![Ternyata Dia Bosku!](https://cos-idres.cdreader.com/site-414(new)/0/19092/coverbig.jpg?v=e5dfe54b49e546757ebf94e0e0fde06e)
Bagaimana jika pria menyebalkan yang disukai tetapi juga dibenci karena sikapnya yang dingin, ternyata adalah bos di tempat kerja barunya? Sanggupkah Eve melalui masa magang di sana ketika Gery-sang bos-terus mencari-cari kesalahan untuk memecatnya? Lantas, bagaimana bila alur kehidupan malah membawa mereka pada perjodohan? Bisakah keduanya bersatu atau malah timbul percekcokan tanpa batas?
"Yeayy! Giliranmu sekarang, Eve!" pekik teman-temannya bersorak.
Eve dengan santai menggelindingkan botol bekas air soda di atas alas duduk mereka. Dan botol itu berhenti di kata 'Dare'.
"Yuhuuu! Giliranku yang kasih tantangan ke kamu, ya! Ehem, ehem!" Salah satu temannya berteriak lantang dan berdehem sebentar seolah sedang menciptakan kesan dramatis.
"Iya iyaa ... cepetan! Aku pasti bisa melakukannya, Eve gitu loh!" sesumbar Eve sambil menyilangkan lengan di depan dada.
"Kamu harus menyatakan perasaan kepada siapa pun pria yang lewat di depan kita pertama kali sejak sekarang. Oke, nggak, teman-teman?" tanya si penantang sambil meminta dukungan dari yang lain.
Kesemuanya tampak bersorak menyetujui sementara Eve terperangah menyesal.
"What? Apa-apaan itu? Perasaan dari tadi tantangannya nggak ada yang segila itu, deh! Curang, ish!" protes Eve karena merasa tantangan untuknya terlalu berisiko dan berat untuk dilakukan.
"Eiits! Gak boleh protes! Udah deal! Atau kamu mengaku kalah dan kita bubar sambil makan-makan di restoran dan kamu yang bayarin kita semua. Ya gak, gengs?" Terdengar keriuhan yang mendorong Eve untuk jangan menolak tantangan yang diberikan.
"Ish! Oke, daripada aku harus rugi banyak traktirin kalian semua, mending aku nembak cowok deh. Ya Tuhan, semoga aja cowok yang lewat pertama nanti cowok single dan ganteng," ucap Eve sambil bersiap menerima kemungkinan terburuk sekalipun.
"Eh, tapi nanti yang ditembak cuma yang berjalan sendirian kan? Kalau dia gandeng pasangan maka ganti yang lain aja, ya?" tanya Eve kemudian. Berbagai pikiran akan kemungkinan terburuk muncul di kepalanya. "Dan yang seumuran aja sama kita pokoknya, ya? Kalau ketuaan takutnya dia udah punya istri, gila!"
"Wkwkwk. Aturannya itu pria pertama yang lewat di depan kita. Terserah deh mau itu tua atau muda, mau sendirian atau sama selingkuhannya, gak ada urusan!" Teman-temannya mencanangkan aturan yang mana membuat Eve menyesal telah menyetujui tantangan absurd tersebut.
"Sial!" rutuk Eve berkali-kali sambil dengan dada berdebar kencang menanti siapa yang akan melewati mereka pertama kali.
Evangelin Ravenwood, atau akrab dipanggil Eve, sedang mengadakan acara perpisahan setelah wisuda dari universitas. Mereka ingin menghabiskan liburan bersama di pantai sebelum masing-masing akan menjalani dunia kerja di mana kemungkinan mereka akan sulit untuk bertemu dan menghabiskan waktu bersama lagi.
Entah tadi siapa yang mencetuskan ide untuk memainkan permainan Truth or Dare. Karena seru, Eve tak menolak. Lagipula sejak awal sepertinya tantangan yang diberikan adalah hal biasa yang wajar seperti mengatai teman yang duduk di sebelahnya, atau makan mie dengan level pedas tertinggi. Paling tidak, itu semua masih dikategorikan tantangan yang aman.
Lalu, kenapa ketika tiba gilirannya ia harus menembak pria pertama yang lewat, tak peduli status dan usianya pula! Sungguh penuh risiko!
Dan salah satu temannya memekik saat dari kejauhan tampak ada sepasang lelaki dan perempuan berbaju couple tengah bergandengan tangan. Astaga! Ini sih sama saja dengan bunuh diri! Ia bisa langsung ditampar pasangannya kalau nekat menyatakan perasaan.
"Hei? Kalian tidak berpikir kalau aku harus nembak dia, kan?" tanya Eve sambil memutar bola mata.
