/0/18744/coverbig.jpg?v=80fadf347cc81c364fa3ac91215c8e85)
Sinopsis : Bercerita tentang perjodohan yang dialami pasangan beda usia. Khalila Permata Sutama adalah dokter muda cerdas pewaris rumah sakit terkenal. Zahran Fahad Auzan adalah siswa tingkat akhir SMA yang baik hati dan selalu bersikap dewasa. Zahran menggantikan kakak laki-lakinya yang meninggal untuk di jodohkan dengan Khalila. Mereka terpaksa menikah karena wasiat. Khalila yang galak dan sok tidak pernah menganggap Zahran suaminya. Dia malu bersuamikan Zahran yang masih muda. Namun, tanpa diketahui siapapun, Zahran menyukai Khalila sejak kecil karena Khalila pernah menyelamatkan nyawanya. Apapun Zahran lakukan untuk Khalila. Hingga perlahan Khalila sadar kalau sikapnya pada Zahran sudah keterlaluan. Mampukah pasangan beda usia ini hidup rukun dan berumah tangga layaknya pasangan sungguhan?
"Zahran Fahad Auzan adalah pria baik hati dan cerdas. Kamu pasti tidak menyesal menikah dengannya. Terlebih untuk memimpin rumah sakit dimasa depan, Kamu memerlukan pasangan yang sama cerdasnya denganmu. Kalian sama-sama bibit unggul," bujuk Erga Sutama pada putri tunggalnya.
"Dia masih bocah, Pa. Masih 18 tahun. Dengan kakaknya saja Aku tidak mau, apalagi sama adiknya," tolak Khalila untuk sekian kalinya dengan tegas.
"Mendiang ayah Zahran dan Papa sahabat baik. Dia membantu Papa merintis rumah sakit dari nol. Saat Papa sukses, keluarga mereka tidak pernah meminta sepeserpun atas jasa ayah Zahran. Mereka keluarga baik-baik. Jarang zaman sekarang ada keluarga setulus mereka."
"Kenapa tidak Papa saja yang menikah sama ibunya Zahran kalau mau balas budi. Ibunya kan janda, Papa duda, cocok."
"Jangan kurang ajar Kamu sama Papa. Kalau Kamu menolak, Kamu tidak akan mendapatkan warisan dari Papa. Papa akan mewariskan rumah sakit pada Zahran karena di situ ada hak ayahnya. Mau?" ancam Erga.
Khalila terdiam. Dia tidak bisa berkutik. Setiap kali ayahnya mengancam, dia selalu kalah. "Papa jahat. Padahal Papa sudah tau Aku punya pacar." Khalila mulai menangis.
"Pacarmu bukan pria baik-baik, dia tidak lebih dari preman jalanan. Papa ingin menantu yang bisa diandalkan seperti Zahran," tegas Erga.
"Terserah Papa. Jual saja Aku sekalian untuk melunaskan hutang budi Papa pada keluarga kampung itu." Khalila marah besar. Dia menangis dan naik ke atas. Dia mengunci diri di kamar, melempar semua benda yang bisa dia lempar, untuk melampiaskan amarahnya.
Khalila Permata Sutama adalah gadis cerdas. Dia lulus SMA di usia 17 tahun karena sering lompat kelas. Dia berhasil menamatkan kuliah sarjana kedokterannya selama 3 tahun. Ya, di usia 20 tahun dia sudah mendapat gelar Sarjana Kedokteran. Lalu dia lulus Koas dan mendapat gelar dokter setelah 2 tahun. Di usia 22 tahun dia sudah menjadi dokter. Kini Khalila sudah berusia 24 tahun, sudah 2 tahun dia kuliah spesialis dokter bedah, namun sebelum berhasil menamatkan kuliah dokter spesialisnya, dia malah di jodohkan.
Awalnya Khalila di jodohkan dengan Hasan, kakaknya Zahran, yang merupakan guru di pondok pesantren. Mereka pun sudah kenalan, walau Khalila tidak suka pada Hasan. Naas, Dua bulan yang lalu Hasan kecelakaan dan meninggal. Erga masih kekeh menjodohkan anaknya dengan anak mendiang sahabatnya, jadi dia meminta Zahran menggantikan posisi Hasan, untuk menikahi Khalila. Tak disangka, Zahran mau menggantikan kakaknya.
