/0/9150/coverbig.jpg?v=20221029081822)
Sheila tidak pernah menduga bahwa sebuah platform menulis terkenal akan menjadi teror mengerikan yang merenggut teman-teman sekolahnya. Lomba cipta novel yang awalnya begitu menyenangkan malah berubah mencekam. Platform menulis itu mengubah segalanya, termasuk persahabatan, kehormatan, bahkan juga perasaan.
Cermin itu sungguh bersih, sempurna memantulkan seluruh bayangan diriku, dari ujung rambut bahkan hingga ujung kaki. Kusentuh pita merah muda yang menghiasi kepala. Benda itu masih sama seperti pertama kali aku memilikinya, tak ada yang berubah sama sekali. Dari kepala, tanganku beralih menyentuh gaun selutut. Laksana gaun peri di negeri dongeng yang juga kudapatkan di waktu yang sama dengan pita merah muda itu. Hal-hal sederhana yang tidak akan pernah kulupakan. Di bagian pinggang gaun itu terdapat hiasan mutiara yang melingkar. Bagian kerahnya berbentuk V.
Dan bagian lengannya panjang juga transparan. Sepertinya tak akan pernah ada gaun terbaik di dunia ini melebihi gaun yang kukenakan sekarang.
Aku menghela napas kemudian menatap jam dinding. Sudah pukul delapan malam. Setengah jam lagi aku harus sampai di kafe itu seperti biasa. Tak boleh terlambat sedikit pun. Aku memakai sepatu kaca dan bersiap keluar. Orang yang sudah biasa menjemputku--lelaki berambut hitam pekat--kini sudah ada di depan rumah dengan mobil sedannya. Seperti biasa, sambil tersenyum dia membuka pintu mobil itu untukku.
"Silakan, Tuan Putri." Lelaki itu mempersilakanku memasuki mobil. Aku tersenyum kecil mendengar cara dia memanggilku. Sudah sejak lama aku mendapat perlakuan manis seperti ini. Skenario dari semesta. Hal yang sebetulnya tak pernah aku harapkan. Semuanya hambar. Kosong. Jiwaku sudah pergi sejak dua tahun yang lalu. Malam ini aku merasa menjadi hantu.
Mobil itu melaju dengan kecepatan sedang. Suaranya menderu mulus di jalan raya. Aku menatap sejenak keluar jendela mobil. Jalan tak terlalu padat. Hanya ada beberapa kendaraan yang lalu lalang di samping kami. Beberapa muda-mudi sedang kasmaran di pinggir jalan maupun di kafe-kafe kecil. Malam Minggu, malam yang sempurna untuk berbagi cinta. Saat yang sempurna untuk merayakan sesuatu. Aku menatap kosong pohon-pohon yang seakan sedang berjalan di sampingku. Semuanya berlalu begitu saja. Tak ada yang menyenangkan. Tak ada yang romantis.
Beberapa saat, suara deru mobil itu pun perlahan berhenti. Aku mengalihkan pandangan. Ternyata sudah sampai di kafe itu. Sejenak aku kembali menghela napas. Perlahan turun dari mobil itu. Tentu saja, lelaki yang sama kembali membuka pintu mobil untukku. Aku menatap kafe itu dengan tatapan sendu.
Untuk kesekian kali aku akan masuk ke tempat ini. Tempat yang harus kukunjungi setiap tahunnya. Aku menatap lelaki di sampingku yang belum menutup pintu mobil. Dia tidak seperti tadi, tidak lagi tersenyum.
"Masuklah, aku akan menunggumu di sini bahkan sampai kau keluar tepat tengah malam." Lelaki itu berucap sambil menutup pintu mobil.
Aku terdiam sejenak sebelum kemudian dengan berat melangkahkan kaki menuju kafe itu. Sepatu kaca ini terasa jauh lebih berat dari benda mana pun. Aku menahan napas begitu sampai di sana, dan masih harus kembali melangkah menuju lantai atas, menuju ruangan yang disiapkan khusus untukku.
Ruangan itu sama sekali tidak berbeda dari sebelumnya, bahkan sejak dua tahun yang lalu. Selalu didekorasi dengan gaya klasik favoritku. Ruangan yang selalu membuatku merasa sedang berada di negeri dongeng atau di rumah para peri kayu.
Aku duduk di kursi itu. Lagi-lagi, kursi yang sama, yang tidak pernah berubah sedikit pun. Semua bagian dari ruangan ini dibuat dengan bahan kayu. Diukir dengan sangat indah dan dengan bentuk yang menawan. Begitu eksotis juga teliti.
