/0/2373/coverbig.jpg?v=77222678e531f4f5be2b9e91b0f4f681)
Aldo yang seharusnya menikah dengan Aletta, justru menghilang saat hendak melangsungkan ijab kobul. Membuat Aletta harus menerima Bian Dirgantara, untuk menggantikan calon suaminya yang pergi entah kemana. Kehidupan Aletta benar benar kacau dan pedih setelah menikah dengan Bian, karena perlakuan Bian yang semena-mena dan selalu menyakitinya. Hati Aletta semakin hancur saat mengetahui sebuah rahasia besar yang Bian simpan selama ini. Akankah rahasia itu akan menimbulkan petaka bagi hubungan keduanya? Atau justru Aletta akan memaafkan Bian atas kesalahan besar yang telah dilakukannya?
Hari yang sudah lama Aletta tunggu akhirnya tiba. Ini adalah hari spesial, hari yang ikut menjadi saksi bagaimana terukirnya kenangan manis dalam hubungannya dan Aldo. Aletta menatap pantulan dirinya di cermin, tersenyum menatap dirinya sendiri yang terlihat sangat berseri-seri. Wajah yang cantik dengan riasan elegan membuat Aletta semakin memesona, hari ini Aletta akan menikah dengan Aldo sang kekasih. Membayangkannya saja Aletta sudah merasa bahagia.
"Aletta."
Lamunan Aletta seketika terbuyar saat merasakan sebuah tangan menyentuh bahunya dengan lembut. Dari pantulan cermin terlihat jelas Monica-ibunya sedang berdiri di belakangnya. Aletta tersenyum, dia memutar badannya menghadap sang ibu yang kini tersenyum padanya.
"Kamu terlihat bahagia sekali, Aletta."
Aletta hanya terkekeh menanggapinya, kemudian dia memeluk ibunya dengan sayang. "Aku sayang banget sama bunda."
"Bunda juga sayang sama kamu." Monica membelai lembut pucuk kepala Aletta.
"Ayo kita turun, semuanya sudah menunggu kamu," ucap Monica mengajak Aletta untuk turun.
Aletta pun menganggukkan kepalanya, sekali lagi dia menatap dirinya di cermin. Senyuman lebar terukir sempurna di wajah Aletta, balutan make up dengan gaun putih mewah melekat sempurna ditubuhnya. Dia sudah seperti bidadari yang baru turun dari surga.
Saat keduanya hendak turun ke aula acara, tiba tiba saja kedua orang tua Aldo masuk ke kamar. Aletta mengerutkan kening ketika melihat raut muka calon mertuannya, bukan senyum kebahagiaan yang mereka tampakkan. Melainkan terlihat seperti seseorang yang sedang cemas. Sontak Aletta langsung berdiri menghampiri Hendrik dan Ayundia, disusul Monica dari belakang.
"Tante, om. Ada apa? Kenapa raut muka kalian terlihat gelisah?" tanya Aletta to the poin.
Mata Ayundia mulai berkaca-kaca, tangannya membelai lembut pucuk kepala Aletta dengan sayang. Dia menghela napasnya dalam, sebelum membuka suaranya. "Aletta, Aldo belum dateng," ucapnya menatap kedua manik mata Aletta lekat.
Aletta semakin mengrenyitkan keningnya, dia tidak mengerti dengan maksud perkataan Ayundia. "Apa maksud, tante? Pasti Aldo sebentar lagi datang, kita tunggu saja ya," sahut Aletta sambil tersenyum simpul.
"Kita tidak tau Aldo akan datang atau tidak." Tiba tiba saja Hendrik membuka suaranya.
"Maksudnya apa?" timpal Monica.
"Aldo menghilang, tidak ada kabar, bahkan semuannya sudah mencari tapi tetap saja tidak ditemukan," sahut Adnan yang tiba tiba muncul dari ambang pintu.
