/0/17050/coverbig.jpg?v=80bc4c6c954686dd3fed7d020d9fa2fb)
Terpaksa menerima perjodohan dengan pria tampan yang terpaut usia jauh dengannya, Alleta meminta orang tuanya dan juga calon suaminya merahasiakan pernikahan itu. Ia juga harus mengakhiri hubungannya dengan sang kekasih karena Alleta merasa hubungannya tidak akan berjalan dengan lancar. Adrian Martadinata menerima pinangan tersebut yang tak lain adalah anak muridnya sendiri, di sebuah kampus di mana ia mengajar. Juga menerima semua persyaratan yang diminta oleh wanita berusia dua puluh satu tahun itu dengan senang hati. Namun, mantan istri Adrian tidak mau tinggal diam setelah tahu Adrian sudah menikah lagi dan terus mencoba mengganggu rumah tangga mantan suaminya itu. Lantas, bagaimana cara keduanya menjalin pernikahan yang mereka sembunyikan? Akankah keduanya saling mencintai?
"Saya terima nikah dan kawinnya, Bagaskara Alleta Clover binti Bagaskara Mahendra dengan mas kawin tersebut dibayar, tunai!"
Suara lantang dari Adrian Martadinata-pria tampan berusia tiga puluh satu tahun mempersunting wanita cantik berusia dua puluh satu tahun karena dijodohkan.
Kini, keduanya sudah resmi menjadi pasangan suami-istri. Meskipun acara itu diadakan secara privasi, namun masih terbilang cukup mewah.
Bahkan Alleta tidak memberi tahu kedua sahabat dekatnya sebab ia ingin merahasiakan pernikahan ini sebisa mungkin.
"Kamu sudah sah menjadi istri saya. Maka dari itu, jangan membantah semua perintah saya. Paham, Alleta?" kata Adrian mengingatkan tentang status mereka.
Acara resepsi sudah selesai dilaksanakan. Kini, mereka sudah tiba di rumah baru yang akan mereka tinggali bersama.
"Kita nggak tidur satu kamar 'kan, Pak? Nggak usah nyari kesempatan dalam kesempitan, yaa!"
Adrian mengerutkan keningnya. "Kenapa begitu? Untuk apa mencari kesempatan dalam kesempitan? Kamu ini istri saya, dan saya suami kamu. Jadi, sah-sah saja kalau meminta hak saya sebagai suami kamu."
Ucapan Adrian membuat telinga Alleta gatal. Ia paham dengan ucapan lelaki itu yang sudah pasti meminta haknya sebagai suami darinya.
"Pak! Saya masih kuliah. Lagi pula, pernikahan ini pernikahan paksa! Kalau bukan karena ayah saya mau keluarin saya dari kampus, mana mau saya nikah sama Bapak!" tegas Alleta memberi tahu.
Adrian manggut-manggut sembari menyunggingkan senyum kepada istrinya itu. "Saya juga. Kalau bukan karena papa saya tidak mengancam saya akan dipecat jadi dosen di kampusnya, mana mungkin saya mau nikah sama kamu!"
Alleta menaikan alisnya. Bingung dengan ucapan Adrian. "Maksudnya, Bapak juga diancam?"
Adrian mengangguk. "Ya. Ada banyak alasan yang tidak perlu saya jelaskan secara rinci kepada kamu. Yang jelas, saya sudah menuruti keinginan papa saya, mertua kamu."
Alleta menggaruk rambutnya kemudian menggeleng cepat. "Bodo ah! Ngapain juga harus kepo."
Adrian terkekeh pelan. "Mandi dulu. Dan siap-siap untuk nanti malam."
"Dih! Ogah. Nggak mau! Pokoknya, hanya status kita aja yang udah jadi pasangan suami-istri. Untu-"
"Kalau nolak, dosanya melebihi durhaka pada orang tua, lho," bisik Adrian sembari menutup mulut Alleta yang sudah seperti kaleng rombeng karena mengomel terus menerus sedari tadi.
