"Apa yang Kakak lakukan?" tanya Syera pada Raihan yang merupakan suami dari Kakaknya. "Izinkan aku mencicipimu," sahut Raihan dengan penuh berghairah. .... Syera terjebak oleh Kakak iparnya sendiri, Syera tinggal bersama Syima yang merupakan Kakak kandungnya. Syima ketahuan berselingkuh dengan atasannya, kenyataan ini menampar pipi Raihan dan menyebabkan Raihan berubah dan akhirnya berusaha membalas dendam dengan menjebak Syera adik kandung istrinya. Awalnya hanya ingin membalas dendam dengan merusakkan Syera adik iparnya tetapi perasaan telah merubah niatnya. Dia telah jatuh cinta pada Syera adik iparnya sendiri. Syera dan Raihan menjalankan hubungan terlarang di belakang keluarga mereka hingga suatu saat Syera dinyatakan positif hamil.
Setelah pernikahan, Syima menjadi istri yang penurut dalam segala hal tapi hanya satu hal saja yang Syima tidak bisa tinggalkan iaitu adalah pekerjaan.
Syima merupakan seorang sekretaris di sebuah perusahaan properti. Semuanya hasil dari bekerja keras Syima selama masih belum menikah hingga saat setelah menikah dia tidak bisa meninggalkan pekerjaannya begitu saja.
Raihan sebagai suami Syima tidak ingin memaksanya untuk berhenti bekerja karena dia tahu itu adalah impian sang Istri.
"Mas, besok aku ada kerja di luar kota, kamu tolong urusin anak-anak ya," ucap Syima sembari mengambil roti panggang yang telah disediakan di dalam piringnya.
Biarpun sibuk bekerja Syima dan Raihan tetap menyempatkan diri untuk merawat anak-anak mereka. Apalagi dengan kehadiran adik kandung Syima iaitu Syera yang menumpang tinggal di rumah mereka karena jarak dengan tempat Syera kuliah sungguh dekat dengan rumah Syima.
"Berapa hari Sayang?" tanya Raihan sambil mengunyah roti panggang.
"Hanya 4 hari Mas, Syera nanti kamu bantuin Mas Raihan ya, sepulang sekolah jangan ke mana-mana sementara Kakak tidak ada di rumah," jawab Syima dan tidak lupa juga berpesan kepada Syera.
Syera yang dari tadi hanya menyimak obrolan sepasang suami istri itu akhirnya mengangguk.
Memang Syera sudah tahu akhirnya akan meminta dirinya untuk membantu Kakak ipar. Tapi dia tidak keberatan karena dia sadar dirinya cuma menumpang dan harus membantu kedua Kakaknya ini.
Syera melanjutkan sarapan paginya. Setelah jam sudah hampir menunjukkan 6:20 pagi, Syera bergegas pamit untuk menuju ke sekolahnya.
Jarak kampus Syera tidak jauh dan hanya memakan 10 menit menggunakan motor untuk sampai ke kampusnya. Syera masih berada di semester 4.
...
Di kampus Syera.
Syera berjalan santai menelusuri koridor yang membawanya menuju ke dalam kelasnya. Syera berada di kelas desainer dan dia juga merupakan dewi kampus.
Syera memilik rupa paras seperti gadis-gadis Eropah. Mungkin karena neneknya merupakan keturunan asli Eropah.
"Syer!" suara seperti anak kecil itu bergema di ruang koridor yang dilewat oleh Syera.
Syera menoleh ke arah suara tadi.
"Nora," sahut Syera perlahan. Nora merupakan salah satu teman Syera dari bangku SMP.
"Syer, aku kira kamu tidak masuk kelas hari ini," ucap Nora setelah berada berdekatan dengan Syera.
"Hmm, aku harus ikut ujian, Nor, kalau tidak nilaiku bakal dikurangin dan tidak akan lulus semester," jawab Syera.
"Hehhh, tumben seorang Syera rajin," sindir Nora dengan wajah mengejek.
Sampai di dalam kelas seorang siswa pria yang duduk di belakang Syera tampak menunggu kehadiran Syera.
"Syera, Sayang kamu lama sekali," ucap pria itu.
"Berhenti memanggilku Sayang, Aziz! Itu sungguh menjijikkan dan kau berhasil membuat aku ingin memuntahkan sarapanku," sahut Syera memasang wajah ingin muntah.
Aziz merupakan teman Syera dan Nora. Walaupun sebenarnya Aziz menaruh hati pada Syera tapi dia belum bersedia untuk menyatakan perasaannya apalagi Syera sering membuat wajah tidak suka jika dia memanggilnya dengan kata 'Sayang'.
"Teganya kau Syer, kurang apa lagi aku. Sudah ganteng, baik hati pula," ucap Aziz memuji dirinya sendiri.
"Tolong guys! Aku juga pengen muntah mendengarkannya," sahut Nora dengan menutup mulutnya.
Aziz menatap kedua gadis di depannya dengan jengah dan malas. Begitulah kebiasaan kedua gadis itu.
...