Aletta mematung ditempatnya, perlahan cairan bening dimatanya turun tanpa izin. Dadanya terasa sesak seperti terhimpit ribuan besi, Aletta menggelengkan kepalanya. Dia tidak bisa mempercayai perkataan ayahnya begitu saja, Aletta berlari menuju meja rias untuk mengambil benda pipih disana. Tangannya sibuk mencari nomor Aldo dan menghubunginnya, berulang kali dia menelpon Aldo tetapi sama saja tidak ada jawaban.
Aletta membanting ponsel di tangannya, rasa kesal, kecewa dan sedih bercampur menjadi satu. "Aldo kamu kemana?" gumam Aletta dengan bahu bergetar.
"Aletta." Monica menghampiri sang anak dan memeluknya dengan erat.
Aletta mendongak menatap Monica, matanya sudah sembab dan hidungnya merah karena menangis. "Bunda, apa pernikahanku akan batal?" Dengan isakan tangisnya Aletta bertanya.
"Tidak sa-"
"Pernikahan harus di lanjutkan," potong Hendrik menyela perkataan Monica.
Semua orang yang ada disana serempak menatap Hendrik, terutama Aletta yang tampak bingung dengan jawaban Hendrik. Dia menghapus air matannya kasar, hatinnya sudah seperti dipermainkan disini.
"Maksudnya apa? Aldo tidak ada kabar dan itu artinya pernikahannya batal kan?"
"Kami tidak mau menanggung malu dengan membatalkan acara penting ini, diluar banyak tamu yang sudah datang," jawab Hendrik dengan raut muka serius.
"Apa yang kamu maksud, Hendrik? Siapa yang akan menggantikan Aldo?" Adnan yang sembari tadi diam, kini mulai angkat suara.
Ceklek..
Seseorang masuk kedalam ruangan itu bersamaan dengan pertanyaan Adnan, dan saat itu pula Hendrik menunjuk orang itu. "Bian yang akan menggantikan Aldo," ucapnya dengan tegas.
Bian yang baru saja masuk terlihat menggeram marah menatap ayahnnya, apa ini? dia baru saja dipanggil kesana dan langsung ditunjuk untuk menggantikan adiknya? Sungguh itu hal yang konyol.
"Papa! Apa maksudnya ini? Kenapa harus aku?" tolaknya membuang muka.
"Kamu harus mau Bian, jika tidak kamu akan kehilangan perusahaanmu itu!" ancam Hendrik.
Bian berdecak kesal, Ancaman dari ayahnya membuat dia tidak bisa berkutik lagi. Perusahaannya adalah hal yang penting bagi Bian, terlebih Bian sendiri yang mengembangkan perusahaan itu dari awal. Tangan Bian mengepal, tatapannya tertuju pada wanita cantik dengan gaun putih disana. Dia menatap Aletta dengan tatapan tajam.
"Terserah!" sarkasnya singkat, lalu memilih pergi dari ruangan itu. Sebelum Bian benar benar pergi, dia sempat tersenyum miring membelakangi mereka semua.
***
Beberapa menit setelah diskusi antar keluarga, akhirnya pernikahan tetap dilanjutkan. Walaupun awalnya Aletta juga menolak jika harus menikah dengan Bian, namun karena bujukan dari kedua orang tuannya akhirnya Aletta memutuskan untuk mengikuti semua perkataan mereka.
Sangat berat bagi Aletta menikah dengan seseorang yang sama sekali tidak dia cintai, tidak ada yang mengerti dengan perasaannya kala itu. Hati Aletta seolah menjadi mainan bagi mereka, dia sangat kecewa dengan Aldo yang tiba tiba menghilang entah kemana.
"Aletta sayang, sekarang kamu sudah resmi menjadi istri Bian," ucap Monica sang ibu sambil memeluknya dengan erat.