Teman-temannya tampak berdiskusi dan akhirnya menganulir sepasang muda-mudi kasmaran tersebut. Eve mengembuskan napas lega.
Tak berapa lama kemudian, muncullah sesosok pria yang bahkan dari jauh saja sudah tampak sekali ketampanannya. Tubuh atletisnya menciptakan bayangan siluet yang sungguh sempurna. Pria itu mengenakan setelan yang teramat resmi dan tak begitu cocok dikenakan di area pantai, apalagi malam begitu.
Ekspresi wajahnya tampak seolah sedang mencari keberadaan seseorang. Siapa kira-kira? Eve malah bertanya-tanya dalam hati.
"Ayo, Eve! Sekarang!" titah salah seorang temannya.
Eve gemetaran selama sedetik sebelum kemudian mementapkan hati untuk melaksanakan tantangan yang telah disepakati.
Dengan langkah pasti, Eve mendekat ke arah si pria dan berdehem meminta perhatian.
"Ehemm, Pak?" sapanya seraya nyengir tak enak.
Tidak ada tanggapan. Bahkan, pria itu sama sekali tidak menoleh ke arahnya. Apa dia tidak dengar? Eve membatin dalam diam.
Ia pun menoleh ke arah teman-temannya yang malah dengan ekspresi wajah dan lambaian tangan memaksa untuknya meneruskan aksi yang terlanjur dimulai.
"Pak. Maafkan saya, apakah Anda sedang mencari seseorang?" Akhirnya Eve memberanikan diri mencegat langkah si pria.
Pria itu masih saja memasang tampang serius dan cuek. Dan yang menjengkelkan lagi, pertanyaan Eve hanya dijawabnya dengan gelengan kepala tanpa arti.
"Apa maksudnya menggeleng, coba? Dia tidak dengar atau tidak sedang mencari seseorang? Gak jelas banget, deh!" gerutu Eve seorang diri. Ia menoleh ke arah teman-temannya yang sebagian terkikik geli dan sebagian lagi masih memaksanya untuk melanjutkan aksi.
"Eh! Pak! Anda ini bisu atau tuli atau keduanya, sih? Bisa-bisanya saya udah ngomong panjang lebar nggak ada tanggapan sama sekali!" Tak kuasa menahan lagi emosinya, Eve yang tak terbiasa diabaikan itu pun meluapkan amarah terhadap si pria.
Tanpa diduga, pria itu akhirnya menghentikan langkah dan menoleh lalu menatap tajam ke arah Eve.
"Kamu bicara padaku? Siapa yang bisu dan tuli, ha?" Suara bariton yang terdengar dalam dan sangat berwibawa keluar dari bibir si pria tampan.
Eve seolah langsung mengkerut di tempatnya. Tak disangka si pria malah berjalan mendekat ke arahnya. Sorot mata tajam bak elang yang dibingkai alis tebal itu menatap lekat Eve dengan tatapan menilai dari atas ke bawah. Sungguh cara memandang yang sama sekali tidak sopan, pikir Eve semakin kesal dengan sikap pria di hadapannya itu.
"Apa sekarang giliran kamu yang jadi bisu dan tuli, hm? Gadis bodoh!" sergah si pria sambil menyipitkan mata seolah meremehkan Eve.
"Habisnya Anda diam saja seperti saya ini angin lalu-"
"Tidak selamanya orang harus menanggapi tingkah absurd para gadis labil seperti kalian, kan?" tudingnya ke arah kerumunan teman-teman Eve yang jelas-jelas memang tengah menyaksikan adu mulut yang terjadi di antara mereka.
Oh, sepertinya pria ini memang sedari awal sudah curiga bahwa ia sedang dijadikan targetnya dan teman-temannya, pantas saja sikapnya begitu menyebalkan dan tidak merespon sama sekali.
Eve tak bisa berkata-kata. Disebut gadis labil absurd bukan prestasi di depan pria tampan nan rupawan di hadapannya ini. Sungguh bukan hal yang bisa dikenang sebagai bagian dari memori liburannya kali ini.
Sambil tak lupa melempar tatapan menghunus lagi ke arah Eve, pria itu pergi dengan langkah lebarnya, menjauh dari Eve yang masih terpekur tak tahu harus bagaimana. Untung saja dia belum sempat menyatakan perasaan atas dasar tuntutan teman-temannya kepada pria tadi. Bisa malu berat kalau sampai ditolak mentah-mentah!
Dengan jengkel, Eve mengentakkan kakinya dan berbalik ke arah teman-temannya. Sebagian menghibur dan sebagian lagi malah membuatnya semakin kesal dengan berkomentar menyalahkannya,
"Kamu sih, pakai ngatain bisu dan tuli segala. Sembarangan sekali!"