Perjodohan sangat di tentang oleh Khalila. Belum cukup dijodohkan dengan guru di pondok pesantren, sekarang dia malah di jodohkan lagi dengan siswa SMA. Padahal Khalila sendiri sudah punya pacar yang sudah dipacarinya selama tiga tahun. Pacar Khalila sendiri baru tamat kuliah dan bekerja sebagai karyawan biasa di perusahaan swasta.
"Khalila ... Besok Kita ke desa, kalian harus menikah bulan ini juga," ucap Erga di depan pintu kamar Khalila yang terkunci.
"Terserah Papa. Toh Aku tidak bisa membantah," sahut Khalila dari dalam.
"Setelah Kamu menikah dengan Zahran, dia pindah sekolah ke Jakarta. Dan Kamu mulai praktik di rumah sakit, sambil Kamu menyelesaikan kuliah dokter spesialismu. Pikirkan rumah sakit. Kamu ingin rumah sakit atau pacarmu?"
Erga tau apa yang di inginkan putrinya. Sejak kecil putrinya bercita-cita ingin jadi dokter sekaligus pemilik rumah sakit. Jadi, Khalila pasti tidak mampu menolak keinginan ayahnya. Erga juga tau anaknya ini sangat polos, walau diluar dia terkenal menyebalkan dan manja. Erga tidak akan membiarkan kepolosan anaknya dimanfaatkan pria jahat. Itulah salah satu alasan Erga ingin Khalila menikah dengan pria baik pilihannya.
Setelah berkata demikian, Erga pun turun ke bawah. Khalila masih menangis kesal. Tiba-tiba ponselnya berdering. Yuana, sahabatnya, yang menelepon. Panggilan itu Khalila angkat. "Hallo Yuana."
"Lo kenapa? Kok nangis? Bukannya perjodohan Lo udah aman? Calon Lo di kampung meninggal kan?" Yuana tau segalanya tentang Khalila. Mereka bersahabat sejak SMA. Sekarang Yuana masih mahasiswa koas di rumah sakit milik ayah Khalila, walau mereka seusia.
"Adiknya yang bakal nikah sama Gue. Namanya Zahran. Dia masih bocah SMA. Masih 18 tahun ..." tangis Khalila pecah.
"Ya ampun, kasian banget sih Lo. Udah jangan nangis. Dunia masih belum kiamat."
"Dunia Gue udah kiamat, Na. Gimana coba Gue bilang sama Dito? Kami aja baru balikan dua bulan yang lalu, karena Gue pikir perjodohan bakal batal karena Hasan meninggal."
"Aduh, Gue juga bingung. Masalah Lo besar banget."
"Kata Papa, Gue bakal di nikahkan bulan ini juga."
"What? Secepat itu?"
"Makanya."
"Tunggu dulu! Dia masih 18 tahun kan?"
"Terus kenapa?"
"Kalian nikah siri?"
"Kenapa harus nikah siri?" Khalila tidak mengerti.
"Aduh Khalila, lemot banget sih. Padahal Lo lebih pintar dari Gue."
"Oh iya. Peraturan sekarang kan di KUA usia mempelai minimal 19 tahun kalau mau nikah. Sementara usia Zahran masih 18 tahun. Artinya Gue sama Zahran cuma bisa nikah siri. Gak nikah secara hukum. Zahran juga belum lulus SMA, masih belum boleh nikah." Khalila berhenti menangis, dia senang.
"Tuh kan. Masih ada celah. Secara hukum kalian belum menikah."
"Bener juga. Pokoknya sebelum usia Zahran 19 tahun, Gue bakal selalu bikin ulah, biar dia menceraikan Gue. Gue gak bisa nolak pernikahan ini, tapi dia bisa."
"Nah, udah ada solusinya kan? Jadi jangan nangis lagi."
"Na, makasih banyak ya. Untung Lo nelpon. Pikiran Gue akhirnya lega. Besok Gue dan Papa mau ke kampung ketemu keluarga Zahran lagi."
"Gue cuma bisa berdoa, semoga sahabat Gue di berikan yang terbaik."
"Aamiin. Sekali lagi makasih ya, Na?"
"Iya." Yuana pun menutup telepon.
"Untung ada Yuana." Khalila tertawa kegirangan. Dia memutuskan tidak jadi putus dengan Dito. Bagaimana pun caranya, sebelum usia Zahran 19 tahun, pernikahan mereka tidak boleh ketahuan Dito dan harus cerai.