Setelah prosesi pernikahan sudah selesai, Aletta justru menangis dalam pelukan ibunya. Mungkin orang lain pikir Aletta menangis karena bahagia, tetapi kenyataannya justru dia menangis karena kesedihan. Pernikahan yang seharusnnya menjadikan sebuah kebahagiaan, justru dalam pernikahannya hanya ada air mata kesedihan.
"Bunda! Apa pernikahanku akan baik-baik saja nanti? Tidak ada cinta diantara aku dan Bian," tanya Aletta dengan bahu bergetar, isakan tangis kembali terdengar.
Monica menangkup kedua pipi Aletta, mengecup kening putrinya dengan sayang. "Kalian akan baik-baik saja, bunda yakin Bian anak yang baik. Dia kan kakak Aldo, dan kamu juga kenal kan sama dia," jawabnnya tersenyum simpul.
Bian mendengus kesal, karena sudah muak dengan tangisan wanita yang baru saja resmi menjadi istrinya.
"Bunda, boleh saya bicara sebentar dengan Aletta?" tanya Bian sopan dengan senyuman manis di wajahnya.
"Boleh, kalian ngobrol saja dulu ya. Aku mau menemui para tamu dulu, titip Aletta ya Bian," jawab Monica menepuk bahu Bian sebelum pergi dari sana.
Setelah Monica pergi, Bian menyeret Aletta dengan kasar. "Ikut saya!" sentaknnya menarik pergelangan tangan Aletta.
Aletta memberontak tidak terima dengan perlakuan Bian, berusaha melepaskan cengkeram tangan Bian. "Lepaskan aku! Kamu itu kenapa sih!" ucapnya kesal.
Bian berhenti setelah membawa Aletta menjauh dari keluarganya, melepaskan cengkeraman tangannya dengan kasar.
"Berhentilah menangisi Aldo, kamu menangis sampai berhari hari pun tidak akan membuat Aldo kembali," ucap Bian berbalik membelakangi Aletta, menyunggingkan senyuman miring di wajahnnya.
Pernikahan paksa karena perjodohan mungkin sudah tidak asing lagi, tapi bagaimana jika menikah hanya karena salah tunjuk? Itu yang terjadi pada wanita cantik bernama Pricila Auristela, harus menikah dengan miliader terkenal bernama Daniel Argantara karena sebuah kesalah pahaman yang bermulai dari salah tunjuk. Pernikahan mereka tidak berjalan dengan baik, berbagai masalah menerjang rumah tangga mereka. Rian yang mulai menyesal pun membuat masalah di rumah tangga mereka, kedatangan orang ke tiga yang ikut hadir dalam pernikahan mereka membuat keadaan semakin rumit. Sebuah rahasia yang terbongkar, membuat semuanya kacau. Apakah pernikahan yang hanya berlandaskan ke salah pahaman bisa bertahan sampai akhir? Atau justru masalah yang terus berdatangan itu akan memporak porandakan rumah tangga mereka?
Tunangan Lena adalah pria yang menyerupai iblis. Dia tidak hanya berbohong padanya tetapi juga tidur dengan ibu tirinya, bersekongkol untuk mengambil kekayaan keluarganya, dan kemudian menjebaknya untuk berhubungan seks dengan orang asing. Untuk mencegah rencana jahat pria itu, Lena memutuskan untuk mencari seorang pria untuk mengganggu pesta pertunangannya dan mempermalukan bajingan yang selingkuh itu. Tidak pernah dia membayangkan bahwa dia akan bertemu dengan orang asing yang sangat tampan yang sangat dia butuhkan. Di pesta pertunangan, pria itu dengan berani menyatakan bahwa dia adalah wanitanya. Lena mengira dia hanya pria miskin yang menginginkan uangnya. Akan tetapi, begitu mereka memulai hubungan palsu mereka, dia menyadari bahwa keberuntungan terus menghampirinya. Dia pikir mereka akan berpisah setelah pesta pertunangan, tetapi pria ini tetap di sisinya. "Kita harus tetap bersama, Lena. Ingat, aku sekarang tunanganmu." "Delon, kamu bersamaku karena uangku, bukan?" Lena bertanya, menyipitkan matanya padanya. Delon terkejut dengan tuduhan itu. Bagaimana mungkin dia, pewaris Keluarga Winata dan CEO Grup Vit, bersamanya demi uang? Dia mengendalikan lebih dari setengah ekonomi kota. Uang bukanlah masalah baginya! Keduanya semakin dekat dan dekat. Suatu hari, Lena akhirnya menyadari bahwa Delon sebenarnya adalah orang asing yang pernah tidur dengannya berbulan-bulan yang lalu. Apakah kesadaran ini akan mengubah hal-hal di antara mereka? Untuk lebih baik atau lebih buruk?
