Karena keceplosan mengatakan Trey Vallois mengidap STD, dr. Shan harus terlibat dengan perjanjian aneh dengan CEO congkak itu dan harus membersihkan nama baiknya yang cedera. Tapi, menjadi pacar pura-pura seorang putra tunggal seorang Vallois membuat kehidupan wanita itu jungkir balik. Sudah susah payah melepaskan diri tapi yang ada Shan malah terperosok ke dalam. Love and hate relationship mewarnai, dan sampai kapan mereka saling bertahan dan saling melukai?
Sesosok wanita cantik tergolek dengan pose indah menggoda di atas ranjang, pemanasan itu sudah dilakukannya sejak tadi. Menunggu terlalu lama tentu tidak menyenangkan, beberapa hari harus menahan karena ada sesuatu, dan malam ini Trey harus bisa menumpahkan hasrat libidinalnya atau kecebongnya itu bakal menumpuk kadaluarsa. Senyum wanita itu menggoda, siapa yang bisa menahan diri lagi kalau sudah begini. Ikat pinggangnya dilonggarkan secara perlahan.
Kencan singkat, mereka bertemu di club dan meminum beberapa shot minuman hingga tipsy. Bisik sana-sini juga diawali dengan sebaris cumbu pasangan itu memutuskan untuk berkolaborasi dalam sebuah one night stand, entah tadi sudah berkenalan atau belum. Tapi bukankah nama itu tidak penting? Baik Trey dan wanita itu hanya punya satu tujuan, yakni menuntaskan hasrat. Dan aroma pheromones ini sangat kental tercium merebak di ruangan ini.
Baru saja helm pengaman beraroma strawberry itu mau dipasang, erang pelan keluar dari bibirnya, kenapa rasa tak nyaman ini kembali lagi. Bahkan untuk bermain solo saja dia kerap merasa nyeri. Dengan sedikit emosi dia melemparkan benda dengan aroma menyenangkan itu ke tempat sampah, sementara wanita itu menatapnya keheranan. Ayolah dia juga sudah lebih dari siap untuk menyatukan tubuh, hanya tubuh saja, bukan hati. Tidak ada yang aneh di sini, hanya dua manusia biasa yang sedang berbalut nafsu, tapi sepertinya semua tidak berjalan dengan baik.
"Kenapa?" tanya wanita itu mengatupkan lagi kakinya.
Pura-pura Trey menunjuk smartwatch yang berada di pergelangan tangannya, "Ada urusan penting, aku harus pergi," ucapnya mengelak.
"Itu, mengecewakan," gumam wanita itu, bagaimana lagi, sudah terlanjur on.
"Aku minta maaf, kencan ini mungkin bisa digantikan dengan lain kali. Sungguh aku harus pergi," ucap Trey memakai lagi celananya, sial memang.
Wanita itu mendesah kecewa dan meraih kembali pakaian yang sempat tercecer entah di mana saja, harusnya dia menikmati malam dengan seorang pria tampan dan bertubuh tegap ini. Permainan jarinya tadi lumayan menyenangkan, masih membayangkan bagaimana aksinya ketika mulai menggerakkan pinggang tapi sudah keburu pamitan. Menjengkelkan, urusan apa itu sampai dia terburu-buru. Jangan saja dicari oleh anaknya. Kesal.
"Aku pergi, Oya kamu bisa memesan apapun kalau kamu lapar. Aku bayar semua, sampai bertemu lagi," pamit Trey yang hanya menyentuh sekali pipi lembut wanita yang mau tak mau membalasnya dengan senyum itu.
Trey melenggang pergi, beberapa waktu belakangan memang sepertinya dalam tubuhnya ada yang berbeda. Semalam ada demam menyerang dan sariawan ini kenapa setelah sembuh malah berpindah tempat, belum lagi di beberapa bagian tubuhnya juga seperti muncul luka kecil yang tidak terasa sakit dan akhirnya sembuh sendiri berganti bercak aneh yang dia sendiri tak paham, baiklah lokasinya juga termasuk di adik kecilnya. Dia terlalu malas untuk periksa ke dokter, mau menghubungi dokter keluarga, jelas itu pilihan terakhir. Kalau sampai bocor ke telinga emaknya bisa bahaya, bisa-bisa wanita tua itu akan berkampanye seperti calon presiden, sudahlah.
Tidak tahu harus kemana, Trey mengunjungi Vano. Hanya dia sahabat sejati yang benar-benar sejati. Sebaiknya memang kesitu saja, karena dia tidak tahu siapa lagi yang bisa ditanyai untuk urusan itu. Vanno bukan dokter, tapi setidaknya punya otak. Menjawab beberapa pertanyaan mungkin bisa, atau kali saja dia juga pernah mengalami. Kan cakep. Dengan perlahan Trey memencet tombol dan suara Vanno segera nyaring terdengar.
"Lho Bro, katanya ngamar?" tanya Vanno dengan wajah polos.
