/0/8547/coverbig.jpg?v=0bcebcdacdef642edbb0186e62480d18)
Dia adalah pria yang tidak banyak bicara, selalu memasang wajah datar untuk menyembunyikan emosinya, dan sedikit sombong; dia menyimpan rahasia yang tidak disadari banyak orang. Dia adalah seorang wanita cantik dan elegan yang senang berterus terang dalam segala situasi, tapi dia juga seseorang yang perhatian dan bersedia untuk ikut campur tangan dalam hal yang menarik perhatiannya. .... Yang dimanfaatkan lelaki itu untuk keuntungannya sendiri!!
Sudah satu jam sejak dia mulai berputar-putar di sekitar rak buku yang tinggi, tetapi dia tidak dapat menemukan buku yang dia inginkan. Ketika kakinya terasa mati rasa dan dia kelelahan, dia bersandar di sisi rak buku. Kerutan muncul di wajahnya, dia tidak merasa malu untuk cemberut, bahkan jika orang-orang mungkin telah memandanginya dengan tatapan aneh. Dia terlalu fokus dan merasa kesal, karena dia tidak pernah beruntung ketika berhubungan tentang menemukan buku yang dia butuhkan.
So Eun ingin meminta bantuan, tapi semua orang di tempat itu tampaknya begitu sibuk untuk menemukan buku mereka sendiri, sehingga ia memutuskan untuk tidak mengganggu siapapun.
"Aku sangat lelah", So Eun bergumam pada dirinya sendiri, frustrasi dan putus asa. Dia menatap lagi pada catatan kertas yang digenggamnya, untuk memverifikasi judul dan penulis buku itu. Dia memutuskan untuk mencoba sekali lagi, dengan hasil yang sama. Kesal, So Eun hendak menyerah ketika dia melihat seorang pria jangkung dan tampan berjalan ke arahnya, mendorong kereta buku. Dengan hanya satu pandangan mata, wanita itu tahu bahwa dia adalah salah satu pustakawan disana. Dia mulai memeriksa ID tiap buku satu per satu dan mengembalikannya ke tempat semua.
"Um, permisi..."So Eun bertanya saat pria itu sibuk merapikan buku. Dia berbalik dan menatapnya dengan acuh tak acuh.
"Bolehkah aku meminta bantuanmu? "So Eun melanjutkan, mencoba yang terbaik untuk bersikap ramah dengannya. Pria itu tidak menjawab, dan terus menunjukkan ekspresi tenang sambil menatapnya. Tampaknya dia tidak tertarik.
"Um, ini! "dia menunjukkan kepada pustakawan catatan yang dipegangnya itu.
So Eun bersikeras: "aku sudah mencari buku ini selama berjam-jam, tetapi aku tidak dapat menemukannya. Kumohon, tolong aku!" Pria itu melihat catatannya, dan diam-diam melanjutkan aktivitasnya.
"Maaf, mungkin kamu tidak mengerti bahasa Korea ya? Aku baru saja meminta bantuanmu! " So Eun menambahkan, kesal dengan perilaku dinginnya. Dengan suaranya yang dalam dan jantan, pria itu berkata bahwa orang lain dapat menemukan buku mereka sendiri tanpa meminta bantuannya, komentar yang semakin membuat So Eun terganggu.
"Aku tahu, tapi aku sudah bilang aku sudah mencari satu jam untuk menemukan buku itu dan aku belum berhasil menemukannya! Tak bisakah kau membantuku sebentar saja? Lagipula kau kan bekerja disini!"lanjut So Eun. Sang pustakawan dengan dingin menjelaskan sambil menghindari tatapan matanya, bahwa pekerjaannya bukan untuk menemukan buku tetapi merawatnya.
"Buku ini pasti ada di sekitar rak buku ini dan kamu bisa menemukannya dengan mudah sambil merapikan buku-buku" Tambah So Eun, mencoba berdebat dengan pustakawan tampan itu. Kali ini, pria jangkung itu menoleh dan menatapnya dengan tatapan kosong.Melihat ini, So Eun menjadi berlinangan air mata dan mengeluarkan rasa frustrasinya.
"tolong, bantu saya, saya benar-benar perlu menemukan buku ini, hidup saya dipertaruhkan karena itu ! Jika saya tidak dapat menemukannya, saya tidak akan dapat menyelesaikan tugas saya! Akibatnya, saya akan dikeluarkan dari fakultas saya. Saya sudah begitu sibuk melakukan pekerjaan paruh waktu saya sambil belajar untuk membayar sewa asrama! Ini adalah impian saya untuk lulus dari fakultas ini, jadi saya tidak bisa berhenti begitu saja, kan? Saya mohon! " Pustakawan itu menanggapi air mata So Eun dengan senyum sinis. Di wajahnya, tidak ada jejak simpati untuknya. Sepertinya dia mengejeknya sebagai respon dari air mata buayanya itu. Pria itu hanya semakin menggosokkan garam pada lukanya dengan komentar singkatnya: "aktingmu buruk."