Istriku Lidya yang masih berusia 25 tahun rasanya memang masih pantas untuk merasakan bahagia bermain di luar sana, lagipula dia punya uang. Biarlah dia pergi tanpaku, namun pertanyaannya, dengan siapa dia berbahagia diluar sana? Makin hari kecurigaanku semakin besar, kalau dia bisa saja tak keluar bersama sahabat kantornya yang perempuan, lalu dengan siapa? Sesaat setelah Lidya membohongiku dengan ‘karangan palsunya’ tentang kegiatannya di hari ini. Aku langsung membalikan tubuh Lidya, kini tubuhku menindihnya. Antara nafsu telah dikhianati bercampur nafsu birahi akan tubuhnya yang sudah kusimpan sedari pagi.
WARNING 21+‼️ (Mengandung adegan dewasa) Di balik seragam sekolah menengah dan hobinya bermain basket, Julian menyimpan gejolak hasrat yang tak terduga. Ketertarikannya pada Tante Namira, pemilik rental PlayStation yang menjadi tempat pelariannya, bukan lagi sekadar kekaguman. Aura menggoda Tante Namira, dengan lekuk tubuh yang menantang dan tatapan yang menyimpan misteri, selalu berhasil membuat jantung Julian berdebar kencang. Sebuah siang yang sepi di rental PS menjadi titik balik. Permintaan sederhana dari Tante Namira untuk memijat punggung yang pegal membuka gerbang menuju dunia yang selama ini hanya berani dibayangkannya. Sentuhan pertama yang canggung, desahan pelan yang menggelitik, dan aroma tubuh Tante Namira yang memabukkan, semuanya berpadu menjadi ledakan hasrat yang tak tertahankan. Malam itu, batas usia dan norma sosial runtuh dalam sebuah pertemuan intim yang membakar. Namun, petualangan Julian tidak berhenti di sana. Pengalaman pertamanya dengan Tante Namira bagaikan api yang menyulut dahaga akan sensasi terlarang. Seolah alam semesta berkonspirasi, Julian menemukan dirinya terjerat dalam jaring-jaring kenikmatan terlarang dengan sosok-sosok wanita yang jauh lebih dewasa dan memiliki daya pikatnya masing-masing. Mulai dari sentuhan penuh dominasi di ruang kelas, bisikan menggoda di tengah malam, hingga kehangatan ranjang seorang perawat yang merawatnya, Julian menjelajahi setiap tikungan hasrat dengan keberanian yang mencengangkan. Setiap pertemuan adalah babak baru, menguji batas moral dan membuka tabir rahasia tersembunyi di balik sosok-sosok yang selama ini dianggapnya biasa. Ia terombang-ambing antara rasa bersalah dan kenikmatan yang memabukkan, terperangkap dalam pusaran gairah terlarang yang semakin menghanyutkannya. Lalu, bagaimana Julian akan menghadapi konsekuensi dari pilihan-pilihan beraninya? Akankah ia terus menari di tepi jurang, mempermainkan api hasrat yang bisa membakarnya kapan saja? Dan rahasia apa saja yang akan terungkap seiring berjalannya petualangan cintanya yang penuh dosa ini?