"Ngamar kepalamu, minggir," usirnya kesal.
"Itu tampang kenapa?" tanya Vanno terheran, si Trey badjingan wanita bisa juga bertampang lesu seperti itu. Dia paham, tidak mungkin juga sahabatnya ini kekurangan uang. Kartu kredit miliknya itu unlimited, mana dia adalah cucu kesayangan mbahnya yang mana adalah pemilik saham mayoritas dari sebuah holding company. Sebut saja dia adalah The Perfect Bastard.
"Nganu," gumam Trey meraih sebotol minuman dingin dari dalam lemari es.
Dia akhirnya bercerita. Belakangan badan sepertinya agak nganu, mau periksa tapi nganu. Mencari informasi browsing yang keluar malah iklan obat raja singa, yang sakit manusia kenapa malah binatang yang keluar. Trey menenggak minumannya tapi Vano melongo, mau mengatai Trey agak bodoh tapi tidak tega. Karena sepertinya kawannya ini sedang tertekan. Apalagi ketika sampai dicerita tadi hampir saja bercocok tanam tapi cangkul sedang tidak available. Batal.
"Kasian amat anak orang, aku anterin ke dokter, jangan saja kena penyakit kelamin," kata Vanno jujur menyakitkan.
"Buset penyakit kelamin, emang ini gejalanya penyakit kelamin?" tanya Trey mendelik.
"Bisa jadi, kan gak tau juga aku bukan dokter, makanya ayoklah kuantar. Deket sini ada klinik bagus, ku setirin dah. Gak tega aku," ujar Vanno segera meraih kunci mobilnya.
Ya sudahlah, ke dokter sajalah.
***
"Tuh kliniknya, kayak bayi aja ke dokter minta antar," gerutu Vano.
"Kan kamu yang mau nganterin sendiri, astaga minta ditampol emang ni orang," umpat Trey turun dari mobil.
"Udah buruan keburu tutup," usir Vanno gemas.
Trey menoleh lagi, "Ke dokter apaan?" tanyanya bingung.
"Ya mana tau, ke dokter manusia lah masa ke dokter hewan. Tapi kalo gak ngerti mending ke dokter umum aja dulu, toh nanti kalo nganu dirujuk tuh ke spesialis," saran Vanno.
Trey menunjuk plakat yang berada di depan klinik, ada banyak nama dokter tertera di sana. Kebetulan ada beberapa nama dokter umum yang bertugas malam itu, dr. Sania M, dr. Joko S, dan yang terakhir dr. Shan. Sebisa mungkin dia menghindari dokter yang perempuan karena Vanno tadi bilang kemungkinan dia terkena penyakit kelamin. Kalau yang periksa dokter perempuan apa kabar, belum kalau dia sensi. Tidak, pokoknya tidak.
"Sania dan pasti ciwi Bro, dr. Joko keknya laki, tapi pastinya dah tua kalo liat dari namanya. Baru masuk bilang keluhan apa udah kena ceramah kau, bukan sembuh malah setres." Vanno mengurai konspirasi aneh.
"Nah tuh," balas Trey.
"Si dr. Shan keknya laki Bro, namanya modern bener, masih muda keknya. Pasti paham umpama kamu bilang jangan-jangan kena penyakit kelamin," ujar Vanno.
"Jangan keras-keras busettt ... !" umpat Trey kesal, teman tidak ada akhlak.
"Kuy kutemani, teman sejati akutu," kata Vano dengan ramah merangkul temannya dan sesekali mengedipkan mata kepada perawat cantik yang kebetulan lewat.
Ada lega terasa ketika akhirnya sudah sampai di sini, keluhan itu dikatakan hanya sariawan saja kepada wanita berseragam pink itu. Sisanya nanti kalau ketemu sama dokternya saja, untung saja Vano tadi malah sibuk menggoda perawat sebelah, jadi tidak ikut bicara. Terbayang kalau dia ikut meracau. Bubar jalan, segala rahasia bakal bocor seketika. Seorang Trey Vallois terkena penyakit kelamin.
"Pak Trey, silahkan saya antar," panggil seorang perawat dengan senyum merekah di bibir itu.
Trey pergi meninggalkan temannya yang masih keganjenan menebar umpan mencari mangsa. Sejak tadi Vano berceloteh mungkin menyenangkan bisa mengencani perawat atau dokter, nanti di kamar mereka bisa roleplay antara dokter dan pasien dan kelanjutannya, you know lah. Koridor itu terasa begitu panjang, hingga akhirnya mereka sampai di sebuah pintu bertuliskan dr. Shan H. P. Baguslah, laki.
"Silahkan Pak Trey, dr. Shan sudah menunggu anda," kata perawat itu membukakan pintu.
Trey membalasnya dengan anggukan kepala dan senyum sebagai ganti ucapan terimakasih, dan begitu memasuki ruangan dan menebarkan pandangan ke sekelilingnya sebelum.matanya tertumbuk sesuatu dan dia melongo. Seorang wanita cantik memakai jas putih lengan pendek berkalung stetoskop warna magenta itu sedang duduk di belakang meja.