Alleta kemudian mengempaskan tangan Adrian yang melekat di bibirnya. "Mana bisa begitu! Nggak ada, Pak. Dosa sama orang tua itu bisa jadi batu. Kalau dosa sama suami itu yaa paling bikin suaminya kesel. Dan saya mau buat Bapak kesel terus tiap hari ke saya. Biar saya diceraikan dan urusan pernikahan kita selesai!"
"Mana bisa begitu, Alleta. Kamu belajar agama lagi deh. Sepertinya otak kamu memang kurang kapasitas. Dangkal."
Alleta yang mendengarnya lantas melotot. Bahkan bola matanya hampir keluar sangking kesalnya dengan ucapan Adrian tadi.
"Jangan mentang-mentang saya sering dihukum sama Bapak, dengan seenaknya ngatain otak saya dangkal! Lagi pula nih ya, Pak. Otak Bapak juga sama dangkalnya karena mau nikah sama saya!"
Adrian mengendikan bahunya. "By the way, saya tidak peduli dengan kapasitas otak kamu. Mulai detik ini, bukan hanya sebagai suami kamu saja. Melainkan sebagai dosen privat kamu. Supaya apa? Supaya otak kamu cerdas dan tidak mencontek tugas teman kamu lagi."
Alleta menganga lebar. Kemudian mengendus kasar dengan mata menatap nyalang wajah Adrian.
"Nggak bisa gitu dong, Pak!" ucap Alleta dengan nada tinggi.
Adrian menghela napas kasar. "Bisa. Karena mertua saya, yaitu ayah kamu, minta saya untuk mendidik kamu. Yang katanya bandelnya luar biasa. Sebenarnya saya malas. Tapi, karena janji yang harus saya tepati, terpaksa saya menerima permintaan mertua saya juga orang tua saya."
Alleta mengerutkan keningnya. "Maksud Bapak apa? Kenapa malah saya yang dijadikan tumbal jadi istri Bapak? Yang punya janji kan, Bapak! Aneh!"
"Mending kamu mandi dulu. Habis itu siap-siap."
"Siap-siap apaan sih?! Nggak jelas banget kalau ngomong."
"Malam pertama lah. Ngapain lagi kalau sudah menikah, Alleta? Jangan pura-pura sok polos. Bahkan, saya tidak yakin kalau kamu tidak pernah melakukan itu."
Alleta lantas menjambak rambut Adrian karena kesal telah mengiranya sudah tidak suci lagi.
"Arrggh! Sakit, Alleta!" pekik Adrian seraya menarik tangan Alleta.
"Asal Bapak tahu, ya! Saya emang begajulan. Tapi, harga diri masih saya pertahankan!" ucapnya dengan tegas.
Adrian menaikan alisnya sebelah. "Oh, yaa? Kalau begitu, kenapa kamu takut saya sentuh? Kalau memang masih original, seharusnya tidak perlu ada yang kamu sembunyikan."
Alleta menelan salivanya. Ia kemudian menghela napas panjang sembari menunjuk wajah Adrian penuh emosi.
"Kita buktikan malam ini juga! Kalau saya yang benar, Bapak harus menuruti semua syarat yang saya berikan!"
Adrian melipat tangan di dadanya seraya menatap Alleta dengan lekat. "Dengan senang hati," bisiknya dan berhasil membuat Alleta bergidik mendengarnya.
"Apa saja, syarat yang harus saya penuhi?" tanyanya ingin tahu.
Alleta mengendikan bahunya. "Nanti juga tahu. Itu pun kalau Bapak nggak kena mental dengar syarat yang saya minta!" ucapnya kemudian tersenyum menyeringai.
Adrian lantas melipat tangan di dadanya menatap Alleta. "Oh, yaa? Kalau begitu, katakan sekarang juga. Saya ingin mendengarnya."
Alleta menghela napasnya dengan Panjang. "Yang pertama, jangan pernah melarang saya untuk ketemu sama teman-teman saya. Kedua, jangan ngaku-ngaku di depan umum kalau Bapak suami saya. Sudah saya katakan, saya ingin merahasiakan pernikahan ini selamanya."
Adrian menganggukkan kepalanya. "Hanya itu saja?" tanyanya santai.
Alleta terperangah. Ia lantas mendengus kesal. "Jangan minta anu."
