia tidak mau menyia-nyiakan perasaan berharganya ini.
"Cindy! Cepet pergi," bisik Chika di telinga Cindy.
"Loh, kenapa? Kan Cindy pengen duduk sama Chika, kita best friends, 'kan?" tanya Cindy.
"Cindy, please, ini demi masa depan percintaan gue,"
"Hah?!"
Duak!
Cindy pun terjengkang, dan terpaksa pindah dari tempat duduknya.
"Maaf ya, Cindy, Chika terpaksa nendang Cindy,"
"Chika, jahat!"
"Ssst, jangan berisik, nanti Chika beliin coklat yang gede buat, Cindy," lirih Chika.
"Janji,"
"Iya, Janji," Chika mengangkat dua jari.
Dan terpaksa Cindy pindah ke bangku sebelah yang saat ini tengah kosong.
Sementara Chika langsung mengeluarkan kaca kecil berbentuk permen lollipop, lalu dia pun bercermin dan merapikan rambutnya, terutama di bagian poni mangkuk kebanggannya.
"Ah, udah cantik, Chika memang udah imut dari lahir, semangat Chika!" ucapnya penuh percaya diri lalu dia menaruh kembali kaca kecil itu ke dalam tasnya. Dan dia langsung mengelap bangku di sampingnya setelah itu tersenyum penuh percaya diri menyambut kedatangan Kavin yang berjalan ke arahnya.
Tapi bukannya duduk di sebelah Chika, Kevin malah memilih duduk di bangku belakang Chika, tepat di sebelahnya Bejo.
'Yah, kok malah duduk di situ sih,' keluh Chika di dalam hati.
Chika pun menengok ke belakang dan memandang wajah Kevin dengan tatapan ngenes.
'Ada Chika yang imut ini, tapi malah pilih duduk di samping Bejo yang suka ngupil,' bicaranya di dalam hati. Dan masih dengan tatapan ngenesnya.
Masih dengan wajah tanpa ekspresi Kevin pun duduk di sebelah Bejo, yang sejak tadi masih bersembunyi di balik buku tulisnya.
Karna melihat di samping ada Kevin, Bejo pun langsung membuka buku yang menutup wajahnya itu.
Dengan jari telunjuk kiri yang masih berada di dalam lubang hidungnya, Bejo tersenyum tak berdosa sambil mengulurkan tangan kananya.
"Halo teman baru, perkenalkan, nama gue Bejo, cowok ganteng yang selalu di gibahin cewek-cewek 11A," ucapnya penuh percaya diri.
Kevin pun langsung melirik ke arah Bejo, dan melihat Bejo dengan tatapan datar sambil mengangkat sedikit ujung alisnya.
Rupanya Kevin geli melihat tangan Bejo yang masih ada ... ah, lupakan ....
Dan akhirnya Kevin enggan meraih tangan Bejo. Dia hanya menyebut namanya dengan singkat.
"Nama gue Kevin."
"Wah, nama yang keren, Bro!" Bejo menepuk pundak kevin dengan tangannya yang bekas ... yaitulah pokoknya.
Dengan penuh kekhawatiran Kevin melirik kearah pundaknya sendiri. Dia mulai merasa ketakutan akan terkena ranjau dari Bejo, yang bisa saja menodai baju seragamnya yang baru itu.
"Senangnya, akhirnya ada juga yang mau duduk sebangku sama gue haha haha hahh uhuk uhuk uhuk!"
Kevin kembali mengernyitkan keningnya sambil menutup mulut dan sedikit menjauhkan diri dari Bejo.
Dia menyesal sudah memilih duduk di bangku ini, padahal dia memilih bangku ini karna ingin menghindar dari Chika yang di matanya terlihat jelas sedang tertarik dengannya. Kevin sangat hafal bagaimana ekspresi para kaum hawa yang sedang jatuh cinta pada pandangan pertama kepadanya. Karna di sekolahan lamanya, dia adalah seorang idola yang selalu dikejar-kejar oleh para wanita.
Dengan tidak duduk satu bangku bersama Chika dia pikir hidupnya selama berada di kelas akan baik-baik saja dan aman serta tenteram.
Tapi nyatanya tidak, karna duduk bersama Bejo adalah sebuah musibah, yang tidak akan pernah bisa membuatnya nyaman berada di kelas. Sebab dia harus menjaga jarak, dan harus berhati-hati, agar tidak terkena ranjau-ranjau yang dipasang oleh si Bejo.
Dan kalau dipikir-pikir lagi, mungkin akan lebih baik dia duduk dengan Chika, si cewek tambun yang berpotensi akan menjadi Sasaeng fansnya.
Sasaeng (penggemar obsesif)
Dari pada dengan Bejo yang super jorok dan suka ngupil serta menebar jebakan di mana-mana.
Akhirnya dengan penuh keteguhan hati, Kevin pun mengambil tasnya kembali dan berpindah ke bangku depan bersama Chika, karna tidak ada bangku lain. Hanya terdapat dua bangku kosong di dalam kelas itu.
Terpaksa dia harus menghadapi sasaeng fans yang sudah pasti akan mengusik hidupnya setiap waktu.
Bersambung....
