/0/20280/coverbig.jpg?v=d172be0388cf310336f983a6dfc0c781)
🔞🏳️🌈 BL LOKAL 🏳️🌈🔞 (Disini Bottom-nya sasimo, yang gak suka bottom sasimo / binal jangan baca buku ini ya~) Ini adalah kisah percintaan Albyan Pradipta yang cukup rumit karena harus memilih diantara ketiga pria yang mencintainya. Cast : - Chimon Wachirawit as Albyan Pradipta - Perth Tanapon as Alvero Kaivan - Ohm Pawat as Danish Davendra - Luke Ishikawa as Steve Ishikawa
Matahari Jakarta yang terik menembus jendela kelas, menyebarkan panas yang tak kenal ampun ke setiap sudut ruangan. Mahasiswa-mahasiswa duduk di bangku mereka, AC yang menyala cukup dingin namun tak cukup untuk mengusir hawa panas yang menyengat.
Beberapa mahasiswa tampak hanya mengetuk-ngetuk meja dengan jari-jari mereka, dengan wajah yang tampak lesu saat memperhatikan dosen di depan kelas.
Beruntunglah, karena kelas telah berakhir, semua mahasiswa di dalam kelas dapat bersantai.
"By, kedepan kampus yu ah. Gue kepengen makan batagor mang Usep sambil liat mahasiswi yang dadanya macem semongko" Tapi orang yang bernama Alby itu tidak beranjak dari kursinya dan tetap menundukan wajahnya di meja.
"Huaaaaaa kenapa sih kuliah udah 2 tahun tapi idup gue gini gini aja" Suara Alby yang sedikit berteriak berhasil mendapat lirikan dari teman teman di dalam kelasnya.
"Berisik bangsat. Noh jadi pada liatin lo!" Sepertinya Vero sudah capek menghadapi kelakuan ajaib sahabatnya itu, sampai sampai dia tidak segan menepak kepala belakang Alby. Vero dan Alby menjalin persahabatan dari mereka masih Mahasiswa Baru.
Alby langsung berdiri dan berjalan keluar kelas meninggalkan Vero yang menggelengkan kepala melihat kelakuan sahabatnya itu. Ternyata masusia ajaib itu -alby- sudah sampai di grobak batagor mang Usep dan memesan 2 porsi batagor.
"Ver.. Gue masuk Fakultas Teknik apa gak salah jurusan ya? Rasanya gue ko capek banget.. Pengen nikah aja huaaaaa!" Alby menundukan lagi kepalanya ke meja mang Usep, hampir saja kepalanya masuk kedalam mangkok berisikan batagor kuah jika Vero tidak sigap menggeser mangkok itu.
"By, lo tuh kenapa sih? Grobak mang Usep itu bukan mainan loh, jangan nyampe gue pake buat nimpuk pala lo, ya!" Vero melirik sekilas kepada Alby yang masih menundukan kepalanya.
"lo tau nggak sih sejak kita masuk semester empat ini, keluhan lo itu udah kayak playlist radio yang nggak ada habisnya. Gue udah kasih saran dengan segala macam gaya, dari yang halus sampai yang keras. Tapi kayaknya, masuk telinga kanan keluar telinga kiri, ya?" Vero tersenyum, berharap Alby akan mengerti dengan cara yang lebih santai ini.
"Yuk, kita cari solusi bareng-bareng, biar grobak mang Usep tetap utuh dan lo bisa lebih semangat lagi!" Vero menarik-narik rambut Alby dengan pelan tentu saja.
"Jang Alby, kalo kata mamang mah jang Alby teh cuman jenuh aja di kampus. Coba atuh sekali kali healing ke daerah yang dingin biar pikiran Jang Alby juga dingin. Itu mah penat aja kepalanya jadi Ujang (panggilan anak laki laki bahasa sunda) teh ngomongnya kamana karep (seenaknya)" Akhirnya mang Usep pun bersuara karena Alby terus menerus mengeluh kepada vero.
Sepertinya Alby emang butuh Healing, padahal setiap ada tugas yang agak rumit dia selalu dibantu Vero meskipun mereka berdua ini beda fakultas. Tapi entah kenapa hidupnya seperti berat sekali.
"Ke Bandung aja coba Jang, mamang kan orang Bandung. Nah pas banget daerah itu buat healing mah. Cobain ke Ciwidey biar sekalian metik setroberi" Mang Usep menambahkan dengan logat Sunda yang begitu kental. Ucapan mang Usep yang ini berhasil membuat Alby mengangkat kepalanya dan berkedip cepat. Imut sekali!
