/0/20152/coverbig.jpg?v=46f5de228f2cd33a115f91471d66a24a)
Dina dan Arga telah saling mengenal sejak mereka masih belajar mengeja nama mereka sendiri. Tumbuh besar di lingkungan yang sama, bermain di jalanan yang sama, dan berbagi mimpi-mimpi kecil yang perlahan menjadi kenangan berharga. Namun, seiring berjalannya waktu, kehidupan memisahkan mereka dalam jarak dan impian yang berbeda. Kini, setelah bertahun-tahun berlalu, mereka dipertemukan kembali oleh takdir di sebuah kota yang penuh hiruk-pikuk. Dina, yang telah merangkai hidupnya dengan penuh perjuangan sebagai seorang desainer, dan Arga, yang kembali dengan keberhasilan sebagai pengusaha sukses, mendapati bahwa perasaan yang dulu tersembunyi di dalam hati mereka mungkin tak pernah benar-benar hilang. Ketika cinta lama mulai bersemi kembali di tengah keraguan dan masa lalu yang belum terselesaikan, Dina dan Arga dihadapkan pada pertanyaan terbesar dalam hidup mereka: Apakah sahabat masa kecil mereka benar-benar adalah jodoh yang telah ditakdirkan? Dalam perjalanan yang penuh haru dan tawa, mereka akan belajar bahwa cinta sejati terkadang adalah tentang menemukan jalan kembali ke tempat di mana segalanya dimulai.
Dina menatap keluar jendela, memperhatikan tetesan hujan yang menderas dari langit kelabu.
Suara gemuruh dari kejauhan seolah membenarkan suasana hatinya yang sedikit galau sore itu.
Bekerja sebagai desainer di kota besar memang menjadi impiannya sejak dulu, tapi ada sesuatu yang terasa kurang.
Ada lubang kecil di hatinya yang tak pernah terisi, seolah-olah ia meninggalkan sesuatu yang penting di masa lalu.
Sambil mengaduk kopi yang sudah mulai dingin, Dina mencoba mengalihkan pikirannya ke pekerjaan yang menumpuk di mejanya. Namun, pikirannya terus melayang ke masa lalu, ke sebuah kampung kecil di pinggiran kota, tempat ia tumbuh besar.
Di sanalah ia menghabiskan masa kecilnya bersama seorang sahabat yang selalu membuatnya tertawa-Arga. Sosok laki-laki yang dulu lebih sering membuat masalah daripada menyelesaikannya.
"Dinaaa, kamu kenapa ngelamun lagi?" Suara lantang dari telepon di meja kerjanya memecahkan lamunannya. Dina tersentak, buru-buru mengangkat telepon itu.
"Ya, Ma?" jawab Dina dengan nada lelah.
"Kamu tuh, kalau di rumah nggak usah kebanyakan mikir! Kerja boleh, tapi jangan lupa istirahat. Kamu kelihatan capek terus," ujar ibunya dari ujung telepon. Dina tersenyum tipis, merasa hangat mendengar perhatian ibunya.
"Iya, Ma. Dina cuma lagi banyak proyek aja," jawabnya sambil menghela napas pelan. Ibu selalu tahu bagaimana membuatnya merasa lebih baik, bahkan dari kejauhan.
Setelah menutup telepon, Dina memutuskan untuk keluar sebentar, mencari udara segar yang mungkin bisa menghilangkan kepenatannya. Ia mengenakan jaket dan mengambil payung yang tergantung di dekat pintu.
Saat membuka pintu, hujan sudah mulai mereda, meninggalkan aroma tanah basah yang selalu membuatnya bernostalgia.
Tanpa tujuan yang jelas, Dina berjalan menyusuri trotoar yang basah, pikirannya terus melayang ke masa-masa bersama Arga. Mereka adalah duo yang tak terpisahkan, seperti gula dan kopi. Arga selalu berhasil membuatnya tersenyum, bahkan di hari-hari tersulitnya. Tapi, waktu memang tak berpihak pada mereka.
Setelah lulus SMA, mereka memilih jalan hidup yang berbeda-Dina ke kota besar untuk mengejar karir, sementara Arga tetap di kampung, meneruskan bisnis keluarganya.
Langkah Dina terhenti di depan sebuah kafe kecil yang baru dibuka. Di depannya, sebuah papan tulis menampilkan tulisan yang membuatnya tersenyum lebar: "Kopi Gratis untuk Mereka yang Patah Hati."
"Lucu juga," gumamnya sambil membuka pintu kafe itu.
Suara lonceng kecil menyambutnya ketika ia melangkah masuk. Kafe itu kecil tapi nyaman, dengan aroma kopi segar yang langsung memenuhi hidungnya
Sambil melihat-lihat, matanya tertuju pada seorang pria yang duduk di sudut, sibuk dengan laptopnya. Ada sesuatu yang familiar pada sosok itu, meskipun dari belakang. Rambutnya sedikit acak-acakan, dengan jaket kulit yang tampak terlalu besar untuk tubuhnya.