Jam istirehat ini Raihan keluar makan bersama teman-temannya. Raihan merupakan manager di sebuah perusahaan guci. Dia memiliki bakat dan seni yang membuatnya cepat untuk diangkat menjadi manager. Apalagi dengan sertifikat ijazah S2 yang merupakan mantan siswa jurusan seni.
Setelah sampai, dekat restoran yang mereka tuju, tiba-tiba Raihan melihat sosok wanita yang begitu dia kenal bersama seorang pria menuju ke arah hotel yang berseberangan dari restoran tempat di mana dia akan makan bersama teman-teman sekantornya.
'Itu Syima,' batin Raihan.
"Eh sorry guys aku baru teringat sesuatu ada hal penting yang harus aku urus. Kalian duluan ya," ucap Raihan lalu terburu-buru ingin pergi.
"Pak Rai, selalu saja setiap kali diajak makan sering cari alasan, ya sudah pergi urus dulu tapi kami tetap tunggu di restoran ya jangan lama-lama," sahut salah satu teman Raihan.
Raihan mengangguk dan dengan cepat dia melangkah menuju ke arah seberang jalan dan dalam diam dia membuntuti Syima istrinya bersama pria asing.
Hati dan perasaan Raihan sangat sakit apabila melihat Syima menggelayut mesra dilengan pria yang tidak dikenalinya. Tapi Raihan coba untuk tenang dan tidak gegabah.
Raihan mengeluarkan ponselnya dan menekan panggilan keluar ke nomor Syima. Cukup lama berbunyi deringan hingga pada akhirnya Syima menjawab panggilan teleponnya.
["Halo Sayang, lama sekali kamu mengangkat panggilanku,"] ucap Raihan sambil memperhatikan gerak gerik Syima.
["Halo Mas. Maaf aku lagi ada meeting sama Pak bos Mas, tidak bisa bicara lama. Mas jangan lupa makan ya,"] sahut Syima dari seberang sana.
["Oh, baiklah,"] ucap Raihan yang telah mengepalkan tangannya karena saat ini Syima jelas menipunya.
["Sampai jumpa di rumah ya Mas, aku sambung kerja dulu,"] ujar Syima lagi lalu mematikan panggilan teleponnya.
Raihan menyimpan kembali ponselnya di dalam saku jasnya. Matanya menatap tajam ke arah Syima dan yang paling menyakitkan hatinya adalah saat pria itu mencium bibir Syima dengan intens.
'Sial, Syima bermain belakang!' batin Raihan dengan penuh emosi.
Akan tetapi, Raihan tidak ingin memergoki istrinya secara terang-terangan, karena dia tidak mau membuat istri yang sangat dia cintai malu di depan umum.
'Apa mungkin karena aku membebaskan dia untuk bekerja, hingga dia tersesat seperti ini?' batin Raihan lagi.
Raihan tidak tega untuk melepaskan istrinya karena dia sangat mencintai Syima. Raihan akan coba memaafkan istrinya dan akan coba berbincang tentang pekerjaan. Raihan bertekad membawa Syima kembali ke jalan yang benar.
Raihan kembali ke kantornya dengan langkah gontai.
'Tidak semua ini bukan salah Syima tapi ini karena dia bekerja sebagai sekretaris. Ya sepertinya begitu,' gumam Raihan menyakinkan dirinya.
***
Makan malam telah disiapkan oleh pembantu rumahtangga mereka. Saat ini Raihan menatap piring kosong yang belum diisinya dengan makanan.
Raihan menghela napas panjang, terlihat sekali pada wajahnya dia mempunyai masalah.
'Syima belum pulang, apa dia masih sama pria itu huhh,' batin Raihan.
Syera yang baru saja selesai bermain game langsung saja memasuki ruang makan. Seperti biasa banyak makanan yang disediakan tapi bedanya kali ini belum ada yang menyentuh makanan tersebut.
Kedua anak lelaki Kakaknya bersama pengasuh mereka menatap bingung ke arah Raihan.
'Lah, Kak Raihan kenapa bengong sih, kasihan tu anak-anak, hmm ... tegur ahh,' batin Syera.
"Ehem, Kak Rai? Apa kakak akan memandangi makanan itu hingga makanannya bisa terbang ke piring Kakak?" Syera berdehem dan bertanya dengan sedikit sindiran.
"Err-eh maaf, kalian makan saja dahulu. Aku akan menunggu Syima pulang," jawab Raihan lalu segera beranjak dari kursi makannya.
"Kak Raihan kenapa?" gumam Syera.
Syera hanya menatap sedikit bingung tapi dia tidak mau mengambil tahu, karena bukan urusannya.
"Kita makan yuk," ajak Syera pada ponakan dan pengasuh ponakannya.
(Tbc ...)
