/0/12406/coverbig.jpg?v=20250122183211)
"Siapa dia, Mas?" tanya Shanum dengan kedua mata memindai sosok asing yang duduk di samping suaminya. "Perkenalkan, dia adalah Anara, istri baruku." Tanpa dosa, Arya Prasetya yang masih berstatus suami sah Shanum itu memperkenalkan wanita dengan riasan tebal, dan pakaian yang aduhai seksinya sebagai istri barunya. "Sudahlah, Shanum! Terima saja kalau suamimu ini punya istri baru. Sudah mandul, jadi benalu pula. Lagian, lelaki kan boleh beristri lebih dari satu," timpal Bu Desi, sang ibu mertua dengan tatapan angkuh nan sinisnya. Marah, jelas. Kecewa, tentu saja. Tapi, untuk berbuat bar-bar bukan Shanum namanya. Mandul? Benalu, katanya? Mari kita buktikan siapa 'Benalu' yang sesungguhnya! Shanum bertekad kuat untuk menghempaskan orang-orang tak tahu malu itu, yang menyebut dirinya sebagai benalu padahal sebaliknya. Bagaimana kisah Shanum berusaha menghempaskan suami dan keluarga benalunya? Ikuti kisahnya.
"Itu pasti Mas Arya," gumam Shanum. Wanita cantik yang tengah sibuk berkutat di dapur dengan berbagai adonan kue itu pun melepaskan apronnya tatkala mendengar ketukan pintu dari luar.
"Shanum, cepat buka pintunya!" Terdengar suara bariton suaminya yang terdengar tergesa. Shanum merapikan penampilannya seadanya. Lalu melangkahkan kakinya ke arah pintu utama.
Pintu terbuka. Wanita itu terhenyak seketika saat melihat sosok yang berdiri di balik pintu. Bukan hanya suaminya saja yang di sana, melainkan ada ibu mertuanya, adik iparnya dan satu perempuan muda yang sama sekali tak dikenal Shanum.
"Mas?" lirihnya masih bertanya-tanya tentang perempuan itu.
"Lama amat sih buka pintunya, ngapain aja di rumah!" ketus Bu Desi yang langsung menyelonong masuk ke dalam rumah mewah dua lantai itu. Wanita itu menatap jijik ke arah sang menantu yang penampilannya sama sekali tak sedap dipandang. Bagaimana tidak, di baju Shanum terdapat beberapa bercak dari adonan tepung hingga membuat Bu Desi mencela penampilannya.
"Iya, bikin orang capek berdiri aja," timpal Lila tak kalah ketus dari ibu kandungnya. Sedetik kemudian, perempuan muda itu sudah mengekori langkah Bu Desi, dan duduk di sofa empuk yang ada di ruang tamu.
"Kamu kenapa sih lama banget buka pintunya," sahut Arya kesal. Dia juga ikut-ikutan mengomeli Shanum sama seperti ibu dan adiknya barusan. "Ayo, masuk," ajaknya kemudian sambil menggandeng tangan perempuan muda yang sedari tadi berdiri di sampingnya.
Shanum memutar bola matanya malas. Mendengar tiga kali omelan dari ketiga orang itu membuatnya sedikit naik pitam. Ia menarik napasnya dalam-dalam lalu mengembuskannya perlahan, demi menetralkan emosinya. "Sabar, Shanum," gumamnya lirih.
Shanum melangkah mendekati mereka yang kini sudah duduk di sofa. Ia menjadi orang terakhir yang mendaratkan tubuhnya di sofa single yang tersisa.
"Wah, rumahmu besar dan luas juga ya, Arya. Ibu menyesal karena dulu nggak mau ikut kamu ke Jakarta dan tinggal di sini," ucap Bu Desi. Kedua bola matanya tampak berbinar-binar memindai seisi rumah yang ditempati Arya dan Shanum, dengan berbagai macam perabotan mewahnya.
