/0/18577/coverbig.jpg?v=20240701114259)
Alana terlonjak dari tidurnya, tersebab mimpi buruk yang di alaminya, napasnya terengah-engah tubuhnya gemetar, matanya tertuju pada kain warna putih yang tergantung di sudut kamarnya, keringat dingin mengucur deras dari pelipisnya. Selama kain putih itu berada di sekelilingnya, masih berada dalam jangkauan pandangan matanya, maka bukan hanya mimpi buruk yang akan menimpa Alana, berbagai kejadian di luar nalar akan terjadi kepada Alana. Alana selalu berusaha, bagaimanapun caranya, kain warna putih itu, tidak boleh berada di sisinya, meskipun bagi sebagian orang, kain berwarna putih memiliki warna yang baik, namun bagi Alana, kain berwarna putih adalah suatu mimpi buruk bagi kehidupannya.
Di dalam bangunan rumah dua lantai yang tidak terlalu besar, Alana tinggal bersama kedua orang tuanya, dan kedua adiknya, Adzriel dan Qiara.
Alana Ramdhani, itu adalah nama lengkapnya, Alana sekarang berusia 23 tahun, dia sedang menempuh pendidikan di salah satu perguruan tinggi negeri jurusan Arsitektur, semester Akhir.
Suara derap langkah Alana terdengar di atas lantai kayu jati, dia sedang menuju kamarnya untuk tidur, dia segera mematikan lampu kamar dan membaringkan badannya di atas ranjang, jarum jam menunjukkan pukul 02.33 malam, remang cahaya bulan menerobos menuju kamar Alana melewati jendela kamarnya yang tiba-tiba terbuka,
"Praak!"
"Wush."
Suara napas Alana terengah-engah, sekali lagi Alana mengalami mimpi buruk, keringat mengalir deras dari pelipisnya menuju leher, badannya bergetar hebat, kepala Alana bergerak ke kiri dan ke kanan secara terus-menerus,
"Aku sedang berada di mana?" ucapnya.
Alana berjalan melewati sebuah lorong panjang rumah sakit menuju jalan raya, kepulan asap putih menghalangi jarak pandangnya, angin berhembus kuat di sekeliling Alana, membuat jendela rumah sakit terbuka dan tertutup dengan tiba-tiba, pandangan Alana tertuju pada papan nama rumah sakit yang terlihat kotor di penuhi debu dan beberapa bagiannya sudah penyok, terlihat tanaman liar menjalar di papan nama rumah sakit,
Rumah Sakit Permata. "Mengapa rumah sakit ini sangat sepi tidak ada tanda-tanda kehidupan di sini?" gumamnya sambil berjalan menuju gerbang rumah sakit, mobil ambulan yang bertandang di parkiran rumah sakit tampak kotor dan penyok di bagian belakang.
Alana memegang tengkuknya yang meremang, tiupan angin terasa berhembus di telinganya.
"Astagfirullahal'adzim." Dengan sigap dia menoleh ke belakang, namun tidak ada siapapun yang berada di sekitarnya. Alana mengedarkan pandangannya dengan liar, sesosok wanita bergaun putih lusuh rambut panjang menjuntai aur-auran berdiri di sudut rumah sakit. Belum sempat memperhatikan wajahnya, Alana berbalik dan berjalan secepatnya menuju gerbang. Perasaan takut menyelimuti Alana, tubuhnya gemetar, sosok bayangan putih sekilas melintas dari hadapan Alana, tidak jauh dari posisi Alana memijakkan kakinya, di depannya, seorang anak kecil berdiri dengan pakaian lusuh memeluk boneka. Anak perempuan itu melambaikan tangannya memanggil Alana, wajahnya sangat pucat, kedua matanya bolong, dalam sekejap mata anak itu berpindah posisi ke depan Alana, dan memegang tangan Alana,
"Aaaaa!"
Saat Alana sedang berusaha melepaskan pegangan anak perempuan itu dari tangannya, anak itu tiba-tiba menghilang dari hadapan Alana, dengan napas terengah-engah, dia berusaha berlari menjauh dari rumah sakit kosong tak terpakai.
***
"Alana! Alana bangun!" ucap ibunya, sambil menggoyangkan tubuh Alana. "Qiara tolong ambilkan air minum!" ucap ibu kepada Qiara-adik perempuan Alana.
"Baik, Bu," ucapnya sambil berjalan menuju dapur.
Kedua mata Alana terbuka lebar, ia terbangun dari mimpinya dengan napas yang tersengal-sengal dan badan yang bergetar.
"Bu ...." Suaranya terdengar lemah dan serak. "Alana mimpi buruk lagi," ucapnya.