"Buset, kenapa dokternya cewek?"
Vano sesat.
***
Warning!!!!! 21++ Dark Adult Novel Aku, Rina, seorang wanita 30 Tahun yang berjuang menghadapi kesepian dalam pernikahan jarak jauh. Suamiku bekerja di kapal pesiar, meninggalkanku untuk sementara tinggal bersama kakakku dan keponakanku, Aldi, yang telah tumbuh menjadi remaja 17 tahun. Kehadiranku di rumah kakakku awalnya membawa harapan untuk menemukan ketenangan, namun perlahan berubah menjadi mimpi buruk yang menghantui setiap langkahku. Aldi, keponakanku yang dulu polos, kini memiliki perasaan yang lebih dari sekadar hubungan keluarga. Perasaan itu berkembang menjadi pelampiasan hasrat yang memaksaku dalam situasi yang tak pernah kubayangkan. Di antara rasa bersalah dan penyesalan, aku terjebak dalam perang batin yang terus mencengkeramku. Bayang-bayang kenikmatan dan dosa menghantui setiap malam, membuatku bertanya-tanya bagaimana aku bisa melanjutkan hidup dengan beban ini. Kakakku, yang tidak menyadari apa yang terjadi di balik pintu tertutup, tetap percaya bahwa segala sesuatu berjalan baik di rumahnya. Kepercayaannya yang besar terhadap Aldi dan cintanya padaku membuatnya buta terhadap konflik dan ketegangan yang sebenarnya terjadi. Setiap kali dia pergi, meninggalkan aku dan Aldi sendirian, ketakutan dan kebingungan semakin menguasai diriku. Di tengah ketegangan ini, aku mencoba berbicara dengan Aldi, berharap bisa menghentikan siklus yang mengerikan ini. Namun, perasaan bingung dan nafsu yang tak terkendali membuat Aldi semakin sulit dikendalikan. Setiap malam adalah perjuangan untuk tetap kuat dan mempertahankan batasan yang semakin tipis. Kisah ini adalah tentang perjuanganku mencari ketenangan di tengah badai emosi dan cinta terlarang. Dalam setiap langkahku, aku berusaha menemukan jalan keluar dari jerat yang mencengkeram hatiku. Akankah aku berhasil menghentikan pelampiasan keponakanku dan kembali menemukan kedamaian dalam hidupku? Atau akankah aku terus terjebak dalam bayang-bayang kesepian dan penyesalan yang tak kunjung usai?
MAMPIR KE KARYA KEDUA AKU YA, JUDUL: HANYA MENJADI WANITA PENGGANTI *** Mahendra Atmaja, duda anak satu yang usianya sudah 48 tahun. Mahendra menduda sejak usia putranya 1 tahun. Selama 21 tahun Mahendra begitu setianya menunggu mantan istrinya kembali. Namun, kesetiannya diuji ketika sahabatnya menjebak dirinya dalam satu kamar hotel bersama dengan gadis usianya masih 21 tahun. Gadis cantik itu bernama Mauren, karena membutuhkan biaya pengobatan sang Adik, gadis itu menerima tawaran Tuan Jian (Sahabat Mahendra) untuk menggoda dan merayu sang duda tersebut. Selain itu, Mauren harus bisa membuat laki-laki yang pantas menjadi ayahnya itu bisa jatuh cinta padanya. Berhasilkah gadis itu meluluhkan hati Duda tersebut?
Cerita ini banyak adegan panas, Mohon Bijak dalam membaca. ‼️ Menceritakan seorang majikan yang tergoda oleh kecantikan pembantunya, hingga akhirnya mereka berdua bertukar keringat.
Banyak orang sering mengatakan bahwa level mencintai paling tertinggi adalah merelakan, mengikhlaskan, dan membuat sosok yang menempati hati ini supaya mendapatkan kebahagiaan selalu-meskipun sumber kebahagiaan itu bukanlah kita, melainkan orang lain. Sallyana berpikir kisah cintanya akan selalu mulus dan damai, namun takdir berkata lain. Veen-pemuda itu memaksanya untuk mundur membawa perasaan yang perlahan mulai terkikis oleh rasa perih dari sebuah penolakan. Ketika Sallyana mulai berhasil mengikhlaskan dan merelakan sosok itu menghilang dari hidup maupun hatinya, takdir justru memutuskan untuk kembali mempertemukan mereka berdua dengan status dan hubungan yang sudah tidak lagi sama seperti dulu kala. Akankah Sallyana kembali mencintai Veen? Apakah takdir akhirnya mengambil keputusan untuk mempersatukan mereka berdua setelah sempat terpisah? Atau takdir justru menyandingkan Sallyana dengan pemuda yang pernah mampir dalam hatinya saat sedang menjalani proses melupakan sosok Veen?
Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?