"Ya iyalah, ibu sih. Lila kan udah bilang, mending tinggal di rumah Mas Arya aja. Eh, ibunya nggak mau!" celetuk Lila menimpali penyesalan sang ibu.
Sementara itu, Shanum hanya diam dan memerhatikan gerak-gerik mereka berempat. Arya, Ibu mertua, adik ipar, serta seorang perempuan yang asing bagi Shanum.
Bu Desi dan Lila yang masih terpesona dengan desain rumah mewah itu, dan Arya juga perempuan yang sedari tadi menundukkan kepalanya, enggan membalas tatapan Shanum. Mungkin ... takut.
"Mas Arya, tolong jelaskan semua ini," pinta Shanum mulai membuka suara. Wanita itu menaruh kedua tangannya di perut sembari memindai keempat orang di hadapannya dengan tatapan menyelidik.
"Ah iya, aku sampai lupa untuk mengenalkannya padamu, Sha," ucap Arya santai, seakan tanpa beban, pun juga rasa bersalah telah membawa istri barunya ke istana yang ditempatinya dengan Shanum selama tiga tahun terakhir.
Shanum menatap lekat ke arah Arya, menanti kata demi kata yang akan keluar dari mulutnya.
"Katakan, siapa dia Mas?" Penuh penekanan, Shanum bertanya. Kedua matanya tengah memindai sosok asing yang duduk di samping suaminya, bahkan bergelayut manja di lengan sang suami.
"Perkenalkan, dia adalah Anara, istri baruku." Tanpa dosa, lelaki yang masih berstatus suami sah Shanum itu memperkenalkan perempuan dengan riasan tebal, dan pakaian yang aduhai seksinya sebagai istri barunya. Bagaikan petir di musim kemarau ketika Arya mengenalkan sosok itu.
"Aku sudah menikah dengan Anara tiga bulan yang lalu," sambungnya sembari menatap mesra Anara yang duduk di sampingnya, melempar senyum remeh terhadap istri sah Arya.
"Hahaha...." Shanum tiba-tiba saja tertawa lepas. Dia menertawakan dirinya sendiri. Tidak ada angin. Tidak ada hujan. Tiba-tiba saja dirinya dilanda kenyataan sedemikian rupa. 'Sedih, iya. Tapi hanya sedikit saja. Hatiku terlalu berharga untuk meratapi lelaki pecundang seperti Mas Arya. Mirisnya hidupku!' keluh Shanum dalam hati.
Shanum menghentikan tawanya. "Lalu, maksudmu apa membawanya ke sini, Mas," ucap Shanum dengan wajah datar.
Sementara keempat orang itu menatap Shanum heran. Ya, Arya, Bu Desi, Lila, dan juga perempuan muda yang baru saja dikenalkan Arya sebagai istri keduanya. Mereka tercengang dengan ekspresi Shanum.
Bukan amarah atau makian yang wanita itu lontarkan. Melainkan ekspresi datar dan dingin yang Shanum tunjukkan pada mereka berempat.
'Hah! Jangan harap! Aku tak akan mengotori mulutku dengan mengucapkan bermacam sumpah serapah pada mereka. Tidak akan!' Shanum membatin dalam hatinya.
"M–Maksudku ...." Arya tampak gugup. Pria itu mendadak ciut setelah melihat reaksi santai Shanum.
"Katakan saja pada Shanum, Arya. Jangan bertele-tele! Kita akan tinggal di sini mulai sekarang!" tukas Bu Desi, dengan tatapan sinisnya tertuju pada Shanum.
Anara? Perempuan itu hanya mampu menundukkan wajahnya. Menyembunyikan senyum licik di balik wajahnya. Shanum dapat melihat senyuman licik dari perempuan itu. Seakan tengah mengejeknya.
"Tunggu, kalian? Maksudnya Ibu, Lila, dan juga perempuan ini akan tinggal di sini? Di rumahku? Aku nggak salah dengar kan, Mas?" Shanum menatap tajam tepat di manik mata suaminya.
