/0/12512/coverbig.jpg?v=20230526204629)
Nessa tiba-tiba terbangun di sebuah kamar berdesain mewah klasik dan menyadari kalau ia kembali ke tahun 90-an. Sebagai penulis novel romansa-action yang membenci tema perselingkuhan, Nessa malah menyadari dirinya menjadi istri pertama di rumah besar seorang milyader bernama Wirawan Sanjaya bersama 3 istrinya yang lain. Di tengah para istri Wira yang berusaha menggulingkan posisinya sebagai istri utama, Nessa berjuang untuk bertahan hidup! Apakah Nessa bisa bertahan menahan kegilaan hidup barunya yang mirip dengan novel romansa yang dibencinya tersebut?
[Hai, Kak Peri Cuan. Perkenalkan, aku Gio, editor baru yang menangani naskah Kakak di bawah naungan Editor Fay.]
Balasan chat yang ditunggu Nessa langsung membuat Nessa mengerutkan dahinya.
[Baik, akan aku jelaskan secara singkat. Aku Gio editor baru yang bertugas menggantikan pekerjaan Kak Fay karena Kak Fay sendiri sudah tidak bekerja lagi di perusahaan kami.]
[Seminggu yang lalu perusahaan menerima kabar duka cita dari pihak keluarga Kak Fay karena Kak Fay dinyatakan meninggal dunia. Untuk itu sekarang aku yang menangani tugasnya sebagai editor pengganti.]
Editor Gio menceritakan kabar duka yang terjadi pada Editor Fay kepada Nessa hingga membuatnya kaget. Ia tidak menyangka Editor Fay yang sering kali membuatnya jengkel dengan banyaknya naskah yang harus direvisi, akan tetapi tetap memberinya masukkan positif saat ia mengalami kebuntuan ide dalam menulis, telah meninggal dunia.
Nessa yang awalnya setengah hati menerima outline dari Editor Fay, kini bertambah bimbang saat editor yang bersangkutan malah menghilang untuk selamanya.
[Ah, satu hal lagi, Kak. Kukira aku harus memberi tahu kamu kalau saja nanti kamu menolak tawaran ini, maka naskah ini tidak akan dilanjutkan oleh siapa pun.]
[Itu isi dari pesan singkat yang disampaikan Kak Fay sebelum meninggal. Tapi semua keputusan ada pada kamu, dan aku akan menghormati apapun keputusan Kak Peri Cuan sendiri.]
"Apa-apaan? Satu suami punya empat istri? Apa nggak bisa setia aja sama satu istri? Ya ampun, kepala gue bisa pecah kalau gini!"
Nessa Andini, perempuan berdarah Jawa berusia 25 tahun itu mengacak-acak rambut ikalnya. Pekerjaannya sebagai penulis novel online kerap kali membuatnya frustrasi. Tapi kali ini memang terasa berlebihan.
Di tengah kesalnya, pandangan Nessa perlahan bergeser dari layar laptop ke sebuah bingkai foto berisikan dirinya yang tersenyum senang saat menerima ciuman pipi dari ayah dan ibunya dari sisi masing-masing.
"Ibu, apa aku sanggup selesaikan alur cerita yang paling aku benci ini? Apa aku bakalan tahan waktu ngetik tokoh suami yang bisa bagi tubuh dan cintanya ke perempuan lain selain istrinya? Itu jelas banget bakalan buat aku ingat sama perselingkuhan ayah yang buat kalian meninggal,"
"Harus banget aku tahan traumaku kalau aku ngelanjutin cerita ini, Bu? Aku benci laki-laki yang bagi cintanya ke wanita lain. Aku jadi yatim piyatu, kan, karena ayah yang selingkuhin Ibu..."
Nessa menangis sambil tersenyum pahit. Ia mengusap foto wajah ibunya dengan sedih tapi setelah mengingat Editor Fay lagi, Nessa segera menghapus air matanya.
"Sialan banget sih. Kepala gue langsung sakit gara-gara mikirin ini. Terserah, gue mau tidur aja," gumamnya kesal. Kepalanya sakit memikirkan hal rumit tentang tema cerita yang dibencinya.
Nessa memilih mengabaikan dulu apa yang baru saja merusak moodnya. Ia berbaring di ranjang sambil menatap langit-langit kamarnya dengan mata sayu.
'Gimana gue bisa masuk ke karakter istri yang tinggal bareng banyak madu suaminya? Female Lead-nya itu diharuskan bagi cinta suaminya ke tiga istri yang lain,'
'Ya ampun... cowok seganteng apa yang harus gue bayangin dan layak jadi karakter pria brengsek yang bahkan nggak punya celah buat gue maki?'
'Kak Fay juga gesrek banget buat alurnya. Nggak cukup apa, buat Male Leadnya itu kaya raya aja terus sekalian brengsek? Kalau gitu, kan, bisa gue maki sekalian. Bisa-bisanya dia punya ide buat cerita beginian. Bikin puyeng banget!'
'Ah, iya. Kak Fay udah meninggal. Gue nggak boleh ngeluh sama dia,'
Nessa terus menggerutu dalam hati di setiap kali kelompak matanya menutup dan terasa berat. Wanita bermata sipit itu terpejam dengan membawa beban pikirannya ke alam bawah sadar.
