/0/13588/coverbig.jpg?v=20230723180133)
Silvi kecewa cintanya bertepuk sebelah tangan, suami yang selama ini dia cintai dengan sepenuh hati ternyata mengkhianati dirinya. Bukan karena dia tidak ingin dimadu, tetapi dia tidak ingin pelanggaran yang tak bermoral terus berlanjut di depan matanya. meski berat Silvi harus terima bahwa suaminya mencintai laki-laki lain. Bagaimanakah rahasia itu terkuak? Haruskah Silvi merelakan cintanya untuk pergi?
Part 1
Byuuur....
Suara percikan air terdengar nyaring di kamar mandi, Silvi yang sedang memasak di dapur mengendap-ngendap menuju ke kamar tidur, menatap singgasana cinta Silvi dengan sang suami, Yogi. Tempat tidur terpampang indah dipandang mata, rapi dan tidak ada debu sedikitpun. Selimut terlipat indah, bantal menggembung berdampingan layaknya sejoli yang selalu setia bersama, dilengkapi dengan guling panjang terselonjor di atas kasur menambah lengkap suasana ranjang keluarga bahagia.
Silvi melirik ke sana ke mari mencari sebuah benda yang hampir setiap waktu menjadi pusat perhatian suaminya, Yogi. Ya, benda itu adalah gawai yang lebih sering dipandangi dibanding dirinya, entahlah semenjak 3 tahun lebih menikah Silvi berusaha menjadi istri yang sempurna untuk Yogi, namun entah apa kekurangan Silvi sehingga Yogi lebih sering mengacuhkannya. Sesaat gawai milik Yogi bergetar hingga Silvi menemukannya, tangan lentiknya meraih gawai milik Yogi.
Terlihat ada satu pesan masuk, ingin sekali Silvi membuka pesan itu, mumpung suaminya sedang asyik mandi di kamar mandi. Selama ini Silvi tidak berani ikut campur masalah pribadi apalagi melihat-lihat handphone Yogi, ternyata betul gawai milik suaminya dikunci menggunakan pola.
"Sudah kuduga," ujar Silvi.
"Untung aku ingat polanya," Tukasnya. Ujung mata Silvi sempat melirik saat suaminya membuka pola ponselnya tadi malam.
Silvi berhasil membuka pola gawai milik suaminya, dengan segera dia membaca satu pesan yang baru saja masuk. Seketika matanya membelalak, Silvi menutup mulutnya dengan mendadak. Tak lama kemudian gerimis melapisi bola mata indahnya. Alangkah kagetnya saat Silvi membaca satu pesan itu, tangannya gemetaran memegang gawai milik Yogi, gawai itu terus saja bergetar menerima pesan berulang-ulang dari satu nomor yang sama, membuat dia curiga.
[Sayang lagi apa?]
[Sama siapa?]
[Kok lama sih?]
[Yang... Bales dong, kok di baca doang?]
Pesan itu membuat hati Silvi tersayat.
Lututnya lemas, seketika Silvi membantingkan tubuh rampingnya di atas kasur empuk itu. Terduduk dan menangis.
"My sweety," Bisik Silvi Seraya meneteskan air mata.
"Siapa wanita ini?" Tanya Silvi dalam hati.
"Mengapa kata-katanya begitu mesra? Aku saja tak pernah di panggil mesra seperti itu," Silvi berusaha menguatkan dirinya yang saat ini hatinya berkecamuk.
Silvi bangkit dari duduknya mencari satu pena untuk mencatat nomor 'my sweety' yang terpampang di gawai suaminya ini.
Suara air di kamar mandi tak terdengar lagi, pertanda Yogi sudah selesai mandi. Silvi mempercepat tangannya yang gemetaran menuliskan satu nomor ponsel yang terpampang di gawai suaminya itu.
Saat Silvi akan menyimpan kembali gawai Yogi ke tempat semula tiba-tiba Yogi masuk kamar sambil mengucek rambut basah di kepalanya dengan handuk kecil berwarna putih.
"Hei?" Suara Yogi membuat Silvi kaget, Silvi membalikkan badannya, memandangi tubuh Yogi yang masih basah dengan handuk di pinggang.
"Apa yang kamu lakukan?" Yogi merebut gawainya yang sejak tadi dipegang oleh Silvi. Matanya memerah, ada wajah kaku yang hadir kini menghiasi ketampanan Yogi.
Tangis Silvi tak terbendung, secarik kertas bertuliskan nomor ponsel 'my sweety' itu di remasnya dengan kesal.
Yogi kaget, namun dia menata dirinya agar tak terlihat panik di hadapan istri sahnya itu. ia tidak menyangka Silvi berani membuka ponsel miliknya. Selama ini Silvi adalah istri yang kolot dan kuper di mata Yogi. Yogi membuka kunci lemari dengan kasar, mengambil celana yang tertata rapi serta pakaian dalamnya. Kemeja biru muda yang tergantung di ruang lemari lainnya ia seret dengan kasar, seuntai dasipun ia cabut dari tempatnya dan di bantingnya ke atas tempat tidur. Ponsel nya pun ia bantingkan pula ke atas kasur.