"Apa?"kata So Eun, tak percaya. Dia tidak percaya aktingnya tidak mampu menggetarkan harinya. Harga dirinya sebagai seorang aktris terluka parah oleh ejekannya yang frontal. Mata mereka bertemu kemudian dia memperhatikan label nama pustakawan itu.
"Yak! Lee Hyuk Soo-ssi, aku dari Departemen akting, bagaimana mungkin kau bisa mengatakan bahwa aktingku buruk?? Apa yang diketahui pustakawan sepertimu tentang akting?? " Suaranya memenuhi ruangan dan menarik perhatian pengunjung lain.
Hyuk Soo bereaksi cepat dan menutup mulutnya dengan tangan, membuat So Eun terkejut. Pria itu berdiri tepat di depannya dan wajah mereka sangat dekat. So Eun mendorong tangan Hyuk Soo dan berteriak keras.
"Yak! Apa kau gila?!" tapi lelaki itu menutup mulutnya sekali lagi. Suaranya yang dalam mengikuti perirlakunya.
"kaulah yang gila! Ini adalah perpustakaan!" Pria itu membuatnya menyadari apa yang telah dia lakukan.
Dia melihat sekeliling, hanya untuk menemukan semua orang telah memelototinya. Mencoba meminta maaf, So Eun dengan hormat membungkuk dan menjadi lebih tenang.Hyuk Soo mengambil buku dari rak buku dekat So Eun, menyerahkan buku itu kepadanya dan memanggilnya "pabo".
Pustakawan itu kemudian berjalan menjauh darinya, melanjutkan pekerjaannya sambil mendorong gerobak bukunya.
So Eun menatap buku di tangannya, dan menemukan bahwa buku yang diberikan kepadanya oleh Hyuk Soo adalah buku yang dia cari selama ini. Dia menghela nafas dalam - dalam dan menatap dengan marah ke punggung lebar Hyuk Soo. Lalu dia berbisik pada dirinya sendiri.
"Mwoya (apa sih) ? Dia tahu di mana buku ini, tapi tidak mau memberitahuku? Apa-apaan ini?!Pria gila dan kejam!!", Wanita itu berbalik dan menatap rak buku. So Eun memarahi dirinya sendiri karena tidak mampu melihat buku itu sebelumnya, bahkan ketika sudah ada di dekatnya.
"Lagipula aku hanya tidak beruntung saja dan bukannya bodoh", dia menghibur dirinya sendiri. Mengingat bahwa Hyuk Soo memanggilnya "pabo" . Wanita itu menggumamkan satu kata: "brengsek!"
Langkah berikutnya yang harus So Eun lakukan adalah mendaftarkan buku yang dia pinjam, dan dia pergi ke PC. Konsep Perpustakaan mengembangkan kemandirian pengunjung; orang-orang yang ingin meminjam buku harus melakukan semuanya sendiri. Ketika dia sampai di komputer, So Eun terkejut mengetahui bahwa komputer itu berbeda dari komputer yang biasa dia gunakan.
Komputer tersebut tidak memiliki keyboard, tetapi dia tahu seharusnya ada sistem layar sentuh disitu. Untuk mendaftarkan buku di bawah namanya, dia harus masuk terlebih dahulu. So Eun menyentuh layar komputer, tapi dia tidak dapat menemukan keyboard di layar. Ini membuatnya semakin bingung.Dia melihat sekeliling untuk meminta bantuan, tetapi dia tidak melihat seseorang yang sepertinya ingin memberikan bantuannya. Kemudian dia melihat ke arah lain dan melihat Hyuk Soo yang menyelesaikan pekerjaannya dan berjalan ke arahnya.
Melihat pria itu lagi membuat dia cemberut, So Eun mengangkat dagunya dan memalingkan wajahnya. Dia tidak mau meminta bantuan dari pria dingin ini. Wanita itu hanya bisa berharap bahwa keyboard akan muncul dan dia bisa meninggalkan perpustakaan segera, dia menyentuh layar lagi. Dia mencoba berkali-kali, tetapi keberuntungan tidak ada di sisinya.
Hyuk Soo melihatnya, tersenyum dan berpikir bahwa dia sungguh bodoh dalam segala hal yang dia lakukan. Pustakawan itu mendekatinya dan menyentuh shortcut di kanan bawah dan membuat keyboard muncul.Dia kemudian dengan sinis bertanya kepada So Eun.
" Kau bisa melakukan apapun sendiri, bukan? "
So Eun memutar matanya dan berkata "pergi sana" kepadanya.