***
Nessa membuka mata saat suara seorang wanita terdengar memanggil nama orang lain yang sepertinya pernah ia dengar sebelumnya.
"Nyonya, bangun. Nyonya harus bersiap, Nyonya besar..."
Suara itu terdengar lagi tapi mata Nessa tak kunjung membuka. Kepalanya terasa begitu sakit.
"Nyonya Melati, tolong bangun atau Nyonya yang akan terkena masalah kalau Tuan Besar marah,"
Panggilan itu terdengar lagi, dan karena Nessa tidak merasa bukan dirinya yang dipanggil, jadi ia tetap mengabaikan suara itu.
'Nyonya Besar siapa? Siapa yang besar? Memangnya gue di mana? Panggil orang pakai kata 'besar' gitu sama aja body shaming, Mbak!' dalam hatinya ia mengomentari suara wanita yang didengarkannya sejak tadi.
Namun ketenangan Nessa dalam pejaman matanya terusik saat tubuhnya seperti disentuh dan sedikit diguncang bersamaan dengan suara wanita yang seperti berada di sampingnya.
"Nyonya Besar, tolong bangun. Nyonya harus bersiap buat pertemuan istri Tuan Besar di ruang utama!" kali ini suara wanita itu terdengar lebih mendesak.
Nessa yang mulai merasa aneh mencoba membuka mata. Perlahan cahaya mulai terlihat meskipun samar.
'Gue di mana? Ini, kan, bukan langit kamar gue?' Nessa bergumam heran dalam hati ketika pandangannya yang mulai jelas melihat langit-langit kamar tempatnya berada begitu asing dan terkesan mewah.
Ruangan itu penuh nuansa klasik yang gemerlap memanjakan matanya. Ia seakan asing melihat suasana heboh seperti itu.
'Sebenarnya gue ada di-'
"Nyonya Besar? Nyonya dengar saya, kan? Nyonya sudah bangun, kan? Kalau begitu mari ikut saya, pelayan yang akan bantu Nyonya Besar mandi sudah siap semua!" ucapan wanita yang sejak tadi memanggil, langsung membuat mata malas Nessa terbuka lebar.
Ia tidak lagi menyusuri keindahan ruangan di tempatnya berada melainkan langsung menoleh pada orang yang ada di dekatnya.
"Mandiin gue?!" satu kalimat spontan keluar dari bibir Nessa bersamaan dengan gerakan tubuhnya yang refleks duduk karena kaget.
Sebegitu kagetnya Nessa, ekspresi yang sama juga ditunjukkan orang-orang di sekitar Nessa yang kesemuanya adalah wanita.
'Sebenarnya gue ada di mana?'
WARNING 21+‼️ (Mengandung adegan dewasa) Di balik seragam sekolah menengah dan hobinya bermain basket, Julian menyimpan gejolak hasrat yang tak terduga. Ketertarikannya pada Tante Namira, pemilik rental PlayStation yang menjadi tempat pelariannya, bukan lagi sekadar kekaguman. Aura menggoda Tante Namira, dengan lekuk tubuh yang menantang dan tatapan yang menyimpan misteri, selalu berhasil membuat jantung Julian berdebar kencang. Sebuah siang yang sepi di rental PS menjadi titik balik. Permintaan sederhana dari Tante Namira untuk memijat punggung yang pegal membuka gerbang menuju dunia yang selama ini hanya berani dibayangkannya. Sentuhan pertama yang canggung, desahan pelan yang menggelitik, dan aroma tubuh Tante Namira yang memabukkan, semuanya berpadu menjadi ledakan hasrat yang tak tertahankan. Malam itu, batas usia dan norma sosial runtuh dalam sebuah pertemuan intim yang membakar. Namun, petualangan Julian tidak berhenti di sana. Pengalaman pertamanya dengan Tante Namira bagaikan api yang menyulut dahaga akan sensasi terlarang. Seolah alam semesta berkonspirasi, Julian menemukan dirinya terjerat dalam jaring-jaring kenikmatan terlarang dengan sosok-sosok wanita yang jauh lebih dewasa dan memiliki daya pikatnya masing-masing. Mulai dari sentuhan penuh dominasi di ruang kelas, bisikan menggoda di tengah malam, hingga kehangatan ranjang seorang perawat yang merawatnya, Julian menjelajahi setiap tikungan hasrat dengan keberanian yang mencengangkan. Setiap pertemuan adalah babak baru, menguji batas moral dan membuka tabir rahasia tersembunyi di balik sosok-sosok yang selama ini dianggapnya biasa. Ia terombang-ambing antara rasa bersalah dan kenikmatan yang memabukkan, terperangkap dalam pusaran gairah terlarang yang semakin menghanyutkannya. Lalu, bagaimana Julian akan menghadapi konsekuensi dari pilihan-pilihan beraninya? Akankah ia terus menari di tepi jurang, mempermainkan api hasrat yang bisa membakarnya kapan saja? Dan rahasia apa saja yang akan terungkap seiring berjalannya petualangan cintanya yang penuh dosa ini?
