/0/16927/coverbig.jpg?v=7b46931921d8c029c2f0426f3bf18b01)
Setelah diputuskan oleh sang mantan kekasih karena kondisinya sebagai 'pria impoten' sudah terendus, Liam Benjamin sempat merasa putus asa. Sampai akhirnya Liam dipertemukan dengan wanita hamil yang nekat menenggelamkan diri ke tengah laut untuk bunuh diri. Di malam pertemuan mereka, Liam yang tahu bahwa Sheeta sedang hamil dan pernah bekerja sebagai PSK, justru menginginkan Sheeta untuk menjadi istrinya. Sebenarnya apa alasan Liam ingin menikahi Sheeta? Lantas bagaimana jadinya jika sebetulnya Liam adalah pria perkasa? Tapi karena rahasia di masa lalu, Liam harus terkena kutukan dengan kondisi tersebut. Dan mungkinkah cinta mampu menyelinap di antara pernikahan yang terikat dalam perjanjian kontrak mereka?
"Sayang, aku mau itu. Boleh, ya? Ayo kita lakukan sekarang!"
Rayuan manja berbisik tepat di telinga pria berkemeja abu-abu, membuat sang empu sedikit menggeliat. Terlebih saat ini wanitanya duduk di pangkuan dengan mesra, bahkan sengaja menggerakkan pinggulnya untuk memberikan goyangan sensual.
Pria dengan nama lengkap Liam Benjamin itu tampaknya berusaha menghindar, tidak ingin terlibat dalam permainan panas yang sudah setengah jalan.
Mereka sempat bergulat mulut dengan erotis, menciptakan decakan yang menggema dalam ruangan dengan cahaya remang-remang. Tapi hanya Liam yang terlihat tidak ingin melanjutkan.
"Ada apa, sayang? Kali ini kamu mau menghindar lagi?" tangan wanita bersurai panjang itu meraba-raba dada Liam, mulai membuka kancing kemejanya satu per satu.
Tapi dengan segera Liam menahannya, menggenggam lengan kekasihnya tersebut. Lalu memberinya tatapan selembut mungkin.
"Sudah cukup untuk malam ini, Alina. Kamu terlalu mabuk. Aku akan memanggil supir untuk mengan-"
"Hmmph!"
Mulut Liam yang masih sibuk mengoceh langsung dibungkam oleh ciuman panas yang kembali dilakukan Alina. Wanita itu menginginkan hal lebih, tidak cukup jika hanya dengan berciuman saja.
"Alina, aku mohon berhenti!" Liam menggunakan setengah tenaganya untuk berusaha mendorong tubuh Alina agar menjauh.
Dahi wanita cantik itu mengerut. "Ada apa, sayang? Kamu tidak menginginkannya?"
Liam bingung untuk menjelaskan bagaimana kondisinya. Mulutnya jadi terbata-bata saat akan berbicara, "Bu-bukan begitu, Alina. Hanya saja..."
"Hanya saja apa? Kamu bukan bocah yang baru puber. Tahun ini kamu sudah kepala tiga, Liam. Dan hubungan kita sudah berjalan dua tahun, kita sama sekali belum pernah melakukannya. Ketika ada kesempatan kamu selalu saja menghindar, sebenarnya ada apa?" cerocos Alina meminta penjelasan.
Hembusan napas berat dikeluarkan Liam, kepalanya menunduk. Tidak ada kalimat yang terangkai dalam kepala untuk dikeluarkan. Terlanjur menghitam dan Liam tidak bisa berpikir apa-apa.
"Aku tahu rumormu yang pernah meniduri banyak wanita, tapi kenapa denganku sekalipun kamu tidak mau melakukannya? Apa karena tubuhku tidak bagus dan tidak menarik bagimu?"
Liam segera menggelengkan kepala ketika mendengar pertanyaan tersebut. Karena memang bukan itu yang menjadi alasannya. Sebab wanita dengan tipe body macam Alina tentunya digemari banyak laki-laki.
Alina turun dari pangkuan Liam. Menaikan tali dress nya yang melorot, menutup kembali bongkahan dadanya yang sempat terekspos. Membuat pandangan pria itu kini tertuju padanya.
"Aku juga wanita normal, Liam. Aku butuh hal itu untuk memenuhi kepuasanku. Aku memacarimu bukan hanya untuk diberi uang dan uang saja. Tapi juga ingin berbagi kehangatan di atas ranjang," paparnya dengan nada yang menahan kekesalan.