Shania, seorang gadis berusia 19 tahun, rela mengorbankan masa mudanya untuk membiayai pengobatan ibunya. Suatu hari Shania terpaksa menerima tawaran uang dalam jumlah besar dari seorang CEO yang kejam. Shania rela menjadi budak hanya untuk menyelamatkan nyawa ibunya. Steven, CEO sebuah perusahaan limbah kimia, sangat menyayangi adiknya sehingga adiknya mengajukan permintaan yang konyol, dan Steven merasa sulit untuk menolaknya, terutama ketika adiknya mengancamnya. Steven yang alergi dengan wanita asing, kini harus menyetujui permintaan adiknya untuk menikahi seorang gadis muda. Namun, Steven memiliki seribu satu cara untuk mempersulit gadis tersebut dan menawarkan uang sebesar 1 milyar rupiah untuk biaya pengobatan ibunya serta memaksa gadis tersebut untuk menandatangani perjanjian kawin kontrak dengannya. Penasaran dengan kelanjutannya? Ikuti terus kisahnya...
21++ BANYAK ADEGAN BERBAHAYA TIDAK UNTUK DITIRU! "Kamu hamil!" ucap Ayden, kekasih Delisha. "A-apa?" tanya Delisha polos. "Kamu hamil!" tegas Ayden lagi. "T-tapi." "Kita sering melakukannya, dan kita main tanpa pengaman." "J-jadi?" "Aku mau putus! Terserah mau diapakan anak itu, umurku masih 16 tahun. Aku mau bebas." Ayden meninggalkan Delisha yang mematung, tidak tahu apa yang harus ia lakukan, dan apa yang akan ia hadapi ke depan disaat usianya masih sangat belia 14 tahun.
Nafas Dokter Mirza kian memburu saat aku mulai memainkan bagian bawah. Ya, aku sudah berhasil melepaskan rok sekalian dengan celana dalam yang juga berwarna hitam itu. Aku sedikit tak menyangka dengan bentuk vaginanya. Tembem dan dipenuhi bulu yang cukup lebat, meski tertata rapi. Seringkali aku berhasil membuat istriku orgasme dengan keahlihanku memainkan vaginanya. Semoga saja ini juga berhasil pada Dokter Mirza. Vagina ini basah sekali. Aku memainkan lidahku dengan hati-hati, mencari di mana letak klitorisnya. Karena bentuknya tadi, aku cukup kesulitan. Dan, ah. Aku berhasil. Ia mengerang saat kusentuh bagian itu. "Ahhhh..." Suara erangan yang cukup panjang. Ia mulai membekap kepalaku makin dalam. Parahnya, aku akan kesulitan bernafas dengan posisi seperti ini. Kalau ini kuhentikan atau mengubah posisi akan mengganggu kenikmatan yang Ia dapatkan. Maka pilihannya adalah segera selesaikan. Kupacu kecepatan lidahku dalam memainkan klitorisnya. Jilat ke atas, sapu ke bawah, lalu putar. Dan aku mulai memainkan jari-jariku untuk mengerjai vaginanya. Cara ini cukup efektif. Ia makin meronta, bukan mendesah lagi. "Mas Bayuu, oh,"
Jatuh dari keningratan, Zen Luo menjadi budak yang rendahan yang digunakan sebagai karung tinju untuk para mantan sepupunya. Secara tidak sengaja, dia menemukan cara untuk mengasah dirinya menjadi senjata dan sebuah legenda dimulai karena itu. Dengan keyakinan yang kuat untuk tidak pernah menyerah, dia berusaha untuk membalas dendam dan mengejar impian yang besar. Pendekar dari berbagai klan bersaing untuk kekuasaan dan dunia menjadi kacau. Mengandalkan tubuh yang sebanding dengan senjata ampuh, Zen mengalahkan banyak musuh dalam perjalanannya menuju keabadian. Akankah dia berhasil pada akhirnya?
Suara Renata kini mendesah saat ciuman pria muda itu mendarat di lehernya, sambil tangannya kini meremas buah dadanya yang tertutup kaos oblong itu, sofa yang sudah tua di ruang tamu di rumah sederhana itu nampak sesak dan bergoyang saat dengan nakalnya tangan Eka meremas dan memilin sekujur tubuh gadis itu “Maaaas…..”
Novel ini berisi kumpulan beberapa kisah dewasa terdiri dari berbagai pengalaman percintaan panas dari beberapa tokoh dan karakter yang memiliki latar belakang keluarga dan lingkungan rumah, tempat kerja, profesi yang berbeda-beda serta berbagai kejadian yang diaalami oleh masing-masing tokoh utama dimana para tokoh utama tersebut memiliki pengalaman bercinta dan bergaul dengan cara yang unik dan berbeda satu sama lainnya. Suka dan duka dari tokoh-tokoh yang ada dalam cerita ini baik yang protagonis maupun antagonis diharapkan mampu menghibur para pembaca sekalian. Semua cerita dewasa yang ada pada novel kumpulan kisah dewasa ini sangat menarik untuk disimak dan diikuti jalan ceritanya sehingga menambah wawasan kehidupan percintaan diantara insan pecinta dan mungkin saja bisa diambil manfaatnya agar para pembaca bisa mengambil hikmah dari setiap kisah yan ada di dalam novel ini. Selamat membaca dan selamat menikmati!