Zahran Fahad Auzan adalah siswa SMA tingkat akhir. Dia tampan dan cerdas. Dia lembut dan berbakti pada orangtuanya. Ayahnya sudah lama meninggal. Dia masih memiliki ibu, dan kakak perempuan yang sudah menikah dan punya anak. Mereka tinggal dalam satu rumah diperkampungan jauh dari hiruk pikuk kota.
"Zahran ... Zahran ..." Kasih, kakak pertama Zahran berlari di sepanjang jalan sawah mereka. Hari ini hari Minggu, jadi Zahran membantu ibunya memanen padi di sawah. Walau orang desa, mereka punya sawah dan kebun berhektar-hektar.
"Ada apa Kasih? Kok teriak-teriak gitu panggil adikmu?" sahut Lilis, ibu mereka.
"Bu, Om Erga dan anaknya besok mau datang. Tadi mereka nelpon. Kasih yang angkat hp ibu di rumah tadi. Kata Om Erga, Zahran dan Khalila dipastikan bulan ini menikah," kata Kasih senang.
"Alhamdulillah, ibu senang mendengarnya. Almarhum Bapa kalian pasti senang juga, karena mereka sejak dulu ingin berbesanan," kata Lilis lagi. "Zahran, Kamu dengar kan kata Kakakmu? Bulan ini Kamu bakal nikah," kata Lilis pada anaknya yang mendekat karena mendengar perkataan kakaknya.
"Iya, Bu," jawab Zahran dengan tersenyum kecil. Tak terlukiskan, di hati kecil Zahran, dia bahagia mendengar berita itu. Sudah lama dia menaruh hati pada Khalila.
Sayup-sayup terdengar suara bu ustadzah, aku terkaget bu ustazah langsung membuka gamisnya terlihat beha dan cd hitam yang ia kenakan.. Aku benar-benar terpana seorang ustazah membuka gamisnya dihadapanku, aku tak bisa berkata-kata, kemudian beliau membuka kaitan behanya lepas lah gundukan gunung kemabr yang kira-kira ku taksir berukuran 36B nan indah.. Meski sudah menyusui anak tetap saja kencang dan tidak kendur gunung kemabar ustazah. Ketika ustadzah ingin membuka celana dalam yg ia gunakan….. Hari smakin hari aku semakin mengagumi sosok ustadzah ika.. Entah apa yang merasuki jiwaku, ustadzah ika semakin terlihat cantik dan menarik. Sering aku berhayal membayangkan tubuh molek dibalik gamis panjang hijab syar'i nan lebar ustadzah ika. Terkadang itu slalu mengganggu tidur malamku. Disaat aku tertidur…..
Blurb : Adult 21+ Orang bilang cinta itu indah tetapi akankah tetap indah kalau merasakan cinta terhadap milik orang lain. Milik seseorang yang kita sayangi
Warning !! Cerita Dewasa 21+.. Akan banyak hal tak terduga yang membuatmu hanyut dalam suasana di dalam cerita cerita ini. Bersiaplah untuk mendapatkan fantasi yang luar biasa..
Pada hari Livia mengetahui bahwa dia hamil, dia memergoki tunangannya berselingkuh. Tunangannya yang tanpa belas kasihan dan simpanannya itu hampir membunuhnya. Livia melarikan diri demi nyawanya. Ketika dia kembali ke kampung halamannya lima tahun kemudian, dia kebetulan menyelamatkan nyawa seorang anak laki-laki. Ayah anak laki-laki itu ternyata adalah orang terkaya di dunia. Semuanya berubah untuk Livia sejak saat itu. Pria itu tidak membiarkannya mengalami ketidaknyamanan. Ketika mantan tunangannya menindasnya, pria tersebut menghancurkan keluarga bajingan itu dan juga menyewa seluruh pulau hanya untuk memberi Livia istirahat dari semua drama. Sang pria juga memberi pelajaran pada ayah Livia yang penuh kebencian. Pria itu menghancurkan semua musuhnya bahkan sebelum dia bertanya. Ketika saudari Livia yang keji melemparkan dirinya ke arahnya, pria itu menunjukkan buku nikah dan berkata, "Aku sudah menikah dengan bahagia dan istriku jauh lebih cantik daripada kamu!" Livia kaget. "Kapan kita pernah menikah? Setahuku, aku masih lajang." Dengan senyum jahat, dia berkata, "Sayang, kita sudah menikah selama lima tahun. Bukankah sudah waktunya kita punya anak lagi bersama?" Livia menganga. Apa sih yang pria ini bicarakan?