Pria itu terlihat gelagapan. Jakunnya naik turun tampak kesulitan menelan ludahnya. Dia pikir Shanum akan iya-iya saja dengan kemauannya. Tetapi, dugaannya salah besar.
"Be–Benar, Sha. Karena Anara sekarang jadi istriku juga. Jadi, dia akan tinggal bersama kita. Kamu nggak keberatan, kan?" ucap Arya dengan intonasi sedikit rendah.
"Kalau aku nggak bolehin gimana?" tantang Shanum tidak mau kalah.
Anara seketika menengadahkan wajahnya menatap tajam ke arah Shanum.
'Hei, gundik! Beraninya kau menatapku seperti itu. Cih!' Shanum menggeram dalam hatinya.
Bu Desi dan Lila pun tak kalah sinisnya kala matanya beradu pandang dengan Shanum.
"Aku kepala keluarga di sini, jadi aku berhak menentukannya, Sha!" ujar suami Shanum itu, sok bijak.
"Rumah ini adalah rumahku. Aku nggak mau ada sampah yang masuk ke rumahku yang mewah ini," sarkas Shanum seraya mengangkat dagunya.
"Plis, Sha. Anara lagi hamil sekarang. Aku nggak tega kalau biarin dia, ibu dan Lila tinggal di rumah yang sempit. Bukankah di sini banyak kamar yang kosong, Sha. Biarkan mereka tinggal di sini," ucap Arya dengan tatapan mengiba.
"Jangan banyak protes lah kamu, Shanum!" sentak ibu mertuaku. Tatapan matanya nyalang menatap ke arah menantunya itu.
'Apalagi ini!' desis Shanum dalam hatinya ketika melihat kemarahan sang ibu mertua dan mendengarnya membentaknya untuk yang pertama kali dalam hidupnya.
"Kamu jangan sok berkuasa atas rumah ini. Inikan rumah hasil kerja keras Arya, putraku. Kamu kerjanya cuman ongkang-ongkang kaki, jadi jangan sok ngatur suamimu!" ketusnya lagi.
'Apa? Aku tak salah dengar? Ongkang-ongkang kaki, katanya. Ibu mertuaku seperti belum sepenuhnya mengenalku.' Shanum mencibir dalam hatinya.
Arya terlihat menyikut pelan ibunya. Memberi kode pada ibu mertua untuk berhenti.
"Sudah, Bu. Jangan dilanjutkan lagi." Arya tampak berbisik ke telinga ibunya.
"Sudah mandul, sok-sokan mau menguasai harta anakku. Dasar benalu kamu, Shanum!" hinanya lagi.
Shanum terkesiap dengan hinaan dari Bu Desi. Wanita itu tak mengindahkan permintaan putranya untuk diam. Dia justru melontarkan kata-kata yang menyakitkan hati Shanum.
"Apa Ibu bilang?" tukas Shanum dengan mata memerah menahan amarah.
***
Setelah dua tahun menikah, Sophia akhirnya hamil. Dipenuhi harapan dan kegembiraan, dia terkejut ketika Nathan meminta cerai. Selama upaya pembunuhan yang gagal, Sophia mendapati dirinya terbaring di genangan darah, dengan putus asa menelepon Nathan untuk meminta suaminya itu menyelamatkannya dan bayinya. Namun, panggilannya tidak dijawab. Hancur oleh pengkhianatan Nathan, dia pergi ke luar negeri. Waktu berlalu, dan Sophia akan menikah untuk kedua kalinya. Nathan muncul dengan panik dan berlutut. "Beraninya kamu menikah dengan orang lain setelah melahirkan anakku?"