Yogi membanting pintu lemari dengan keras kemudian mengenakan pakaian dengan segera.
"Makanya, jangan ikut campur urusan orang!" Gerutu Yogi.
Silvi hanya menangis tersedu-sedu, terpaku duduk di atas kasur. Kedua tangannya mengepal menahan sakit yang kini menggelayut hati.
"Kamu bilang orang lain, Mas? Lalu aku ini siapa bagi kamu, Mas?" Ratap Silvi mengelus dada. Tatapannya sinis, memandang sang suami yang sibuk berpakaian.
"Kamu suamiku, Mas, aku istrimu, kamu bilang orang lain?" Air mata membanjiri pipi mulusnya. Suara pelannya membuat Yogi terdiam.
"Sudahlah, jangan suudzon! itu hanya temanku, dia memang suka bercanda kayak gitu," Papar Yogi dengan wajah datarnya berusaha mendinginkan suasana. Silvi terpaku, air mata terus saja menghujan di pipi. Entah kenapa kali ini ia tak percaya perkataan suaminya itu.
"Mas berangkat." Ucap Yogi datar.
Silvi bangkit dari duduknya, sesaat ia menepis airmatanya. Segera menuju meja makan dan menata makanan yang sudah disiapkan untuk sarapan suami tercintanya.
"Masak apa sih?" Tatap Yogi sinis.
Dia tidak duduk di kursi meja makan, Yogi langsung mengambil sepatu pantofel dan memakainya.
"Sarapan dulu, Mas! ini kan masih pagi, aku udah selesai masak sayur kesukaanmu." Rayu Silvi masih tetisak.
"Nggak usah, aku nggak berselera," Jawab Yogi kesal.
"Astagfirulloooh, kuatkan aku ya Allah," Lirih Silvi. Suasana ini terjadi lagi, sering kali usaha Silvi tak di hargai oleh Yogi. Meski begitu Silvi tetap berusaha belajar memasak, ia berharap suatu hari suaminya bisa lahap memakan makanan yang di masaknya.
Meski ia tak ingin berburuk sangka namun hati kecilnya kini goyah, kepercayaan yang selama ini ia jaga mulai hilang, kata-kata mesra di pesan masuk itu membuat kepercayaan Silvi hancur. Yogi berdiri merapikan tas laptop miliknya, Silvi menyodorkan tangan kanan dan mencium punggung tangan kanan suaminya itu dengan lembut.
"Hati-hati di jalan, Mas," Ucap Silvi pelan.
Yogi menghidupkan motornya, dengan segera motor itu meninggalkan Silvi yang berdiri mengantar kepergian suaminya. Tak ada kata untuk Silvi, tak ada satu tengokkan mesra, atau lambaian tangan dari Yogi. Rumah kontrakan sederhana itu kini menjadi suram ketika Silvi mengetahui kenyataan pahit yang baru saja terungkap.
"Mama," Panggil Viyo, putra kecilnya yang berumur 3 tahun.
Silvi menengok dan segera masuk rumah.
"Anak mama udah bangun, sini sayang!" rangkul Silvi. Kedua tangannya memeluk Viyo.
"Papa Mana?" tanya Viyo. Suara kecilnya yang menggemaskan sedikit mengobati sakit hati Silvi.
"Papa sudah berangkat, sayang. Kita pipis dulu yuk! Habis itu kita sarapan deh," bujuk Silvi.
Usai menyuapi sang buah hati Silvi hendak mandi dan bersiap menuju ke sekolah. Silvi adalah lulusan Universitas keguruan yang baru saja diterima menjadi guru di sebuah sekolah Taman Kanak-kanak (TK) dekat rumahnya. Ini adalah hari ke 2 nya bekerja sebagai guru TK.
Kring...,
Terdengar nada dering dari ponsel suaminya berbunyi.
"Mas Yogi ketinggalan hp-nya?" Pikir Silvi mengernyitkan dahi.
Dengan bergegas Silvi menuju ke kamarnya dan melihat ponsel suaminya itu tergeletak di atas kasur dan berbunyi.
Silvi meraih ponsel itu dan melihat layar. Ada satu panggilan masuk.
"Pak Tono?" Lirih Silvi.
Karena takut ini adalah panggilan penting maka Silvi pun menjawab panggilan itu.
"Halo, Asslamu'alaikum," Sapa Silvi.
"Halo, Waalaikumsalam Pak Yogi nya ada?" suara seorang laki-laki di ujung ponsel sana.
"Pak Yoginya...," Belum lah Silvi meneruskan pembicaraan, laki-laki itu sudah menyelah.
"Ini sama istrinya ya? Maaf hanya mau mengingatkan Bu, hari ini ada rapat penting di gedung Hotel Rodante, Bapak Yogi Diharapkan hadir ya, Bu." Selah laki-laki bernama Tono.
"Oh baik Bapak nanti saya sampaikan," jawab Silvi. Di dalam benaknya Yogi pasti balik ke rumah begitu sadar ponselnya ketinggalan.
"Kalau boleh tahu jam berapa mulainya, Pak?" Silvi balik bertanya.