Adrian tertawa mendengarnya. "Kalau itu saya tidak bisa. Kamu, sudah saya nikahi dan sudah sah saya sentuh," ucapnya seraya menatap wajah Alleta kemudian menyunggingkan senyum di bibirnya.
Alleta menggelengkan kepalanya cepat. "Nggak mau, Pak. Saya belum siap. Kita kan, baru nikah tadi pagi. Kenapa harus udah lakuin itu? Nggak nunggu seminggu dulu, gitu?"
Adrian terkekeh pelan. "Kalau ditanya kapan siap, pasti jawabnya tidak akan siap. Saya ini pria dewasa, punya istri. Jadi, untuk kebutuhan biologis itu saya harap kamu bisa memberinya."
Ingin rasanya Alleta menjerit ketika mendengar ucapan dari suaminya itu. "Ya udah! Asalkan penuhi satu syarat lagi! Baru, Bapak boleh nyentuh saya sepuasnya."
"Ya sudah, katakan sekarang juga. Saya sudah tidak sabar ingin mendengarnya." Adrian kemudian mendekati Alleta dan menatapnya dengan tatapan lekatnya.
"Apa, yang kamu inginkan, Alleta?"
"Tidak pernah kusangka, kamu memang senikmat ini." Lama tidak bertemu dengan Indira Pramesti, Damian Kusuma—pria tampan berusia dua puluh tujuh tahun dengan semangat menggerayangi tubuh indah milik Indira Pramesti—perempuan cantik yang selalu ia kagumi sejak dulu. Indi—sapaan perempuan itu lantas marah besar pada Damian karena dengan seenaknya menyetubuhi dirinya dalam keadaan mabuk. Indi bersumpah tidak akan mau bertemu dengan Damian lagi apa pun yang terjadi. Namun, takdir seolah sedang tidak berpihak pada Indi. Perempuan itu harus menikah dengan Damian atas perjodohan kedua orang tua mereka karena tahu Indi sudah berpisah dengan kekasihnya—Rangga. Akankah Indi menerima perjodohan tersebut?
Terpaut usia sepuluh tahun, Meira merasa Daniel terlalu muda untuknya. Berkali-kali wanita 35 tahun itu menolak sang berondong, tetapi Daniel tetap kukuh pada pendiriannya untuk menjadikan Meira istrinya. Masalahnya, cinta beda usia tidak selalu berjalan mulus. Lebih banyak rintangan dan penentangan dari orang-orang, terutama keluarga Daniel sendiri. Setelah mengetahui bahwa Meira pernah nyaris menikah dengan pamannya sendiri, akankah Daniel tetap teguh dengan cintanya? Akankah hubungan mereka bertahan sampai akhir atau justru hancur sebelum memulai?
Raina terlibat dengan seorang tokoh besar ketika dia mabuk suatu malam. Dia membutuhkan bantuan Felix sementara pria itu tertarik pada kecantikan mudanya. Dengan demikian, apa yang seharusnya menjadi hubungan satu malam berkembang menjadi sesuatu yang serius. Semuanya baik-baik saja sampai Raina menemukan bahwa hati Felix adalah milik wanita lain. Ketika cinta pertama Felix kembali, pria itu berhenti pulang, meninggalkan Raina sendirian selama beberapa malam. Dia bertahan dengan itu sampai dia menerima cek dan catatan perpisahan suatu hari. Bertentangan dengan bagaimana Felix mengharapkan dia bereaksi, Raina memiliki senyum di wajahnya saat dia mengucapkan selamat tinggal padanya. "Hubungan kita menyenangkan selama berlangsung, Felix. Semoga kita tidak pernah bertemu lagi. Semoga hidupmu menyenangkan." Namun, seperti sudah ditakdirkan, mereka bertemu lagi. Kali ini, Raina memiliki pria lain di sisinya. Mata Felix terbakar cemburu. Dia berkata, "Bagaimana kamu bisa melanjutkan? Kukira kamu hanya mencintaiku!" "Kata kunci, kukira!" Rena mengibaskan rambut ke belakang dan membalas, "Ada banyak pria di dunia ini, Felix. Selain itu, kamulah yang meminta putus. Sekarang, jika kamu ingin berkencan denganku, kamu harus mengantri." Keesokan harinya, Raina menerima peringatan dana masuk dalam jumlah yang besar dan sebuah cincin berlian. Felix muncul lagi, berlutut dengan satu kaki, dan berkata, "Bolehkah aku memotong antrean, Raina? Aku masih menginginkanmu."