Melisa Aurelie gadis remaja yang tak bisa melupakan cinta pertamanya. Dion, terpaksa harus pindah ke luar kota karena mengurus sang Ibu yang tengah sakit. Menjalani cinta jarak jauh terasa berat, tapi tak pernah menjadi beban bagi Melisa. Dia yakin bisa melewati semua ini. Tapi itu hanya berlaku bagi Melisa saja. Suatu ketika Dion menghilang tanpa kabar, membuat hati Melisa hancur, dalam ketidak—pastian, akan tetapi gadis itu tetap menunggu Dion kembali. Hingga datang seorang pria dari masa lalu, dan mampu mengobati sakit hatinya. Namanya, Bagas, dia adalah teman masa kecil Melisa. Tapi di saat Melisa mulai melupakan Dion, serta sudah menetapkan hatinya untuk Bagas, di saat itu pula Dion datang kembali, dan membuat hati Melisa dirundung dilema.
Suasana malam itu membuat Aris terhanyut dalam kenikmatan.. ia mulai menjamah bagian tubuh perempuan lain yang saat ini menjadi selingkuhannya. Suara desah mengiringi deras hujan yang turun malam itu.. Kepergian Wilona menjadi kesempatan besar untuk Flo merebut lelaki yang selama ini ia idamkan..sudah sangat lama ia menginginkan Aris menjadi miliknya seutuhnya. Namun, semua keinginan itu adalah hasrat terlarangnya, karena pria yang menjadi idamannya saat ini bukan lain adalah iparnya sendiri..
WARNING 21+ !!! - Cerita ini di buat dengan berhalu yang menimbulkan adegan bercinta antara pria dan wanita. - Tidak disarankan untuk anak dibawah umur karna isi cerita forn*graphi - Dukung karya ini dengan sumbangsihnya Terimakasih
Maya terpaksa menggantikan posisi adik perempuannya untuk bertunangan dengan Arjuna, seorang pria cacat yang telah kehilangan statusnya sebagai pewaris keluarga. Pada awalnya, mereka hanyalah pasangan nominal. Namun, segalanya berubah ketika identitas Maya yang sebenarnya secara bertahap terungkap. Ternyata dia adalah seorang peretas profesional, komposer misterius, dan satu-satunya penerus master pemahat giok internasional .... Semakin banyak yang terungkap tentang Maya, Arjuna semakin merasa gelisah. Penyanyi terkenal, pemenang penghargaan aktor, pewaris dari keluarga kaya - ada begitu banyak pria yang menawan sedang mengejar tunangannya, Maya. Apa yang harus dilakukan Arjuna?!
Arga adalah seorang dokter muda yang menikahi istrinya yang juga merupakan seorang dokter. Mereka berdua sudah berpacaran sejak masih mahasiswa kedokteran dan akhirnya menikah dan bekerja di rumah sakit yang sama. Namun, tiba-tiba Arga mulai merasa jenuh dan bosan dengan istrinya yang sudah lama dikenalnya. Ketika berhubungan badan, dia seperti merasa tidak ada rasa dan tidak bisa memuaskan istrinya itu. Di saat Arga merasa frustrasi, dia tiba-tiba menemukan rangsangan yang bisa membangkitkan gairahnya, yaitu dengan tukar pasangan. Yang menjadi masalahnya, apakah istrinya, yang merupakan seorang dokter, wanita terpandang, dan memiliki harga diri yang tinggi, mau melakukan kegiatan itu?
Bagi publik, dia adalah sekretaris eksekutif CEO. Di balik pintu tertutup, dia adalah istri yang tidak pernah diakui secara resmi. Jenessa sangat gembira ketika mengetahui bahwa dia hamil. Tapi kegembiraan itu digantikan dengan ketakutan ketika suaminya, Ryan, menghujani kasih sayangnya pada cinta pertamanya. Dengan berat hati, dia memilih untuk melepaskan pria itu dan pergi. Ketika mereka bertemu lagi, perhatian Ryan tertangkap oleh perut Jenessa yang menonjol. "Anak siapa yang kamu kandung?!" tuntutnya. Tapi dia hanya mencemooh. "Ini bukan urusanmu, mantan suamiku tersayang!"
Kulihat ada sebuah kamera dengan tripod yang lumayan tinggi di samping meja tulis Mamih. Ada satu set sofa putih di sebelah kananku. Ada pula pintu lain yang tertutup, entah ruangan apa di belakang pintu itu. "Umurmu berapa ?" tanya Mamih "Sembilanbelas, " sahutku. "Sudah punya pengalaman dalam sex ?" tanyanya dengan tatapan menyelidik. "Punya tapi belum banyak Bu, eh Mam ... " "Dengan perempuan nakal ?" "Bukan. Saya belum pernah menyentuh pelacur Mam. " "Lalu pengalamanmu yang belum banyak itu dengan siapa ?" "Dengan ... dengan saudara sepupu, " sahutku jujur. Mamih mengangguk - angguk sambil tersenyum. "Kamu benar - benar berniat untuk menjadi pemuas ?" "Iya, saya berminat. " "Apa yang mendorongmu ingin menjadi pemuas ?" "Pertama karena saya butuh uang. " "Kedua ?" "Kedua, karena ingin mencari pengalaman sebanyak mungkin dalam soal sex. " "Sebenarnya kamu lebih tampan daripada Danke. Kurasa kamu bakal banyak penggemar nanti. Tapi kamu harus terlatih untuk memuaskan birahi perempuan yang rata - rata di atas tigapuluh tahun sampai limapuluh tahunan. " "Saya siap Mam. " "Coba kamu berdiri dan perlihatkan punyamu seperti apa. " Sesuai dengan petunjuk Danke, aku tak boleh menolak pada apa pun yang Mamih perintahkan. Kuturunkan ritsleting celana jeansku. Lalu kuturunkan celana jeans dan celana dalamku sampai paha.