Lagi, Liam menghela napas. "Aku tahu, Alina. Tapi..."
"Persetan! Aku tidak peduli lagi!" potong Alina, intonasi bicaranya meninggi.
Matanya menyipit seraya mengeluarkan seringaian, "Biar aku yang mengurus ini. Kamu hanya perlu menikmati saja. Jadi perhatikan aku baik-baik!"
Tangannya meraba-raba dan membelai tubuhnya sendiri. Sengaja melakukan gerakan erotis di depan Liam. Berlenggak-lenggok memamerkan setiap lekukan tubuhnya.
Setiap ketukan high heels merah menyala yang beradu dengan lantai membuat Liam meneguk ludah, Alina kian berjalan mendekat padanya. Sebelah kakinya diangkat naik, menginjak sandaran sofa tepat di sebelah bahu Liam. Sengaja ingin mempertontonkan bagian sensitif miliknya.
"Bagaimana? Apa kamu yakin masih bisa menahannya?" Alina tersenyum puas, tapi usahanya tidak akan berhenti sampai di sini.
Tubuh rampingnya masuk dan berjongkok di antara kedua kaki Liam. Ketika pria tersebut berusaha meminta agar Alina menjauh, perintahnya itu tidak ia hiraukan sama sekali.
"Kamu kenapa sih, Liam? Aneh sekali. Padahal hanya disuruh untuk menikmati saja. Tenang, aku sangat handal dalam hal ini, kamu akan menyesal jika memilih berhenti sebelum sempat merasakan kenikmatan yang mampu membuatmu tergila-gila," ujarnya dengan penuh percaya diri.
Alina begitu beringas tak sabaran membuka resleting dari celana hitam yang dikenakan Liam. Sedang Liam yang tak lagi mampu melakukan pencegahan hanya pasrah saja, matanya terkatup sembari meringis pelan.
"Loh? Apa ini?" Kening Alina mengernyit saat mendapati benda pusaka milik kekasihnya yang begitu lemas tidak berdaya, hal itu tidak sesuai dengan ekspektasinya.
Dengan berat hati dan perasaan yang campur aduk, Liam menjelaskan, "Beginilah kenyataannya, Lin. Aku sebenarnya impoten. Aku sudah lama merahasiakannya darimu. Dan karena hal ini juga alasan mengapa aku tidak bisa berbagi kehangatan di atas ranjang seperti yang kamu inginkan."
Alina kecewa dengan pernyataan tersebut. Merasa sudah dibohongi selama dua tahun menjalani hubungan. Jika bukan karena bisa diporoti uangnya, sudah sejak lama Alina mengakhiri hubungan tanpa gesekan nafsu seperti ini.
"Jadi selama ini aku menjalin hubungan dengan pria yang menyedihkan? Lihatlah, Liam. Sayang sekali tubuh dan wajah rupawanmu itu menjadi sia-sia hanya karena barangmu itu tak lagi berfungsi," ejek Alina sembari beranjak dari posisi jongkok.
Alina merapihkan kembali pakaiannya. "Aku tidak mungkin mau meneruskan hubungan ini. Maka malam ini juga, mari kita akhiri semua ini. Aku menyesal telah membuang waktu berhargaku, mengingat bahwa aku pernah mengemis cintamu. Padahal jika tahu begini, mana sudi aku menjadikanmu sebagai kekasih."
Liam hanya menunduk mendengarkan. Dadanya bergemuruh hebat, harga dirinya berasa sedang diinjak-injak.
Sebelum benar-benar pergi dari hadapan Liam, Alina kembali berbicara, "Tidak ada wanita manapun yang mau dengan laki-laki sepertimu, Liam. Karena laki-laki yang keok di atas ranjang tidak mampu memberi kepuasan. Lebih baik terima saja takdir senjatamu yang sudah bagaikan terong layu itu."
Seharusnya Liam tahu, bahwa cepat atau lambat kondisinya yang memang menyedihkan itu akan segera terungkap oleh sang kekasih.
Namun Liam tidak pernah mengira bahwa ternyata rasanya sesakit ini ketika diberi cemoohan tentang hal yang berada di luar kendalinya.
***
Pria dengan kemeja abu-abu tersebut menggulung bagian lengannya sampai batas sikut. Sesekali kepalanya mendongak, menatap bentangan langit malam yang gulita tanpa ada bintang yang bertebaran, hanya ada bulan yang mulai tersaput awan.