Tanpa membantah sedikit pun, aku berlutut di antara sepasang paha mulus yang tetap direnggangkan itu, sambil meletakkan moncong patokku di mulut kenikmatan Mamie yang sudah ternganga kemerahan itu. Lalu dengan sekuat tenaga kudorong batang kenikmatanku. Dan …. langsung amblas semuanya …. bleeesssssssssssskkkkkk … ! Setelah Mamie dua kali melahirkan, memang aku merasa dimudahkan, karena patokku bisa langsung amblas hanya dengan sekali dorong … tanpa harus bersusah payah lagi. Mamie pun menyambut kehadiran patokku di dalam liang kewanitaannya, dengan pelukan dan bisikan, “Sam Sayang … kalau mamie belum menikah dengan Papa, pasti mamie akan merengek padamu … agar kamu mau mengawini mamie sebagai istri sahmu. “ “Jangan mikir serumit itu Mam. Meski pun kita tidak menikah, kan kita sudah diijinkan oleh Papa untuk berbuat sekehendak hati kita. Emwuaaaaah …. “ sahutku yang kuakhiri dengan ciuman hangat di bibir sensual Mamie Tercinta. Lalu aku mulai menggenjotnya dengan gerakan agak cepat, sehingga Mamie mulai menggeliat dan merintih, “Dudududuuuuuh …. Saaaam …
Hidup itu indah, kalau belum indah berarti hidup belum berakhir. Begitu lah motto hidup yang Nayla jalani. Setiap kali ia mengalami kesulitan dalam hidupnya. Ia selalu mengingat motto hidupnya. Ia tahu, ia sangat yakin akan hal itu. Tak pernah ada keraguan sedikitpun dalam hatinya kalau kehidupan seseorang tidak akan berakhir dengan indah. Pasti akan indah. Hanya kedatangannya saja yang membedakan kehidupan dari masing – masing orang. Lama – lama Nayla merasa tidak kuat lagi. Tanpa disadari, ia pun ambruk diatas sofa panjang yang berada di ruang tamu rumahnya. Ia terbaring dalam posisi terlentang. Roti yang dipegangnya pun terjatuh ke lantai. Berikut juga hapenya yang untungnya cuma terjatuh diatas sofa panjangnya. Diam – diam, ditengah keadaan Nayla yang tertidur senyap. Terdapat sosok yang tersenyum saat melihat mangsanya telah tertidur persis seperti apa yang telah ia rencanakan. Sosok itu pelan – pelan mendekat sambil menatap keindahan tubuh Nayla dengan jarak yang begitu dekat. “Beristirahatlah sayang, pasti capek kan bekerja seharian ?” Ucapnya sambil menatap roti yang sedang Nayla pegang. Sosok itu kian mendekat, sosok itu lalu menyentuh dada Nayla untuk pertama kalinya menggunakan kedua tangannya. “Gilaaa kenyel banget… Emang gak ada yang bisa ngalahin susunya akhwat yang baru aja nikah” Ucapnya sambil meremas – remas dada Nayla. “Mmmpphhh” Desah Nayla dalam tidurnya yang mengejutkan sosok itu.
Selama sepuluh tahun, Delia menghujani mantan suaminya dengan pengabdian yang tak tergoyahkan, hanya untuk mengetahui bahwa dia hanyalah lelucon terbesarnya. Merasa terhina tetapi bertekad, dia akhirnya menceraikan pria itu. Tiga bulan kemudian, Delia kembali dengan gaya megah. Dia sekarang adalah CEO tersembunyi dari sebuah merek terkemuka, seorang desainer yang banyak dicari, dan seorang bos pertambangan yang kaya raya, kesuksesannya terungkap saat kembalinya dia dengan penuh kemenangan. Seluruh keluarga mantan suaminya bergegas datang, sangat ingin memohon pengampunan dan kesempatan lagi. Namun Delia, yang sekarang disayangi oleh Caius yang terkenal, memandang mereka dengan sangat meremehkan. "Aku di luar jangkauanmu."