"Hmm... siapa ya?" pikir Dina sambil memperhatikan pria itu. Tapi ketika ia melangkah lebih dekat, matanya membelalak kaget.
"Arga?!" serunya tanpa sadar. Pria itu langsung menoleh, dan seketika senyum lebarnya muncul.
"Dina! Ya ampun, lama nggak ketemu!" Arga berdiri, memeluk Dina dengan hangat. Dina tertawa, merasa nostalgia tiba-tiba menyeruak begitu kuat di dalam hatinya.
"Apa kabar? Ngapain kamu di sini?" tanya Dina sambil melepaskan pelukan mereka.
"Bisnis keluarga, perlu ekspansi ke kota. Jadi, aku mutusin buat pindah ke sini sementara," jawab Arga sambil tersenyum. "Kamu gimana? Udah jadi desainer terkenal ya sekarang?"
"Ah, nggak juga. Masih berjuang aja," jawab Dina sambil tersenyum malu.
Mereka pun duduk, memesan kopi, dan mulai mengobrol panjang lebar tentang kehidupan masing-masing. Dina merasa seperti kembali ke masa lalu, saat segala sesuatunya begitu sederhana dan penuh tawa. Arga, dengan gayanya yang santai dan sedikit konyol, masih sama seperti dulu.
Bahkan, beberapa kali Dina tertawa hingga lupa betapa stresnya hari-hari terakhir ini.
Namun, di tengah tawa dan cerita, ada sedikit rasa canggung yang tak terelakkan. Dina menyadari bahwa ada sesuatu yang telah berubah.
Mereka bukan lagi remaja yang bisa bebas dari tanggung jawab. Ada beban dan masa lalu yang kini membentang di antara mereka.
Setelah beberapa waktu, Arga menatap Dina dengan serius. "Din, aku ada sesuatu yang pengen aku omongin dari dulu."
Dina mengerutkan kening, merasa sedikit gugup.
"Apa?"
Arga terdiam sejenak, seolah mencari kata-kata yang tepat. "Kamu ingat nggak, pas kita SMP dulu, aku pernah bilang sesuatu ke kamu?"
Dina tertawa kecil, berusaha mengurangi ketegangan. "Yang mana? Kamu banyak ngomong waktu SMP, Ga."
"Yang waktu itu... di lapangan basket, waktu kita habis main hujan-hujanan," kata Arga, menunduk sedikit malu.
Dina berusaha mengingat. Perlahan, bayangan masa lalu muncul di benaknya. Ia ingat mereka basah kuyup karena main di tengah hujan, tertawa tanpa peduli dunia. Lalu, di bawah naungan pohon besar, Arga mengatakan sesuatu yang tak pernah ia lupakan.
"Aku suka kamu, Dina."
Dina tersentak dari lamunan. "Arga, kamu masih ingat itu?"
Arga mengangguk sambil tersenyum kikuk.
"Ya, aku masih ingat. Dan... aku masih suka kamu."
Tawa Dina tiba-tiba terhenti. Ia terdiam, mencoba mencerna apa yang baru saja ia dengar. Di satu sisi, ada perasaan senang yang tak bisa ia pungkiri. Tapi di sisi lain, ada kekhawatiran tentang apa yang akan terjadi selanjutnya.
"Ga, itu udah lama sekali. Kita udah banyak berubah. Aku... nggak tahu harus bilang apa," ucap Dina dengan hati-hati.
Arga menatapnya dengan lembut, namun ada tekad dalam matanya.
"Aku tahu. Tapi aku nggak mau kita berpisah lagi tanpa aku mencoba. Aku hanya ingin tahu, apakah ada sedikit perasaan di hatimu, yang mungkin sama seperti perasaanku?"
Dina terdiam. Ia menatap wajah Arga, mencoba menemukan jawaban di dalam hatinya.
Ada perasaan hangat yang mulai tumbuh, tapi juga rasa takut yang mengikutinya. Apa yang akan terjadi jika mereka mencoba? Dan apa yang akan mereka lakukan jika gagal?
Namun sebelum ia bisa menjawab, pelayan datang membawa kopi mereka, memecah suasana yang tiba-tiba menjadi tegang. Dina mengambil kopinya, menghirup aroma kuat yang sedikit menenangkannya.
"Arga, kita baru ketemu lagi. Mungkin kita bisa mulai dari awal lagi, sebagai teman. Kita lihat saja ke mana ini membawa kita, oke?" kata Dina akhirnya, tersenyum kecil.
Arga mengangguk pelan, meskipun terlihat sedikit kecewa. "Oke, Din. Aku bisa terima itu. Asal aku bisa tetap ada di dekatmu."