"Ya, ibu tahu, suara mengigau kamu terdengar sampai ke kamar ibu dan Qiara," ucap ibu sambil memeluk anak sulungnya.
Qiara berjalan memasuki kamar Alana membawa satu gelas air putih, dan langsung memberikannya kepada Alana, dia segera meminumnya hingga tetesan terakhir.
"Ya sudah, lebih baik sekarang kamu mengambil wudhu dan salat malam," ucap ibunya seraya berjalan keluar dari kamar Alana.
"Ya, Bu," jawab Alana.
Alana berjalan menuju kamar mandi dengan rasa takut yang masih menyelimutinya, memutar keran lalu membasuh mukanya hingga kaki, dengan berwudhu dengan tertib, lalu berdo'a di luar kamar mandi. Dia mengambil mukena miliknya yang tergantung di dalam lemari, kemudian menunaikan salat tahajjud.
"Allahuakbar."Seruan takbir menjadi tanda bahwa Alana sudah memulai salatnya, sekitar 15 menit berlalu, dua rakaat salat tahajjud sudah selesai Alana laksanakan. Setelah berdo' a dia menyimpan kembali mukenanya ke dalam lemari.
Alana melihat ke arah jendela yang terbuka lebar. "Rasanya aku sudah menutup jendela dengan rapat sebelum aku beranjak tidur, tapi kenapa jendela ini bisa terbuka dengan sendirinya," ucapnya bergumam.
Alana segera menutup jendela dengan rapat, dia melihat ke luar jendela, tapi hanya terdengar gonggongan anjing yang terdengar sangat mengerikan.
"Auuuuu!"
Tidak mau berlama-lama di dekat jendela dia beranjak ke tempat tidur untuk berbaring dan menarik selimutnya. Alana menatap ke arah kain berwarna putih yang tergantung di sudut ruangan. Dia merasa seolah seseorang sedang memperhatikannya dari balik kain warna putih, dia memberanikan diri untuk kembali menuju stop kontak dan menyalakan lampu kamarnya. Kain berwarna putih itu adalah sarung yang di gantungnya tadi sore.
"Ada apa dengan kain putih ini, mengapa aku merasa seolah ada energi negative yang menyerap energiku, setiap kali ada kain putih ini di sekitarku. Entah itu mimpi buruk atau kejadian mistis," ucap Alana sambil menggantung kembali kain putih itu ke tempat semula.
"Hah, tidak mungkin, pikiranku pasti salah, bagaimana mungkin kain putih membawa energi negative untukku, sementara kain ihram untuk ibadah haji saja berwarna putih. Lebih baik aku membuang jauh pikiran burukku mengenai kain putih ini, dan melanjutkan tidurku," ucap Alana dalam hati.
Alana kembali ke tempat tidur tanpa mematikan lampu kamar. Dia mengambil ponsel yang di letakkannya di atas meja dekat ranjang, satu pesan masuk dari Citra belum terbaca oleh Alana, citra adalah teman satu kampus dan satu kompleks dengannya, "Alana sore ini aku berangkat ke rumah keluargaku di Sukamulya untuk empat hari ke depan," ucapnya.
"Bukankah tadi malam aku berjalan bersama Citra di gang sebelah? Kalau citra ke rumah keluarganya sore tadi, lantas aku bersama siapa tadi malam?" ucap Alana dengan mulut menganga, bagaimana bisa?
Alana ingin menelepon Citra, namun ini masih waktu tengah malam, jam menunjukan tepat pukul 03.00 dini hari.
"Ehem!"
"Ehem!"
Suara orang berdehem terdengar keras dari luar kamar Alana, dia menajamkan pendengarannya. Namun suara itu sudah tidak terdengar lagi, rambut tangan Alana berdiri, bulu kuduknya meremang. Dengan lampu yang masih menyala, dia tidur bersembunyi di balik selimut.
"Kukuruyuk!"
"Kruyuk!"
Suara kokok ayam tetangga sebelah membangunkan Alana dari tidurnya, ponselnya masih berada dalam genggaman tangannya, suara azan subuh terdengar dari speaker masjid, dia melihat jam di layar ponselnya sudah menunjukkan waktu subuh,
"Alana ayok bangun, salat subuh Nak, kita salat berjama'ah sama bapak," ucap ibunya terdengar dari balik pintu.
Alana mengumpulkan semua keberanian, berjalan menuju pintu dan memutar gagang pintu kamarnya.
"Krieet ...."
Ibunya berdiri di depan pintu dengan wajah yang basah, "Ya Bu, sekarang Alana segera menyusul ke mushalla (masjidul bait),"ucap Alana sambil melangkah menuju lemari untuk mengambil mukena.