"Meskipun merupakan gadis yatim piatu biasa, Diana berhasil menikahi pria paling berkuasa di kota. Pria itu sempurna dalam segala aspek, tetapi ada satu hal - dia tidak mencintainya. Suatu hari setelah tiga tahun menikah, dia menemukan bahwa dia hamil, tetapi hari itu juga hari suaminya memberinya perjanjian perceraian. Suaminya tampaknya jatuh cinta dengan wanita lain, dan berpikir bahwa istrinya juga jatuh cinta dengan pria lain. Tepat ketika dia mengira hubungan mereka akan segera berakhir, tiba-tiba, suaminya tampaknya tidak menginginkannya pergi. Dia sudah hampir menyerah, tetapi pria itu kembali dan menyatakan cintanya padanya. Apa yang harus dilakukan Diana, yang sedang hamil, dalam jalinan antara cinta dan benci ini? Apa yang terbaik untuknya?"
Hidup itu indah, kalau belum indah berarti hidup belum berakhir. Begitu lah motto hidup yang Nayla jalani. Setiap kali ia mengalami kesulitan dalam hidupnya. Ia selalu mengingat motto hidupnya. Ia tahu, ia sangat yakin akan hal itu. Tak pernah ada keraguan sedikitpun dalam hatinya kalau kehidupan seseorang tidak akan berakhir dengan indah. Pasti akan indah. Hanya kedatangannya saja yang membedakan kehidupan dari masing – masing orang. Lama – lama Nayla merasa tidak kuat lagi. Tanpa disadari, ia pun ambruk diatas sofa panjang yang berada di ruang tamu rumahnya. Ia terbaring dalam posisi terlentang. Roti yang dipegangnya pun terjatuh ke lantai. Berikut juga hapenya yang untungnya cuma terjatuh diatas sofa panjangnya. Diam – diam, ditengah keadaan Nayla yang tertidur senyap. Terdapat sosok yang tersenyum saat melihat mangsanya telah tertidur persis seperti apa yang telah ia rencanakan. Sosok itu pelan – pelan mendekat sambil menatap keindahan tubuh Nayla dengan jarak yang begitu dekat. “Beristirahatlah sayang, pasti capek kan bekerja seharian ?” Ucapnya sambil menatap roti yang sedang Nayla pegang. Sosok itu kian mendekat, sosok itu lalu menyentuh dada Nayla untuk pertama kalinya menggunakan kedua tangannya. “Gilaaa kenyel banget… Emang gak ada yang bisa ngalahin susunya akhwat yang baru aja nikah” Ucapnya sambil meremas – remas dada Nayla. “Mmmpphhh” Desah Nayla dalam tidurnya yang mengejutkan sosok itu.
Zara adalah wanita dengan pesona luar biasa yang menyimpan hasrat membara di balik kecantikannya. Sebagai istri yang terperangkap dalam gelora gairah yang tak tertahankan, Zara terseret ke dalam pusaran hubungan terlarang yang menggoda dan penuh rahasia. Dimulai dengan Pak Haris, bos suaminya yang memikat, kemudian berlanjut ke Dr. Zein yang berkarisma. Setiap perselingkuhan menambah bara dalam kehidupan Zara yang sudah menyala dengan keinginan. Pertemuan-pertemuan memabukkan ini membawa Zara ke dalam dunia di mana batas moral menjadi kabur dan kesetiaan hanya sekadar kata tanpa makna. Ketegangan antara kehidupannya yang tersembunyi dan perasaan bersalah yang menghantuinya membuat Zara merenung tentang harga yang harus dibayar untuk memenuhi hasratnya yang tak terbendung. Akankah Zara mampu menguasai dorongan naluriahnya, atau akankah dia terus terjerat dalam jaring keinginan yang bisa menghancurkan segalanya?
Setelah Ibu yang mengasuhnya meninggal karena kanker payudara, Shahsya memilih berhenti sekolah dan bekerja di sebuah Cafe. Pergaulan bebas membawanya terjerumus pada seks bebas. Mudah nya mencari uang dari menjual tubuhnya telah membutakan Semua rasa. Yang ia lihat hanya uang, ia ingin menunjukkan oada dunia kalau ia bisa kaya seperti keluarga yang sudah mengadopsi nya. Sampai ia akhirnya ia bertemu dengan seorang Pria Buta yang tampan yang meminta nya menjadi istrinya.