Alby memang definisi pria tampan tapi cantik. Kulitnya putih mulus tanpa bulu, bulu matanya lentik, hidungnya mancung namun sedikit mungil. Tinggi badannya hanya 165 cm. Alby mengikuti gaya 'Kue dan Bumi', yang sangat unik untuk ukuran pria. Jika saja Alby memiliki rambut panjang, pasti banyak pria yang akan terkecoh.
Namun meskipun Alby berusaha tampil se-maskulin mungkin, masih banyak kakak tingkat yang berusaha mendekati dia, mulai dari para mahasiswi hingga mahasiswa. Ada juga dosen yang mencoba mendekatinya, tetapi Alby cukup waras untuk tidak merespon.
Berbeda dengan Alby, Vero lebih maskulin dan sangat menyukai warna-warna Mamba. Kulit Vero putih, namun tidak seputih Alby, dan ia memiliki beberapa bulu halus di tangan serta kakinya. Rambut Vero hitam tebal dan sangat rapi, tidak acak-acakan, dengan tinggi badan hampir 180 cm. Parfum yang digunakan Vero juga memiliki aroma maskulin yang lebih kuat, sementara Alby memilih parfum dengan aroma manis.
"Vero~" Ucap Alby dengan suara yang dibuat seimut mungkin.
"Iya iya nanti gue temenin ke Bandung, dah gausah rewel lagi lo. Berisik banget kampret tiap hari ngeluh mulu!" Seakan akan Vero tau isi kepala Alby tanpa Alby melanjutkan kalimatnya.
"Aaahhhh makin sayang sama yayang Vero~" Alby memeluk lengan Vero dan menggoyang goyangkan lengannya. Ya Tuhan, andai saja Vero bukan sahabatnya, mungkin sekarang Vero sudah tergoda dengan keimutan Alby.
"Itu batagor lo makan, udah mulai dingin. Nanti makin lembek itu pangsitnya anjir.. Lepasin tangan gue!" Vero berusaha melepaskan pelukan Alby, karena dia juga takut mahasiswa lain berpikir yang tidak-tidak terhadap mereka berdua.
Alby sangat beruntung karena kampus tempatnya kuliah memiliki orang-orang yang tidak merepotkan dan bersikap terbuka. Mereka tidak keberatan dengan orientasi seksual mahasiswa. Alby tidak perlu repot-repot menyembunyikan orientasi seksualnya.
Awalnya, Vero terkejut saat mengetahui bahwa Alby adalah gay tetapi dia tidak mempermasalahkannya. Dia hanya terkejut saja. Vero dengan senang hati menjadi sahabat dekat Alby dan perlu ditekankan bahwa Vero ini 99% lurus! Mengapa 99%? Karena beberapa kali dia hampir tergoda oleh keimutan Alby. Namun, Vero tulus menjadi sahabat Alby.
Kedekatan mereka seringkali membuat orang salah paham bahwa mereka berpacaran, padahal hubungan mereka murni persahabatan.
Banyak yang berpendapat bahwa Vero dan Alby cocok menjadi sepasang kekasih. Namun, Vero dengan tegas menyatakan bahwa mereka hanya sahabat, dan Alby hanya tersenyum mendengar pendapat tersebut.
Meski sering pulang-pergi kuliah bersama dan menginap di kamar satu sama lain, hubungan mereka tetap platonis. Kamar mereka pun bersebelahan, dengan kamar Alby bernomor 6 dan Vero di nomor 7.
Mereka rajin pulang-pergi bersama meskipun memiliki motor sendiri dan berbeda fakultas. Alby di Fakultas Teknik dan Vero di Fakultas Hukum. Mereka sering terlihat seperti mahasiswa yang tertukar. Meski berbeda fakultas, Vero sering menunggu Alby di gedung Teknik, dan kadang Alby yang datang ke gedung Hukum.
Alby lebih memilih naik motor Vero yang merupakan motor matic besar keluaran terbaru, sehingga ia tidak merasa pegal. Sementara motor Alby adalah motor matic keluaran tahun 2015 yang sudah tidak nyaman lagi.
Dulu, Alby sempat tertarik pada Vero, namun setelah mengetahui bahwa Vero adalah straight dan lebih menyukai wanita dengan bentuk tubuh tertentu, Alby memutuskan untuk tidak lagi tertarik pada Vero dan mengubur perasaannya.