Setelah dihunjam oleh ledekan dan makian dari mantan kekasihnya, Liam memutuskan untuk mencari udara segar dengan mendatangi pantai.
Di sela-sela aktivitasnya yang sibuk termenung seraya mengamati gulungan ombak yang naik turun tak beraturan, atensi Liam teralihkan sepenuhnya oleh sesosok manusia dengan pakaian serba putih yang pelan-pelan berjalan ke tengah laut, seolah sengaja ingin menenggelamkan diri.
Karena penasaran, Liam memicingkan penglihatannya, sesekali ia mengucek matanya untuk memastikan bahwa yang sedang ia lihat memang manusia betulan. Dan setelah diamati, Liam amat yakin itu adalah manusia dan dia adalah perempuan, terlihat dari pakaian yang tengah dikenakannya.
"Apa yang sedang dipikirkan wanita itu? Dia tidak mungkin sengaja ingin berenang di tengah malam begini, 'kan? Jangan sampai dia menyerahkan dirinya untuk menjadi makanan ikan di laut," gumam Liam, naluri pedulinya muncul begitu saja.
Meski dikenal cukup dingin dan berhati batu, tapi Liam memiliki rasa kepedulian yang tinggi. Selain rasa pedulinya, ia juga amat penasaran, tak mungkin menikmati pemandangan menyedihkan itu tanpa berusaha melakukan apapun, jadi Liam memutuskan untuk menolongnya.
Menggulung asal celananya hingga menampakan bulu-bulu halus di betisnya, Liam membuang sembarang puntung rokok yang baru beberapa kali ia hisap. Dengan gerakan tergesa-gesa ia berlari menghampiri wanita yang nyaris hilang dilahap ombak lautan.
Sudah memasuki air hingga menenggelamkan setengah badannya, Liam tanpa babibu langsung menarik lengan wanita yang berjarak sekitar tiga langkah di depannya. Dan untuk pertama kalinya pandangan mereka pun bertemu, selama lima detik Liam membatu tanpa bisa mengatakan apa-apa.
"Kamu siapa?! Lepaskan aku!" teriak wanita berambut bondol tersebut, pipi tirusnya dipenuhi oleh linangan air mata, hidung mancungnya pun sudah memerah layaknya badut dan mata cantik dengan bulu mata yang lentik tampak begitu sembap.
Menggelengkan kepalanya sesaat untuk menepis pikiran yang sempat membuatnya mematung, Liam berusaha untuk fokus. "Aku yang seharusnya bertanya padamu, apa yang akan kamu lakukan? Kamu sedang melakukan percobaan bunuh diri?"
Mencoba menepis lengan Liam yang sudah terlanjur mencekalnya dengan erat, wanita itu terlihat kesusahan, sementara air laut mulai meninggi membuat tubuh pendeknya nyaris tenggelam.
"Bukan urusanmu! Apa pedulimu? Mau aku hidup atau mati, tidak ada sangkut pautnya dengan siapapun!" bentaknya sambil terus meronta-ronta dalam cengkraman.
Liam tidak mau berdebat didalam air, jika ada ombak besar datang bisa saja mereka berdua hanyut dan tenggelam. Maka satu-satunya cara tanpa menerima penolakan adalah langsung membopong tubuh wanita tersebut tanpa aba-aba.
"Hei, sialan! Apa yang kamu lakukan?! Turunkan aku, dasar brengsek!" Wanita tersebut terus meraung-raung seraya mengeluarkan umpatan, tubuh pendek dan kecilnya berhasil Liam gendong ala bridal style.
Ketika mulai beranjak naik dari dalam air, pelan-pelan Liam mengetahui bahwa wanita yang berusaha ia selamatkan ternyata sedang hamil. Dari ukuran perutnya, Liam menebak usia kandungannya sudah di atas lima bulan.
"Jika aku tidak menolongmu, maka ada dua nyawa yang hilang malam ini. Aku tidak tahu apa alasanmu sampai ingin mengakhiri hidup, tapi jika itu karena pria yang tidak bertanggung jawab maka kematianmu hanya berujung sia-sia," ujar Liam mencoba menceramahi.
Sedang wanita yang sebelumnya sibuk menggelepar-gelepar minta diturunkan, sekarang sudah membeku sambil memasang wajah tanpa ekspresi. Seperti sudah tidak ada lagi tenaga untuk marah, ia terlihat pasrah.