Selama tiga tahun pernikahannya dengan Reza, Kirana selalu rendah dan remeh seperti sebuah debu. Namun, yang dia dapatkan bukannya cinta dan kasih sayang, melainkan ketidakpedulian dan penghinaan yang tak berkesudahan. Lebih buruk lagi, sejak wanita yang ada dalam hati Reza tiba-tiba muncul, Reza menjadi semakin jauh. Akhirnya, Kirana tidak tahan lagi dan meminta cerai. Lagi pula, mengapa dia harus tinggal dengan pria yang dingin dan jauh seperti itu? Pria berikutnya pasti akan lebih baik. Reza menyaksikan mantan istrinya pergi dengan membawa barang bawaannya. Tiba-tiba, sebuah pemikiran muncul dalam benaknya dan dia bertaruh dengan teman-temannya. "Dia pasti akan menyesal meninggalkanku dan akan segera kembali padaku." Setelah mendengar tentang taruhan ini, Kirana mencibir, "Bermimpilah!" Beberapa hari kemudian, Reza bertemu dengan mantan istrinya di sebuah bar. Ternyata dia sedang merayakan perceraiannya. Tidak lama setelah itu, dia menyadari bahwa wanita itu sepertinya memiliki pelamar baru. Reza mulai panik. Wanita yang telah mencintainya selama tiga tahun tiba-tiba tidak peduli padanya lagi. Apa yang harus dia lakukan?
WARNING 21+ HARAP BIJAK DALAM MEMILIH BACAAN! AREA DEWASA! *** Saat kencan buta, Maia Vandini dijebak. Pria teman kencan butanya memberikan obat perangsang pada minuman Maia. Gadis yang baru lulus SMA ini berusaha untuk melarikan diri. Hingga ia bertemu dengan seorang pria asing yang ternyata seorang CEO. "Akh... panas! Tolong aku, Om.... " "Jangan salahkan aku! Kau yang memulai menggodaku!"
Zara adalah wanita dengan pesona luar biasa yang menyimpan hasrat membara di balik kecantikannya. Sebagai istri yang terperangkap dalam gelora gairah yang tak tertahankan, Zara terseret ke dalam pusaran hubungan terlarang yang menggoda dan penuh rahasia. Dimulai dengan Pak Haris, bos suaminya yang memikat, kemudian berlanjut ke Dr. Zein yang berkarisma. Setiap perselingkuhan menambah bara dalam kehidupan Zara yang sudah menyala dengan keinginan. Pertemuan-pertemuan memabukkan ini membawa Zara ke dalam dunia di mana batas moral menjadi kabur dan kesetiaan hanya sekadar kata tanpa makna. Ketegangan antara kehidupannya yang tersembunyi dan perasaan bersalah yang menghantuinya membuat Zara merenung tentang harga yang harus dibayar untuk memenuhi hasratnya yang tak terbendung. Akankah Zara mampu menguasai dorongan naluriahnya, atau akankah dia terus terjerat dalam jaring keinginan yang bisa menghancurkan segalanya?
Pada hari pernikahannya, saudari Khloe berkomplot dengan pengantin prianya, menjebaknya atas kejahatan yang tidak dilakukannya. Dia dijatuhi hukuman tiga tahun penjara, di mana dia menanggung banyak penderitaan. Ketika Khloe akhirnya dibebaskan, saudarinya yang jahat menggunakan ibu mereka untuk memaksa Khloe melakukan hubungan tidak senonoh dengan seorang pria tua. Seperti sudah ditakdirkan, Khloe bertemu dengan Henrik, mafia gagah tetapi kejam yang berusaha mengubah jalan hidupnya. Meskipun Henrik berpenampilan dingin, dia sangat menyayangi Khloe. Dia membantunya menerima balasan dari para penyiksanya dan mencegahnya diintimidasi lagi.