Apa yang terlintas di benak kalian saat mendengar kata CEO? Angkuh? Kejam? Arogan? Mohammad Hanif As-Siddiq berbeda! Menjadi seorang CEO di perusahaan besar seperti INANTA group tak lantas membuat dia menjadi tipikal CEO yang seperti itu. Dia agamis dan rajin beribadah. Pertemuan putrinya Aisyah dengan Ummi Aida, seorang office girl di tempat dimana dia bekerja, membuat pertunangannya dengan Soraya putri pemilik perusahaan terancam batal karena Aisyah menyukai Ummi yang mirip dengan almarhum ibunya. Dengan siapa hati Hanif akan berlabuh?
"Usir wanita ini keluar!" "Lempar wanita ini ke laut!" Saat dia tidak mengetahui identitas Dewi Nayaka yang sebenarnya, Kusuma Hadi mengabaikan wanita tersebut. Sekretaris Kusuma mengingatkan"Tuan Hadi, wanita itu adalah istri Anda,". Mendengar hal itu, Kusuma memberinya tatapan dingin dan mengeluh, "Kenapa tidak memberitahuku sebelumnya?" Sejak saat itu, Kusuma sangat memanjakannya. Semua orang tidak menyangka bahwa mereka akan bercerai.
Raina terlibat dengan seorang tokoh besar ketika dia mabuk suatu malam. Dia membutuhkan bantuan Felix sementara pria itu tertarik pada kecantikan mudanya. Dengan demikian, apa yang seharusnya menjadi hubungan satu malam berkembang menjadi sesuatu yang serius. Semuanya baik-baik saja sampai Raina menemukan bahwa hati Felix adalah milik wanita lain. Ketika cinta pertama Felix kembali, pria itu berhenti pulang, meninggalkan Raina sendirian selama beberapa malam. Dia bertahan dengan itu sampai dia menerima cek dan catatan perpisahan suatu hari. Bertentangan dengan bagaimana Felix mengharapkan dia bereaksi, Raina memiliki senyum di wajahnya saat dia mengucapkan selamat tinggal padanya. "Hubungan kita menyenangkan selama berlangsung, Felix. Semoga kita tidak pernah bertemu lagi. Semoga hidupmu menyenangkan." Namun, seperti sudah ditakdirkan, mereka bertemu lagi. Kali ini, Raina memiliki pria lain di sisinya. Mata Felix terbakar cemburu. Dia berkata, "Bagaimana kamu bisa melanjutkan? Kukira kamu hanya mencintaiku!" "Kata kunci, kukira!" Rena mengibaskan rambut ke belakang dan membalas, "Ada banyak pria di dunia ini, Felix. Selain itu, kamulah yang meminta putus. Sekarang, jika kamu ingin berkencan denganku, kamu harus mengantri." Keesokan harinya, Raina menerima peringatan dana masuk dalam jumlah yang besar dan sebuah cincin berlian. Felix muncul lagi, berlutut dengan satu kaki, dan berkata, "Bolehkah aku memotong antrean, Raina? Aku masih menginginkanmu."
"Saya yang akan menikahi Valerie." Demi menutupi dosa adiknya, Keanu rela menikahi Valerie. Seorang gadis remaja berusia delapan belas tahun, yang sudah dihamili oleh Kevin, adiknya sendiri. Padahal Keanu sudah berencana akan melamar Sely, sekretarisnya di kantor yang sudah ia sukai sejak lama. Lalu, bagaimana Keanu dan Valerie menjalani kehidupan rumah tangga? Tanpa saling mengenal dan mencintai satu sama lain.
Chelsea mengabdikan tiga tahun hidupnya untuk pacarnya, tetapi semuanya sia-sia. Dia melihatnya hanya sebagai gadis desa dan meninggalkannya di altar untuk bersama cinta sejatinya. Setelah ditinggalkan, Chelsea mendapatkan kembali identitasnya sebagai cucu dari orang terkaya di kota itu, mewarisi kekayaan triliunan rupiah, dan akhirnya naik ke puncak. Namun kesuksesannya mengundang rasa iri orang lain, dan orang-orang terus-menerus berusaha menjatuhkannya. Saat dia menangani pembuat onar ini satu per satu, Nicholas, yang terkenal karena kekejamannya, berdiri dan menyemangati dia. "Bagus sekali, Sayang!"