Percakapan mereka beralih ke topik-topik yang lebih ringan setelah itu, namun di balik setiap kata, ada ketegangan yang tak bisa sepenuhnya hilang. Dina mencoba menikmati momen itu, meskipun pikirannya terus kembali ke apa yang baru saja Arga katakan.
Saat mereka berpisah di depan kafe, Dina merasa ada sesuatu yang baru tumbuh di dalam hatinya. Sebuah benih perasaan yang mungkin sudah ada sejak lama, tapi baru sekarang mulai menyadarinya.
Ia tahu, pertemuannya dengan Arga kali ini bukanlah kebetulan. Ada sesuatu yang lebih besar yang sedang bermain di antara mereka, sesuatu yang mungkin akan mengubah hidup mereka selamanya.
Namun untuk saat ini, Dina hanya ingin menikmati perjalanan ini, langkah demi langkah, tanpa terburu-buru. Lagi pula, siapa yang tahu apa yang akan terjadi esok hari? Terkadang, hal terbaik dalam hidup adalah membiarkan takdir bermain sesuai kehendaknya, sambil tetap menjaga hati agar tidak terluka.
Dan dengan senyum di wajahnya, Dina melangkah pulang, siap menghadapi hari esok yang penuh dengan kemungkinan baru.
Di dalam hatinya, ada keyakinan bahwa apapun yang terjadi, ia akan baik-baik saja. Karena sekarang, ia tahu bahwa ia tidak sendiri.
Di suatu tempat di kota yang besar ini, ada seseorang yang selalu siap mendukungnya, meskipun mungkin butuh waktu untuk benar-benar memahami perasaan mereka.
Tapi bukankah cinta memang begitu? Penuh teka-teki, tak terduga, dan sering kali dimulai dari persahabatan yang paling tulus.
Dalam sebuah pernikahan yang dipenuhi luka, seorang istri harus menghadapi kenyataan pahit: suaminya tak pernah mencintainya. Hari demi hari, ia diperlakukan dengan kasar, baik secara fisik maupun emosional. Penghinaan dan pelecehan seakan menjadi rutinitas dalam rumah tangganya. Namun, di balik semua itu, ia tidak pernah menyerah. Meski hatinya hancur, ia tetap setia, berharap suatu hari cintanya yang tulus akan mampu menyentuh hati suaminya yang dingin. Ini adalah kisah tentang keteguhan hati, kesabaran tanpa batas, dan cinta yang bertahan meski diliputi derita. Ikuti perjalanan emosionalnya hanya di **"Perjuangan Seorang Istri"**, sebuah cerita tentang kekuatan cinta yang tak mudah dipadamkan meski diterpa badai.
Khusus +21. Warning... Joshua adalah laki laki hiperseksual yang awalnya bukan seperti itu. Tetapi setelah di tinggal selingkuh oleh kekasihnya dia baru berubah menjadi pria yang mempunyai penyakit hiperseks tanpa ia sadari. Tapi suatu hari Tanpa sadar dia bertemu dengan seorang gadis kuliahan . Apakah gadis itu bisa membuat jhos berubah menjadi jhos yang dulu lagi.
Warning!!!!! 21++ Dark Adult Novel Ketika istrinya tak lagi mampu mengimbangi hasratnya yang membara, Valdi terjerumus dalam kehampaan dan kesendirian yang menyiksa. Setelah perceraian merenggut segalanya, hidupnya terasa kosong-hingga Mayang, gadis muda yang polos dan lugu, hadir dalam kehidupannya. Mayang, yang baru kehilangan ibunya-pembantu setia yang telah lama bekerja di rumah Valdi-tak pernah menduga bahwa kepolosannya akan menjadi alat bagi Valdi untuk memenuhi keinginan terpendamnya. Gadis yang masih hijau dalam dunia dewasa ini tanpa sadar masuk ke dalam permainan Valdi yang penuh tipu daya. Bisakah Mayang, dengan keluguannya, bertahan dari manipulasi pria yang jauh lebih berpengalaman? Ataukah ia akan terjerat dalam permainan berbahaya yang berada di luar kendalinya?
Seorang gadis SMA bernama Nada dipaksa untuk menyusui pria lumpuh bernama Daffa. Dengan begitu, maka hidup Nada dan neneknya bisa jadi lebih baik. Nada terus menyusui Daffa hingga pria itu sembuh. Namun saat Nada hendak pergi, Daffa tak ingin melepasnya karena ternyata Daffa sudah kecanduan susu Nada. Bagaimana kelanjutan kisahnya?
