dua insan manusia yang sedang mengejar kenikmatan dunia. Tubuh masing-masing bersimbah peluh, tapi tak d
untuk menikahi b*jingan itu t
nkah kamu se–tuju? Aku ...
ya di depanku!" sela Samuel
Mulutnya sudah lebih dulu dibungkam oleh bi
i tertahankan. Gelenyar aneh menguasai wanita yang memiliki tanda lahir di pangkal lehernya itu. Matanya terbuka dan tertutup be
gepalkan tangannya erat-erat. Dialah Leon
hnya. Emosi yang sedari tadi coba ditahan, akhirnya tak terbendung lagi saat mendengar desah manja gadis yang merasakan puncak kenikmatannya. Eksp
ebelum benar-benar sah menjadi sepasang suami istri. Dia ingin menjaga mahkota istrinya untuk malam pertama nantinya. Nam
pria bodoh itu. Ingat, kita harus tetap melakukannya seperti i
r
ngan wajah merah padam, pria itu berlari menerjang tubuh Samuel dan menghadiahkan sebuah pukulan sek
putih untuk menutupi tubuh polosnya. Akal sehatnya terkumpul sempurna. Dia sama sekali tidak menyangka Leo
in Sheryl sambil memutar otaknya, mencari
lebih dulu menggelegar. Jelas kemarahan menguasa
hah?!" Leon kalap. Lupa diri dan memukuli
perhatikan Sheryl yang sekarang beranjak dari ranjang panasnya sesaat lalu. Gadis itu berjalan mundur, menjauh dari pria yang saat ini terliha
dipastikan rasa nyeri, perih, dan ngilu merayap seluruh saraf di tubuhnya. Mengirimkan sinyal rasa sa
seperti Samuel, bukan berarti penderitaan lain tidak bisa dihadiahkan padanya. Pria itu amat
ilik Samuel dan segera meninggalkan hunian mewah yang seharusnya menjadi tabungan aset masa depannya. Dia tidak peduli lag
arannya tak lagi bersisa, pingsan setelah tak bisa lagi menah
Sheryl sekali pun tak lagi bisa dilihatnya. Gadis itu entah pergi ke mana. Membuatnya hanya bisa berteriak sekuat tenaga untuk melampiask
*
sekitar mata, Leon menemui asisten sekaligus sahabatnya.
pir taksi yang dia tumpangi, sama sekali tak bisa membantu. Mereka juga tertipu karena tidak
ia
ama sekali tidak bisa menerima pengkhianatan itu begitu saja. Ada ratusan, atau bahka
g ke hadapanku hidup-hidup untuk m
ikahan kalian jika dia
perti lautan di tengah samudera yang terlihat tak menunjukkan marabahaya. Namun, sekali saja sesuatu melewati batasannya,
tapi sebelum itu ada yang in
s meja kaca. Dua lembar foto close up berhasil menyita atensi pria yang masih dikuasai kemarahan. Tang
Namanya Cherry. Mereka kembar id
e
eon tak bisa mencerna penjelasan yang te