"Cepat Alana, bapak sudah menunggu kita,"ucap ibunya seraya berjalan menuju mushalla.
Alana segera mempercepat langkahnya untuk mengambil air wudhu dan mengenakan mukenanya, dan menunaikan salat berjama'ah bersama keluarganya.
"Assalamu'alaikum warahmatullah."
"Assalamu'alaikum warahmatullah."
Pagi menjelang, fajar mulai tampak, Alana sedang membantu ibunya memotong sayur yang sedari tadi sedang mencuci piring. "Yang cepat sedikit Nak masaknya, bentar lagi bapak berangkat kerja, dia harus sarapan," ucap ibunya.
"Bu, tadi malam waktu Alana sedang membaringkan badan, suara orang berdehem terdengar dari luar kamar Alana, apa semalam ibu berjalan melewati kamar Alana?"tanya Alana.
"Tidak Alana, selesai membangunkan kamu dari mimpi buruk, semalam ibu langsung masuk ke dalam kamar, ibu tidak kemana-mana lagi,"jawab ibu yang sedang sibuk mencuci piring di wastafel.
Artha terlahir dari keluarga yang sederhana di pinggiran pantai, namun berkat kegigihan dan kerja kerasnya, dia bisa menempuh pendidikan serta menyelesaikannya dengan predikat cumlaude di salah satu universitas terbaik di daerahnya. Hingga suatu ketika Artha menyukai seorang wanita, tetapi dengan kondisi ekonomi yang serba kekurangan, orang tua sang wanita tidak menyetujui hubungan mereka, dan menjodohkan anaknya dengan laki-laki lain. Dia menghela napas panjang, dan Artha harus menghormati keputusan kedua orang tua kekasihnya, meskipun hatinya hancur, dia akan terus berusaha untuk menjadi lebih baik dan siap menerima apapun yang terjadi. Dengan ilmu yang dia peroleh di bangku pendidikan, Jurusan Teknik Perkapalan, Artha menjadi harapan terbesar kedua orang tuanya. Mereka sangat mendukung dan bangga dengan kesuksesan Artha di bidang teknik perkapalan. Artha akan terus berjuang untuk membuat mereka bahagia. Artha bekerja dengan penuh dedikasi dan kecerdasan. Dan Akan menyelesaikan tugas dengan sempurna dan tanpa kompromi. Artha memberikan kontribusi yang besar bagi ekonomi keluarganya. Artha akan bekerja keras untuk menghasilkan pendapatan yang cukup untuk memberikan kehidupan yang lebih baik bagi keluarganya. Artha tidak pernah menyerah untuk merubah nasib keluarganya menjadi lebih baik.
Kumpulan cerita seru yang akan membuat siapapun terbibur dan ikut terhanyut sekaligus merenung tanpa harus repot-repot memikirkan konfliks yang terlalu jelimet. Cerita ini murni untuk hiburan, teman istrirahat dan pengantar lelah disela-sela kesibukan berkativitas sehari-hari. Jadi cerita ini sangat cocok dengan para dewasa yang memang ingin refrehsing dan bersenang-senang terhindar dari stres dan gangguan mental lainnya, kecuali ketagihan membacanya.
Binar Mentari menikah dengan Barra Atmadja,pria yang sangat berkuasa, namun hidupnya tidak bahagia karena suaminya selalu memandang rendah dirinya. Tiga tahun bersama membuat Binar meninggalkan suaminya dan bercerai darinya karena keberadaannya tak pernah dianggap dan dihina dihadapan semua orang. Binar memilih diam dan pergi. Enam tahun kemudian, Binar kembali ke tanah air dengan dua anak kembar yang cerdas dan menggemaskan, sekarang dia telah menjadi dokter yang berbakat dan terkenal dan banyak pria hebat yang jatuh cinta padanya! Mantan suaminya, Barra, sekarang menyesal dan ingin kembali pada pelukannya. Akankah Binar memaafkan sang mantan? "Mami, Papi memintamu kembali? Apakah Mami masih mencintainya?"