Kayla Herdian kembali ke masa lalu dan terlahir kembali. Sebelumnya, dia ditipu oleh suaminya yang tidak setia, dituduh secara salah oleh seorang wanita simpanan, dan ditindas oleh mertuanya, yang membuat keluarganya bangkrut dan membuatnya menggila! Pada akhirnya, saat hamil sembilan bulan, dia meninggal dalam kecelakaan mobil, sementara pelakunya menjalani hidup bahagia. Kini, terlahir kembali, Kayla bertekad untuk membalas dendam, berharap semua musuhnya masuk neraka! Dia menyingkirkan pria yang tidak setia dan wanita simpanannya, membangun kembali kejayaan keluarganya sendirian, membawa Keluarga Herdian ke puncak dunia bisnis. Namun, dia tidak menyangka bahwa pria yang dingin dan tidak terjangkau di kehidupan sebelumnya akan mengambil inisiatif untuk merayunya: "Kayla, aku tidak punya kesempatan di pernikahan pertamamu, sekarang giliranku di pernikahan kedua, oke?"
Hidup itu indah, kalau belum indah berarti hidup belum berakhir. Begitu lah motto hidup yang Nayla jalani. Setiap kali ia mengalami kesulitan dalam hidupnya. Ia selalu mengingat motto hidupnya. Ia tahu, ia sangat yakin akan hal itu. Tak pernah ada keraguan sedikitpun dalam hatinya kalau kehidupan seseorang tidak akan berakhir dengan indah. Pasti akan indah. Hanya kedatangannya saja yang membedakan kehidupan dari masing – masing orang. Lama – lama Nayla merasa tidak kuat lagi. Tanpa disadari, ia pun ambruk diatas sofa panjang yang berada di ruang tamu rumahnya. Ia terbaring dalam posisi terlentang. Roti yang dipegangnya pun terjatuh ke lantai. Berikut juga hapenya yang untungnya cuma terjatuh diatas sofa panjangnya. Diam – diam, ditengah keadaan Nayla yang tertidur senyap. Terdapat sosok yang tersenyum saat melihat mangsanya telah tertidur persis seperti apa yang telah ia rencanakan. Sosok itu pelan – pelan mendekat sambil menatap keindahan tubuh Nayla dengan jarak yang begitu dekat. “Beristirahatlah sayang, pasti capek kan bekerja seharian ?” Ucapnya sambil menatap roti yang sedang Nayla pegang. Sosok itu kian mendekat, sosok itu lalu menyentuh dada Nayla untuk pertama kalinya menggunakan kedua tangannya. “Gilaaa kenyel banget… Emang gak ada yang bisa ngalahin susunya akhwat yang baru aja nikah” Ucapnya sambil meremas – remas dada Nayla. “Mmmpphhh” Desah Nayla dalam tidurnya yang mengejutkan sosok itu.
Riani sangat menyayangi pacarnya. Meskipun pacarnya telah tidak bekerja selama beberapa tahun, dia tidak ragu-ragu untuk mendukungnya secara finansial. Dia bahkan memanjakannya, agar dia tidak merasa tertekan. Namun, apa yang pacarnya lakukan untuk membalas cintanya? Dia berselingkuh dengan sahabatnya! Karena patah hati, Riani memutuskan untuk putus dan menikah dengan seorang pria yang belum pernah dia temui. Rizky, suaminya, adalah seorang pria tradisional. Dia berjanji bahwa dia akan bertanggung jawab atas semua tagihan rumah tangga dan Riani tidak perlu khawatir tentang apa pun. Pada awalnya, Riani mengira suaminya hanya membual dan hidupnya akan seperti di neraka. Namun, dia menemukan bahwa Rizky adalah suami yang baik, pengertian, dan bahkan sedikit lengket. Dia membantunya tidak hanya dalam pekerjaan rumah tangga, tetapi juga dalam kariernya. Tidak lama kemudian, mereka mulai saling mendukung satu sama lain sebagai pasangan yang sedang jatuh cinta. Rizky mengatakan dia hanyalah seorang pria biasa, tetapi setiap kali Riani berada dalam masalah, dia selalu tahu bagaimana menyelesaikan masalahnya dengan sempurna. Oleh karena itu, Riani telah beberapa kali bertanya pada Rizky bagaimana dia bisa memiliki begitu banyak pengetahuan tentang berbagai bidang, tetapi Rizky selalu menghindar untuk menjawabnya. Dalam waktu singkat, Riani mencapai puncak kariernya dengan bantuannya. Hidup mereka berjalan dengan lancar hingga suatu hari Riani membaca sebuah majalah bisnis global. Pria di sampulnya sangat mirip dengan suaminya! Apa-apaan ini! Apakah mereka kembar? Atau apakah suaminya menyembunyikan sebuah rahasia besar darinya selama ini?
WARNING 21+ !!! - Cerita ini di buat dengan berhalu yang menimbulkan adegan bercinta antara pria dan wanita. - Tidak disarankan untuk anak dibawah umur karna isi cerita forn*graphi - Dukung karya ini dengan sumbangsihnya Terimakasih