"Dunia tidak butuh penghuni seperti diriku. Justru jika aku memaksa untuk hidup, aku akan terus menderita dan bayi dalam perut ini akan malu karena terlahir dari rahim wanita sepertiku. Atau setidaknya, jika aku memang ditakdirkan untuk tetap hidup aku ingin anak ini menghilang seakan dia tak pernah ada dalam perut ini," ujar wanita itu dengan mata yang terpejam, kulit pucatnya membuatnya semakin terlihat mengkhawatirkan.
Hampir sampai ke tepian pantai, pasir putih sudah nampak dekat terlihat, Liam mengamati penampilan wanita dalam gendongannya secara lekat. Sekelebat ide gila muncul dalam kepalanya, membuat pikiran Liam langsung membentuk sebuah rencana.
"Lahirkan saja anak itu. Aku akan menanggung semuanya. Bahkan jika kamu mau, aku akan menikahimu juga," balas Liam kemudian, berhasil membuat wanita itu membuka matanya lebar-lebar dengan memasang wajah kebingungan.
***
Setelah kematian ayahnya, Ishvara diminta ikut ke kota besar untuk menjalani kehidupan baru. Dikenal sebagai perawan tua yang tak laku-laku, Ishvara dibujuk untuk menikahi seorang laki-laki yang rupanya sudah memiliki kekasih. Bukan tanpa alasan Ishvara mau menyetujui permintaan gila tersebut. Selain karena terpaksa, Ishvara juga sudah dijebak. Ishvara berakhir dalam perangkap mematikan yang selalu membuat hari-harinya penuh dengan air mata. Dalam pandangan Kalandra Ranjaya, Ishvara tidak lebih dari sekedar wanita menjijikkan berpenampilan norak dan membosankan. Sampai suatu ketika, saat Kalandra lengah, benar-benar mengalihkan perhatiannya dari Ishvara, dia baru menyadari sesuatu. Kalandra yang selalu cuek dan enggan ikut campur, mendadak merasakan perasaan aneh saat tahu Ishvara diam-diam memiliki hubungan misterius dengan lelaki lain. Terlebih penampilan Ishvara sudah berubah drastis, Kalandra dibuat tak percaya melihat Ishvara yang bisa berubah menjadi cantik. “Kamu berusaha masuk ketika pintu telah ditutup. Tak ada yang bisa diubah, Kalandra. Dan tidak perlu kamu sesali. Bukankah sejak awal ini hanyalah sandiwara? Usap air matamu, setelah ini kita hanyalah orang asing yang kupastikan tak akan ada pertemuan lagi.”
Anne mengikuti kontrak tertentu: dia akan menikah dengan Kevin dan melahirkan anaknya pada akhir tahun. Kalau tidak, dia akan kehilangan semuanya. Namun, itu lebih mudah diucapkan daripada dilakukan. Menghadapi penghinaan hari demi hari, dia sudah kehabisan kesabaran. Kali ini, dia tidak mau menyerah. Pada hari kecelakaan Kevil, Anne mengorbankan dirinya untuk menyelamatkannya. Meskipun dia hidup, dia akan segera menghilang di hadapan dunia. Nasib mereka terikat sekali lagi setelah bayi mereka tumbuh. Anne mungkin telah kembali kepadanya, tetapi dia bukan lagi wanita yang sedang mengejar cinta Kevin. Sekarang, Anne siap berjuang untuk putranya.
Karena sebuah kesepakatan, dia mengandung anak orang asing. Dia kemudian menjadi istri dari seorang pria yang dijodohkan dengannya sejak mereka masih bayi. Pada awalnya, dia mengira itu hanya kesepakatan yang menguntungkan kedua belah pihak, namun akhirnya, rasa sayang yang tak terduga tumbuh di antara mereka. Saat dia hamil 10 bulan, dia menyerahkan surat cerai dan dia akhirnya menyadari kesalahannya. Kemudian, dia berkata, “Istriku, tolong kembalilah padaku. Kamu adalah orang yang selalu aku cintai.”