"Ini kuemu. Kue cokelat kesukaanmu. Dengan dekorasi yang sama dan tidak pernah berubah." Gadis berambut pirang itu meletakkan kue cokelat tepat di depanku. Kue yang hanya dihiasi satu buah ceri dan tulisan happy birthday di atasnya.
Aku menatap gadis berambut pirang yang tersenyum sekaligus menatap sendu ke arahku itu. Seperti biasa, dia selalu bisa membuat suasananya sama seperti dahulu.
"Terima kasih," ucapku singkat. Gadis itu menatap ke arah pintu. Tak ada siapa pun di sana.
"Kau akan menunggu dia?" Gadis itu bertanya dan kembali menatapku. Aku menahan napas sebelum kemudian mengangguk singkat dengan mata yang berkaca-kaca.
"Aku akan tetap di sini seperti biasa. Dan aku akan pulang di jam biasa."
Setelah mengatakan hal itu, gadis berambut pirang tersebut pun berlalu dari hadapanku. Meninggalkanku sendirian di sini dan menikmati sepotong kue cokelat itu.
Waktu berlalu dalam keheningan. Aku tertunduk dan juga sesekali menatap ke arah pintu. Berharap ada bayangan seseorang di sana sebelum kemudian orang itu masuk ke ruangan ini dan memberi sebuah kado untukku. Anggaplah sebuah harapan di level tertinggi saat ini. Aku menunggu dalam satu kali setahun di ruangan ini. Hanya satu kali. Menikmati waktuku sendirian dalam beberapa saat. Menikmati malam ulang tahun yang tak pernah meriah.
Aku membuka layar ponsel. Satu jam sudah berlalu. Tak bisa kurasakan tubuhku sendiri. Semuanya terasa kaku. Aku mati rasa. Kumatikan kembali layar ponsel itu, membiarkan hanya cahaya lilin yang menerangiku saat ini. Cahaya lilin itu diam tanpa ditiup angin. Bahkan udara malam pun seakan tidak mau ikut masuk ke ruangan hampa ini. Seakan tak mau ikut menunggu bersamaku.
"Aku masih ingin menunggu. Aku masih harus menunggu." Aku bergumam, mengajak lilin itu berbicara. Berharap dia mendadak hidup seperti yang biasa kulihat di film fantasi. Menemani rasa sepiku di sini.
Aku mengangkat kepala, kembali menatap ke arah pintu yang tidak memperlihatkan siapa pun. Semuanya sepi. Suara berisik di lantai bawah sama sekali tidak bisa membunuh rasa sepi di ruangan ini. Aku tetap saja merasa kosong.
"Bagaimana jika aku bercerita pada malam? Setidaknya ada yang ingin mendengar kalau hatiku." Kutatap sendu ke arah jendela yang memperlihatkan pemandangan bulan dan taburan bintang di luar sana. Jauh lebih terang dan lebih ramai daripada yang melingkupiku saat ini.
Kupeluk diri sendiri. Memberi kehangatan pada tubuh itu. Berharap dia mendadak datang lantas memelukku dari belakang. Aku menatap seluruh ruangan itu. Tak ada kehidupan. Tak ada nyawa. Semuanya sudah mati. Malam ulang tahun yang sungguh mengerikan dan tak pernah diharapkan oleh siapa pun di dunia ini.
Sepi.
Detik menuju menit.
Menit menuju jam.
Semuanya berlalu begitu saja. Semua berlalu dalam kekosongan. Lilin di atas kue itu mati meski tak ada angin di sini. Ruangan itu gelap gulita, menambah kehampaan dan kesunyian di sana. Aku mematung dalam kegelapan.
Sekali lagi, aku sendirian. Terdiam menjelajah waktu. Menikmati kekosongan. Tak ada yang datang. Sampai pada titik aku bosan menunggu. Menunggu semua yang tak pernah pasti. Aku ingin menjadi hantu.
Tinggal di sebuah kampung pedesaan di daerah Cianjur, JawaBarat. Membuat dia masih polos karena jarang bergaul dengan teman sebayanya, dari sebelum menikah sampai sekarang sudah menikah mempunyai seorang suami pun Sita masih tidak suka bergaul dan bersosialisasi dengan teman atau ibu-ibu di kampungnya. Sita keluar rumah hanya sebatas belanja, ataupun mengikuti kajian di Madrasah dekat rumahnya setiap hari Jum'at dan Minggu. Dia menikahpun hasil dari perjodohan kedua orangtuanya. Akibat kepolosannya itu, suaminya Danu sering mengeluhkan sikap istrinya itu yang pasif ketika berhubungan badan dengannya. Namun Sita tidak tahu harus bagaimana karena memang dia sangat amat teramat polos, mengenai pergaulan anak muda zaman sekarang saja dia tidak tahu menahu, apalagi tentang masalah sex yang di kehidupannya tidak pernah diajarkan sex education. Mungkin itu juga penyebab Sita dan Danu belum dikaruniai seorang anak, karena tidak menikmati sex.