"Jam 10.00 bu, mohon disampaikan ya terima kasih," jawab laki-laki itu.
"Baik, Pak," Jawab Silvi.
"Jam 10?" Silvi merasa aneh.
"Ini baru jam 7," lirih Silvi.
"Tapi Mas Yogi udah berangkat?" dahinya kembali mengernyit.
"Apa mungkin Mas Yogi berbohong?" Silvi terus bertanya-tanya.
Mature Content. Please be awise to reading!!! Bocil harap menyingkir, please!! Menikah selama 2 tahun dan belum di karuniai anak menjadikan Nay sedikit sedih. Apalagi suaminya jarang sekali menyentuh. Dia mencari kesibukan dengan berjualan kue dan takdir mempertemukan Nay dengan Alex.
Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?
Karin jatuh cinta pada Arya pada pandangan pertama, tetapi gagal menangkap hatinya bahkan setelah tiga tahun menikah. Ketika nyawanya dipertaruhkan, dia menangis di kuburan orang terkasihnya. Itu adalah pukulan terakhir. "Ayo bercerai, Arya." Karin berkembang pesat dalam kebebasan barunya, mendapatkan pengakuan internasional sebagai desainer. Ingatannya kembali, dan dia merebut kembali identitasnya yang sah sebagai pewaris kerajaan perhiasan, sambil merangkul peran barunya sebagai ibu dari bayi kembar yang cantik. Arya panik ketika pelamar yang bersemangat berduyun-duyun ke arah Karin. "Aku salah. Tolong biarkan aku melihat anak-anak kita!"
Semua orang terkejut ketika tersiar berita bahwa Raivan Bertolius telah bertunangan. Yang lebih mengejutkan lagi adalah bahwa pengantin wanita yang beruntung itu dikatakan hanyalah seorang gadis biasa yang dibesarkan di pedesaan dan tidak dikenal. Suatu malam, wanita iru muncul di sebuah pesta dan mengejutkan semua orang yang hadir. "Astaga, dia terlalu cantik!" Semua pria meneteskan air liur dan para wanita cemburu. Apa yang tidak mereka ketahui adalah bahwa wanita yang dikenal sebagai gadis desa itu sebenarnya adalah pewaris kekayaan triliunan. Tak lama kemudian, rahasia wanita itu terungkap satu per satu. Para elit membicarakannya tanpa henti. "Ya tuhan! Jadi ayahnya adalah orang terkaya di dunia? "Dia juga seorang desainer yang hebat dan misterius, dikagumi banyak orang!" Meskipun begitu, tetap banyak orang tidak percaya bahwa Raivan bisa jatuh cinta padanya. Namun, mereka terkejut lagi. Raivan membungkam semua penentangnya dengan pernyataan, "Saya sangat mencintai tunangan saya yang cantik dan kami akan segera menikah." Ada dua pertanyaan di benak semua orang: mengapa gadis itu menyembunyikan identitasnya? Mengapa Raivan tiba-tiba jatuh cinta padanya?
Menikah untuk sebagian orang adalah suatu kebahagian namun, berbeda dengan Ayudia. Gadis cantik itu, dipaksa untuk menikahi kakak iparnya sendiri. Pernikahan yang terjadi nyatanya, membuat hidup Ayudia menderita. Aidan memperlakukan Ayudia bukan seperti seorang suami kepada istrinya. Pria itu dengan sangat tega menyiksa istri barunya begitu kejam. Aidan melakukan hal itu karena ingin membalas dendam, akibat kepergian sang istri pertama yang tak lain adalah kakak Ayudia. Pernikahan yang terjadi seperti neraka bagi Ayudia, dirinya dipaksa untuk melakukan apapun oleh Aidan. Bahkan perbuatan yang dilakukan oleh Aidan, menimbulkan sebuah trauma mendalam pada Ayudia. Mampukah Ayudia bertahan dengan pernikahan ini? Ada kebahagiaan yang datang pada hubungan mereka?
Ketika mereka masih kecil, Deddy menyelamatkan nyawa Nayla. Bertahun-tahun kemudian, setelah Deddy berakhir dalam keadaan koma akibat kecelakaan mobil, Nayla menikah dengannya tanpa berpikir dua kali dan bahkan menggunakan pengetahuan medisnya untuk menyembuhkannya. Selama dua tahun, Nayla setia, mencari kasih sayangnya dan ingin melunasi utang budinya yang menyelamatkan nyawanya. Akan tetapi ketika cinta pertama Deddy kembali, Nayla, yang dihadapkan dengan perceraian, tidak ragu untuk menandatangani surat perceraian. Meskipun dicap sebagai barang bekas, hanya sedikit yang tahu bakatnya yang sebenarnya. Dia adalah seorang pengemudi mobil balap, seorang desainer terkenal, seorang peretas jenius, dan seorang dokter ahli. Menyesali keputusannya, Deddy memohon pengampunannya. Pada saat ini, seorang CEO yang menawan turun tangan, memeluk Nayla dan menyatakan, "Enyah! Dia adalah istriku!" Terkejut, Nayla berseru, "Apa katamu?"