Bayangkan menikah dengan seorang pria miskin hanya untuk menemukan bahwa dia sebenarnya tidak miskin. Katherine tidak tahu apa lagi yang harus diharapkan setelah dia dicampakkan oleh pacarnya dan akhirnya menikah dengan pria lain keesokan harinya. Suami barunya, Esteban, tampan, tetapi dia pikir kehidupan pernikahannya tidak akan istimewa sama sekali. Dia terkejut ketika menemukan bahwa Esteban sebenarnya sangat lengket. Anehnya, semua masalah yang dia temui setelah pernikahan diselesaikan dengan mudah. Ada sesuatu yang ganjil. Dengan curiga, dia bertanya padanya, "Esteban, apa yang terjadi di sini?" Sambil mengangkat bahu, Esteban menjawab, "Mungkin keberuntungan ada di pihakmu." Katherine memercayainya. Bagaimanapun, dia telah menikah dengan Esteban ketika pria itu akan bangkrut. Dialah pencari nafkah keluarga mereka. Mereka terus menjalani hidup sebagai pasangan sederhana. Jadi, tidak ada yang mempersiapkan Katherine untuk kejutan yang dia terima suatu hari. Suaminya yang sederhana tidak sesederhana itu! Dia tidak percaya bahwa dia benar-benar menikah dengan seorang miliarder. Sementara dia masih memproses keterkejutannya, Esteban memeluknya dan tersenyum. "Bukankah itu bagus?" Kathrine punya sejuta pertanyaan untuknya.
"Anda tidak akan pernah mengahargai apa yang Anda miliki sampai Anda kehilangannya!" Inilah yang terjadi pada Satya yang membenci istrinya sepanjang pernikahan mereka. Tamara mencintai Satya dengan sepenuh hati dan memberikan segalanya untuknya. Namun, apa yang dia dapatkan sebagai balasannya? Suaminya memperlakukannya seperti kain yang tidak berguna. Di mata Satya, Tamara adalah wanita yang egois, menjijikkan, dan tidak bermoral. Dia selalu ingin menjauh darinya, jadi dia sangat senang ketika akhirnya menceraikannya. Kebahagiaannya tidak bertahan lama karena dia segera menyadari bahwa dia telah melepaskan sebuah permata yang tak ternilai harganya. Namun, Tamara telah berhasil membalik halaman saat itu. "Sayang, aku tahu aku memang brengsek, tapi aku sudah belajar dari kesalahan. Tolong beri aku kesempatan lagi," pinta Satya dengan mata berkaca-kaca. "Ha ha! Lucu sekali, Satya. Bukankah kamu selalu menganggapku menjijikkan? Kenapa kamu berubah pikiran sekarang?" Tamara mencibir. "Aku salah, sayang. Tolong beri aku satu kesempatan lagi. Aku tidak akan menyerah sampai kamu setuju."Dengan marah, Tamara berteriak, "Menyingkirlah dari hadapanku! Aku tidak ingin melihatmu lagi!"
Setelah menyembunyikan identitas aslinya selama tiga tahun pernikahannya dengan Kristian, Arini telah berkomitmen sepenuh hati, hanya untuk mendapati dirinya diabaikan dan didorong ke arah perceraian. Karena kecewa, dia bertekad untuk menemukan kembali jati dirinya, seorang pembuat parfum berbakat, otak di balik badan intelijen terkenal, dan pewaris jaringan peretas rahasia. Sadar akan kesalahannya, Kristian mengungkapkan penyesalannya. "Aku tahu aku telah melakukan kesalahan. Tolong, beri aku kesempatan lagi." Namun, Kevin, seorang hartawan yang pernah mengalami cacat, berdiri dari kursi rodanya, meraih tangan Arini, dan mengejek dengan nada meremehkan, "Kamu pikir dia akan menerimamu kembali? Teruslah bermimpi."
(Cerita mengandung FULL adegan dewasa tiap Babnya Rated 21++) Bertemu di kapal pesiar membuat dua pasangan muda mudi memiliki ketertarikan satu sama lain. Marc dan Valerie menemukan sosok yang berbeda pada pasangan suami istri yang mereka temui secara tidak sengaja di kapal pesiar. Begitu pula dengan Dylan dan Laura merasakan hal yang sama kepada Marc dan Valerie. Hingga sebuah ide tercetus di pikiran mereka karena rasa penasaran yang begitu besar. “Sayang, hanya satu hari, haruskah kita bertukar pasangan dengan Valerie dan Marc?” ucap Dylan menatap sang istri. Bagaimanakah kelanjutan kisah mereka? Apakah perselingkuhan ini akan berakhir atau membawa sebuah misteri kehidupan baru bagi kedua pasangan ini...