Pria itu menjawab dengan datar bahwa ia tidak akan tinggal lebih lama lagi dengan orang yang bodoh sepertinya kemudian berlalu berjalan pergi. Marah, So Eun menendang udara setelah pustakwan itu meninggalkannya. Dia ingin menendang dan memukul Hyuk Soo; dia sangat menyebalkan dengan wajahnya yang tampan. Setelah itu, dia berdoa agar jika dia kembali ke sini untuk tugas lain, dia tidak akan bertemu dengannya lagi.
Warning!!!!! 21++ Dark Adult Novel Ketika istrinya tak lagi mampu mengimbangi hasratnya yang membara, Valdi terjerumus dalam kehampaan dan kesendirian yang menyiksa. Setelah perceraian merenggut segalanya, hidupnya terasa kosong-hingga Mayang, gadis muda yang polos dan lugu, hadir dalam kehidupannya. Mayang, yang baru kehilangan ibunya-pembantu setia yang telah lama bekerja di rumah Valdi-tak pernah menduga bahwa kepolosannya akan menjadi alat bagi Valdi untuk memenuhi keinginan terpendamnya. Gadis yang masih hijau dalam dunia dewasa ini tanpa sadar masuk ke dalam permainan Valdi yang penuh tipu daya. Bisakah Mayang, dengan keluguannya, bertahan dari manipulasi pria yang jauh lebih berpengalaman? Ataukah ia akan terjerat dalam permainan berbahaya yang berada di luar kendalinya?
Cerita ini hanya fiksi belaka. Karanga author Semata. Dan yang paling penting, BUKAN UNTUK ANAK2. HANYA UNTUK DEWASA. Cinta memang tak pandang tempat. Itulah yang sedang Clara rasakan. Ia jatuh cinta dengan ayah tirinya sendiri bernama Mark. Mark adalah bule yang ibunya kenal saat ibunya sedang dinas ke Amerika. Dan sekarang, ia justru ingin merebut Mark dari ibunya. Gila? Tentu saja. Anak mana yang mau merebut suami ibunya sendiri. Tapi itulah yang sekarang ia lakukan. Seperti gayung bersambut, Niat Clara yang ingin mendekati Mark diterima baik oleh pria tersebut, apalagi Clara juga bisa memuaskan urusan ranjang Mark. Akankah Clara berhasil menjadikan Mark kekasihnya? Atau lebih dari itu?
Marsha terkejut saat mengetahui bahwa dia bukanlah anak kandung orang tuanya. Karena rencana putri asli, dia diusir dan menjadi bahan tertawaan. Dikira terlahir dari keluarga petani, Marsha terkejut saat mengetahui bahwa ayah kandungnya adalah orang terkaya di kota, dan saudara laki-lakinya adalah tokoh terkenal di bidangnya masing-masing. Mereka menghujaninya dengan cinta, hanya untuk mengetahui bahwa Marsha memiliki bisnis yang berkembang pesat. "Berhentilah menggangguku!" kata mantan pacarnya. "Hatiku hanya milik Jenni." "Beraninya kamu berpikir bahwa wanitaku memiliki perasaan padamu?" kata seorang tokoh besar misterius.
Istriku Lidya yang masih berusia 25 tahun rasanya memang masih pantas untuk merasakan bahagia bermain di luar sana, lagipula dia punya uang. Biarlah dia pergi tanpaku, namun pertanyaannya, dengan siapa dia berbahagia diluar sana? Makin hari kecurigaanku semakin besar, kalau dia bisa saja tak keluar bersama sahabat kantornya yang perempuan, lalu dengan siapa? Sesaat setelah Lidya membohongiku dengan ‘karangan palsunya’ tentang kegiatannya di hari ini. Aku langsung membalikan tubuh Lidya, kini tubuhku menindihnya. Antara nafsu telah dikhianati bercampur nafsu birahi akan tubuhnya yang sudah kusimpan sedari pagi.
Ketenangan rumah tangga Yanto dan Viana mulai terusik dengan kehadiran Runi, adik Yanto yang memutuskan tinggal bersama mereka setelah bercerai dari suaminya. Berbagai masalah dan pertengkaran mulai timbul sejak Runi tinggal bersama mereka, membuat Viana merasa tidak adanya lagi kenyamanan dalam rumah tangganya bersama Yanto. Sedangkan Runi yang memang tidak menyukai Viana selalu berusaha untuk memisahkan Yanto dan Viana. Usaha Runi kian dipermudah dengan kehadiran Feyla, temannya yang diam-diam menyukai Yanto. Dengan berbagai cara, Runi berusaha mendekatkan Yanto dan Feyla. Usaha mereka berhasil. Yanto menikahi Feyla sebagai istri kedua karena dia tidak mau bercerai dengan Viana. Namun, Viana yang tak mau dimadu memutuskan untuk bercerai dan mencari jalan kebahagiaannya sendiri meskipun dia harus menanggung sakit atas keputusannya itu. Di kemudian hari, Viana berhasil bangkit dari keterpurukannya. Sebaliknya orang-orang yang menyakitinya mulai menemui karmanya satu persatu.