Nafas Dokter Mirza kian memburu saat aku mulai memainkan bagian bawah. Ya, aku sudah berhasil melepaskan rok sekalian dengan celana dalam yang juga berwarna hitam itu. Aku sedikit tak menyangka dengan bentuk vaginanya. Tembem dan dipenuhi bulu yang cukup lebat, meski tertata rapi. Seringkali aku berhasil membuat istriku orgasme dengan keahlihanku memainkan vaginanya. Semoga saja ini juga berhasil pada Dokter Mirza. Vagina ini basah sekali. Aku memainkan lidahku dengan hati-hati, mencari di mana letak klitorisnya. Karena bentuknya tadi, aku cukup kesulitan. Dan, ah. Aku berhasil. Ia mengerang saat kusentuh bagian itu. "Ahhhh..." Suara erangan yang cukup panjang. Ia mulai membekap kepalaku makin dalam. Parahnya, aku akan kesulitan bernafas dengan posisi seperti ini. Kalau ini kuhentikan atau mengubah posisi akan mengganggu kenikmatan yang Ia dapatkan. Maka pilihannya adalah segera selesaikan. Kupacu kecepatan lidahku dalam memainkan klitorisnya. Jilat ke atas, sapu ke bawah, lalu putar. Dan aku mulai memainkan jari-jariku untuk mengerjai vaginanya. Cara ini cukup efektif. Ia makin meronta, bukan mendesah lagi. "Mas Bayuu, oh,"
Warning !! Cerita Dewasa 21+.. Akan banyak hal tak terduga yang membuatmu hanyut dalam suasana di dalam cerita cerita ini. Bersiaplah untuk mendapatkan fantasi yang luar biasa..
"Kita adalah dua orang yang tak seharusnya bersama," lirih Xena pilu. Morgan menarik dagu Xena dan berdesis, "Sejak awal, kita memang sudah ditakdirkan bersama." Xena Foster terkenal dengan kehidupan glamour dan selalu berfoya-foya. Bagi Xena, dirinya tak perlu bekerja susah payah, karena selama ini gadis itu selalu mendapatkan apa yang diinginkan. Hidup Xena memang selalu menjadi idaman para gadis di luar sana. Sempurna dan tak memiliki celah kekurangan. Namun, siapa sangka semua itu berubah di kala Xena bertemu dengan Morgan Louise—sosok pria tampan yang mampu menggetarkan hatinya, bahkan membangkitkan hasrat memilikinya. Morgan telah berhasil, membuat Xena tergila-gila pada pria itu. Sayang, perasaan cinta Xena telah terjebak pada kenyataan pahit tentang Morgan Louise. Kenyataan yang telah menghancurkannya. Bagaikan di ambang jurang, mampukah Xena bertahan? *** Follow me on IG: abigail_kusuma95
Dua tahun lalu, Regan mendapati dirinya dipaksa menikahi Ella untuk melindungi wanita yang dia sayangi. Dari sudut pandang Regan, Ella tercela, menggunakan rencana licik untuk memastikan pernikahan mereka. Dia mempertahankan sikap jauh dan dingin terhadap wanita itu, menyimpan kehangatannya untuk yang lain. Namun, Ella tetap berdedikasi sepenuh hati untuk Regan selama lebih dari sepuluh tahun. Saat dia menjadi lelah dan mempertimbangkan untuk melepaskan usahanya, Regan tiba-tiba merasa ketakutan. Hanya ketika nyawa Ella berada di tepi kematian, hamil anak Regan, dia menyadari, cinta dalam hidupnya selalu Ella.
Pada hari Livia mengetahui bahwa dia hamil, dia memergoki tunangannya berselingkuh. Tunangannya yang tanpa belas kasihan dan simpanannya itu hampir membunuhnya. Livia melarikan diri demi nyawanya. Ketika dia kembali ke kampung halamannya lima tahun kemudian, dia kebetulan menyelamatkan nyawa seorang anak laki-laki. Ayah anak laki-laki itu ternyata adalah orang terkaya di dunia. Semuanya berubah untuk Livia sejak saat itu. Pria itu tidak membiarkannya mengalami ketidaknyamanan. Ketika mantan tunangannya menindasnya, pria tersebut menghancurkan keluarga bajingan itu dan juga menyewa seluruh pulau hanya untuk memberi Livia istirahat dari semua drama. Sang pria juga memberi pelajaran pada ayah Livia yang penuh kebencian. Pria itu menghancurkan semua musuhnya bahkan sebelum dia bertanya. Ketika saudari Livia yang keji melemparkan dirinya ke arahnya, pria itu menunjukkan buku nikah dan berkata, "Aku sudah menikah dengan bahagia dan istriku jauh lebih cantik daripada kamu!" Livia kaget. "Kapan kita pernah menikah? Setahuku, aku masih lajang." Dengan senyum jahat, dia berkata, "Sayang, kita sudah menikah selama lima tahun. Bukankah sudah waktunya kita punya anak lagi bersama?" Livia menganga. Apa sih yang pria ini bicarakan?