AREA DEWASA! YANG BELUM CUKUP UMUR, MINGGIR DULU YA, CARI BACAAN SESUAI UMURNYA. NEKAT BACA CERITA INI, DOSA TANGGUNG SENDIRI. Pertemuan Anne Mary yang masih berumur 18tahun dengan Marcio Lamparska, 30tahun dalam sebuah tragedi pembunuhan di Tokyo dimana Marcio sebagai pelaku pembunuhan dan Anne yang menjadi saksi matanya membuat hubungan antara Anne dan Marcio terikat dalam suatu kerjasama yang saling menguntungkan karena akibat dari tragedi pembunuhan tersebut, Anne yang merupakan orang terdekat dengan korban, tertuduh menjadi tersangka utama pembunuhan. Sebelum interpol menemukan dan menangkap Anne, Marcio bersama anak buahnya sudah terlebih dahulu menculik gadis itu dan membawanya ke Murcia, Spanyol, kediaman Marcio berada. Anne Mary yang memiliki otak jenius di atas rata-rata hanyalah seorang gadis muda yang sangat lugu, polos namun memiliki mulut yang tajam pedas dan kritis sedangkan Marcio yang tanpa dia sadari sudah jatuh cinta kepada gadis muda tersebut semakin membuatnya protektif menjaga dan memberikan pelatihan-pelatihan fisik pada Anne yang tentu saja semakin membangkitkan api dendam dalam diri Anne yang membara di dalam dadanya. Anne akhirnya bersedia membuka hatinya untuk menerima perasaan Marcio agar dia bisa lebih mudah untuk membunuh pria itu yang ternyata tanpa dia sadari masuk ke dalam perangkapnya sendiri, jatuh cinta pada Marcio. Bisakah Anne melupakan Touda Akira sepenuhnya, orang yang sudah menjadi korban pembunuhan Marcio, dimana Touda merupakan cinta pertama Anne yang mencintainya secara diam-diam dan melupakan balas dendamnya pada Marcio? Bagaimana dengan Iosef, tangan kanan musuh besar Marcio yang sejak pertama kali bertemu dengan Anne, memiliki perasaan tidak biasa terhadap gadis mungil itu. Iosef juga musuh yang pernah melukai Anne namun juga menyelamatkan gadis itu dari kematian. Demi menyelamatkan Marcio, Anne terpaksa ikut pergi dengan Iosef. Iosef yang lembut, perhatian, sangat posesif dan mencintai Anne dengan nyawanya. Cinta yang tulus dan abadi namun memahami jika gadis yang dia cintai tersebut masih mengukir nama Marcio di dalam hatinya. Dalam pelarian bersama Iosef, Anne tumbuh semakin kuat, tangguh dan sangat cantik mempesona. Ayunan pedangnya sangat cepat, akurat, dan sikapnya tegas, tidak segan membunuh siapapun yang menjadi tugas dalam misinya. Akankah pertemuan kembali Anne dan Marcio bisa menumbuhkan perasaan cinta dan kerinduan di antara mereka lagi atau mereka menjadi musuh yang akan saling membunuh? Ikuti terus cerita Anne Mary ini dari seorang gadis biasa yang jelek menjadi seorang gadis muda yang sangat cantik dan memukau namun sifatnya yang sangat tidak peka akan cinta membuat para pria yang terpikat padanya selalu salah paham akan sikapnya. “Ini bukan tentang cinta dan siapa yang kamu pilih, tapi kepada siapa kamu akan berkomitmen untuk memberikan hati yang kamu yakini dia bisa menjaga hatimu dengan sangat baik,” – Anne Mary. CERITA INI EXCLUSIVE HANYA ADA DI BAKISAH!
Yuvina, pewaris sah yang telah lama terlupakan, kembali ke keluarganya, mencurahkan isi hatinya untuk memenangkan hati mereka. Namun, dia harus melepaskan identitasnya, prestasi akademisnya, dan karya kreatifnya kepada saudara perempuan angkatnya. Sebagai imbalan atas pengorbanannya, dia tidak menemukan kehangatan, hanya pengabaian yang lebih dalam. Dengan tegas, Yuvina bersumpah akan memutus semua ikatan emosional. Berubah, dia sekarang berdiri sebagai ahli seni bela diri, mahir dalam delapan bahasa, seorang ahli medis yang terhormat, dan seorang desainer terkenal. Dengan tekad yang baru ditemukan, dia menyatakan, "Mulai hari ini dan seterusnya, tidak ada seorang pun di keluarga ini yang boleh menyinggungku."
Dokter juga manusia, punya rasa, punya hati juga punya birahi
Untuk membayar hutang, dia menggantikan pengantin wanita dan menikahi pria itu, iblis yang ditakuti dan dihormati semua orang. Sang wanita putus asa dan kehabisan pilihan. Sang pria kejam dan tidak sabaran. Pria itu mencicipi manisnya sang wanita, dan secara bertahap tunduk pada nafsu adiktif. Sebelum dia menyadarinya, dia sudah tidak dapat melepaskan diri dari wanita tersebut. Nafsu memicu kisah mereka, tetapi bagaimana cinta bersyarat ini akan berlanjut?