Novel Cinta dan Gairah 21+ ini berisi kumpulan cerpen romantis terdiri dari berbagai pengalaman romantis dari berbagai latar belakang profesi yang ada seperti ibu rumah tangga, mahasiswa, CEO, kuli bangunan, manager, para suami dan lain-lain .Semua cerpen romantis yang ada pada novel ini sangat menarik untuk disimak dan diikuti jalan ceritanya sehingga bisa sangat memuaskan fantasi para pembacanya. Selamat membaca dan selamat menikmati!
Nafas Dokter Mirza kian memburu saat aku mulai memainkan bagian bawah. Ya, aku sudah berhasil melepaskan rok sekalian dengan celana dalam yang juga berwarna hitam itu. Aku sedikit tak menyangka dengan bentuk vaginanya. Tembem dan dipenuhi bulu yang cukup lebat, meski tertata rapi. Seringkali aku berhasil membuat istriku orgasme dengan keahlihanku memainkan vaginanya. Semoga saja ini juga berhasil pada Dokter Mirza. Vagina ini basah sekali. Aku memainkan lidahku dengan hati-hati, mencari di mana letak klitorisnya. Karena bentuknya tadi, aku cukup kesulitan. Dan, ah. Aku berhasil. Ia mengerang saat kusentuh bagian itu. "Ahhhh..." Suara erangan yang cukup panjang. Ia mulai membekap kepalaku makin dalam. Parahnya, aku akan kesulitan bernafas dengan posisi seperti ini. Kalau ini kuhentikan atau mengubah posisi akan mengganggu kenikmatan yang Ia dapatkan. Maka pilihannya adalah segera selesaikan. Kupacu kecepatan lidahku dalam memainkan klitorisnya. Jilat ke atas, sapu ke bawah, lalu putar. Dan aku mulai memainkan jari-jariku untuk mengerjai vaginanya. Cara ini cukup efektif. Ia makin meronta, bukan mendesah lagi. "Mas Bayuu, oh,"
Kisah seorang ibu rumah tangga yang ditinggal mati suaminya. Widya Ayu Ningrum (24 Tahun) Mulustrasi yang ada hanya sebagai bentuk pemggambran imajinasi seperti apa wajah dan bentuk tubuh dari sang pemain saja. Widya Ayu Ningrum atau biasa disapa Widya. Widya ini seorang ibu rumah tangga dengan usia kini 24 tahun sedangkan suaminya Harjo berusia 27 tahun. Namun Harjo telah pergi meninggalkan Widy sejak 3 tahun silam akibat kecelakaan saat hendak pulang dari merantau dan karna hal itu Widya telah menyandang status sebagai Janda di usianya yang masih dibilang muda itu. Widya dan Harjo dikaruniai 1 orang anak bernama Evan Dwi Harjono
Sepatah Kata, Jangan pernah bengong dan tertegun-tegun jika belum selesai membaca kisah yang sangat AGAK LAEN dan super unik dalam novel ini. Mungkin banyak yang tidak terpcaya jika cerita ini lebih dari 58,83% merupakan KISAH NYATA, 24,49% Modifikasi Alur dan 16,68% tambahan halu sebagai variasi semata. Buktikan saja keunikan kisah dalam novel ini. Jangan mengatakan gak masuk akal jika belum tahu bahwa hal itu bisa terjadi kapan dan dimanapun juga
Hanya ada satu pria di hati Regina, dan itu adalah Malvin. Pada tahun kedua pernikahannya dengannya, dia hamil. Kegembiraan Regina tidak mengenal batas. Akan tetapi sebelum dia bisa menyampaikan berita itu pada suaminya, pria itu menyodorinya surat cerai karena ingin menikahi cinta pertamanya. Setelah kecelakaan, Regina terbaring di genangan darahnya sendiri dan memanggil Malvin untuk meminta bantuan. Sayangnya, dia pergi dengan cinta pertamanya di pelukannya. Regina lolos dari kematian dengan tipis. Setelah itu, dia memutuskan untuk mengembalikan hidupnya ke jalurnya. Namanya ada di mana-mana bertahun-tahun kemudian. Malvin menjadi sangat tidak nyaman. Untuk beberapa alasan, dia mulai merindukannya. Hatinya sakit ketika dia melihatnya tersenyum dengan pria lain. Dia melabrak pernikahannya dan berlutut saat Regina berada di altar. Dengan mata merah, dia bertanya, "Aku kira kamu mengatakan cintamu untukku tak terpatahkan? Kenapa kamu menikah dengan orang lain? Kembalilah padaku!"