"Iya! Batal deh dapat kenalan pria keren maksimal gitu! Siapa tahu dia penyelamat kamu dari status jomlo saat ini!"
Eve mendecakkan lidahnya sebal. "Keren kalau sikapnya kaku begitu mendingan aku single aja deh. Bisa sial seumur hidup kalau punya pacar sepertinya!"
Warning!!!!! 21++ Dark Adult Novel Ketika istrinya tak lagi mampu mengimbangi hasratnya yang membara, Valdi terjerumus dalam kehampaan dan kesendirian yang menyiksa. Setelah perceraian merenggut segalanya, hidupnya terasa kosong-hingga Mayang, gadis muda yang polos dan lugu, hadir dalam kehidupannya. Mayang, yang baru kehilangan ibunya-pembantu setia yang telah lama bekerja di rumah Valdi-tak pernah menduga bahwa kepolosannya akan menjadi alat bagi Valdi untuk memenuhi keinginan terpendamnya. Gadis yang masih hijau dalam dunia dewasa ini tanpa sadar masuk ke dalam permainan Valdi yang penuh tipu daya. Bisakah Mayang, dengan keluguannya, bertahan dari manipulasi pria yang jauh lebih berpengalaman? Ataukah ia akan terjerat dalam permainan berbahaya yang berada di luar kendalinya?
Sonia ditipu oleh calon ibu mertuanya untuk menikah dengan om tunangannya yang duduk di kursi roda dan sakit-sakitan. Dia pikir hidupnya akan menjadi neraka setelah menikah, tetapi dia mendapat kejutan besar. Suaminya membelikannya rumah dan tanah, dan bahkan menghujaninya dengan semua cinta. Hidup itu baik. Satu-satunya kekurangan adalah bahwa suaminya, Verdi, selalu batuk seolah-olah akan mati kapan saja. Suatu hari, Sonia menemukan rahasia suaminya, yang ternyata telah mengawasinya sejak lama. Dia mencibir, "Bukankah kamu sakit kronis?" "Aku lebih baik sekarang. Terima kasih atas perhatianmu," jawab Verdi. "Apakah kamu tidak lumpuh?" Mendengar pertanyaan ini, Verdi berkeringat dingin. "Yah, aku tidak ingin anak kita diejek, jadi aku punya dokter terbaik untuk merawat kakiku." Sonia sangat marah. Dia berteriak, "Siapa kamu? Apa lagi yang kamu sembunyikan dariku?" Dengan bunyi gedebuk, Verdi berlutut dan berkata, "Istriku, jangan meninggikan suaramu. Berteriak dengan marah bisa membahayakan bayi. Pukul saja aku sebanyak yang kamu mau." Perilaku Verdi mengejutkan semua orang yang mengenalnya. Pria kejam, yang tidak pernah meminta maaf pada siapa pun, berlutut untuk seorang wanita! Mengapa?
Warning!!! Khusus 18+++ Di bawah 18+++ alangkah baiknya jangan dicoba-coba.
Yolanda mengetahui bahwa dia bukanlah anak kandung orang tuanya. Setelah mengetahui taktik mereka untuk memperdagangkannya sebagai pion dalam kesepakatan bisnis, dia dikirim ke tempat kelahirannya yang tandus. Di sana, dia menemukan asal usulnya yang sebenarnya, seorang keturunan keluarga kaya yang bersejarah. Keluarga aslinya menghujaninya dengan cinta dan kekaguman. Dalam menghadapi rasa iri adik perempuannya, Yolanda menaklukkan setiap kesulitan dan membalas dendam, sambil menunjukkan bakatnya. Dia segera menarik perhatian bujangan paling memenuhi syarat di kota itu. Sang pria menyudutkan Yolanda dan menjepitnya ke dinding. "Sudah waktunya untuk mengungkapkan identitas aslimu, Sayang."
Pada hari ulang tahun pernikahan mereka, simpanan Jordan membius Alisha, dan dia berakhir di ranjang orang asing. Dalam satu malam, Alisha kehilangan kepolosannya, sementara wanita simpanan itu hamil. Patah hati dan terhina, Alisha menuntut cerai, tapi Jordan melihatnya sebagai amukan lain. Ketika mereka akhirnya berpisah, Alisha kemudian menjadi artis terkenal, dicari dan dikagumi oleh semua orang. Karena penuh penyesalan, Jordan menghampirinya dengan harapan akan rujuk, tetapi dia justru mendapati wanita itu berada di pelukan seorang taipan yang berkuasa. "Ayo, sapa kakak iparmu."
Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?