/0/7674/coverbig.jpg?v=e866ee1b29c1e01e154519c8586ac548)
Karena keceplosan mengatakan Trey Vallois mengidap STD, dr. Shan harus terlibat dengan perjanjian aneh dengan CEO congkak itu dan harus membersihkan nama baiknya yang cedera. Tapi, menjadi pacar pura-pura seorang putra tunggal seorang Vallois membuat kehidupan wanita itu jungkir balik. Sudah susah payah melepaskan diri tapi yang ada Shan malah terperosok ke dalam. Love and hate relationship mewarnai, dan sampai kapan mereka saling bertahan dan saling melukai?
Sesosok wanita cantik tergolek dengan pose indah menggoda di atas ranjang, pemanasan itu sudah dilakukannya sejak tadi. Menunggu terlalu lama tentu tidak menyenangkan, beberapa hari harus menahan karena ada sesuatu, dan malam ini Trey harus bisa menumpahkan hasrat libidinalnya atau kecebongnya itu bakal menumpuk kadaluarsa. Senyum wanita itu menggoda, siapa yang bisa menahan diri lagi kalau sudah begini. Ikat pinggangnya dilonggarkan secara perlahan.
Kencan singkat, mereka bertemu di club dan meminum beberapa shot minuman hingga tipsy. Bisik sana-sini juga diawali dengan sebaris cumbu pasangan itu memutuskan untuk berkolaborasi dalam sebuah one night stand, entah tadi sudah berkenalan atau belum. Tapi bukankah nama itu tidak penting? Baik Trey dan wanita itu hanya punya satu tujuan, yakni menuntaskan hasrat. Dan aroma pheromones ini sangat kental tercium merebak di ruangan ini.
Baru saja helm pengaman beraroma strawberry itu mau dipasang, erang pelan keluar dari bibirnya, kenapa rasa tak nyaman ini kembali lagi. Bahkan untuk bermain solo saja dia kerap merasa nyeri. Dengan sedikit emosi dia melemparkan benda dengan aroma menyenangkan itu ke tempat sampah, sementara wanita itu menatapnya keheranan. Ayolah dia juga sudah lebih dari siap untuk menyatukan tubuh, hanya tubuh saja, bukan hati. Tidak ada yang aneh di sini, hanya dua manusia biasa yang sedang berbalut nafsu, tapi sepertinya semua tidak berjalan dengan baik.
"Kenapa?" tanya wanita itu mengatupkan lagi kakinya.
Pura-pura Trey menunjuk smartwatch yang berada di pergelangan tangannya, "Ada urusan penting, aku harus pergi," ucapnya mengelak.
"Itu, mengecewakan," gumam wanita itu, bagaimana lagi, sudah terlanjur on.
"Aku minta maaf, kencan ini mungkin bisa digantikan dengan lain kali. Sungguh aku harus pergi," ucap Trey memakai lagi celananya, sial memang.
Wanita itu mendesah kecewa dan meraih kembali pakaian yang sempat tercecer entah di mana saja, harusnya dia menikmati malam dengan seorang pria tampan dan bertubuh tegap ini. Permainan jarinya tadi lumayan menyenangkan, masih membayangkan bagaimana aksinya ketika mulai menggerakkan pinggang tapi sudah keburu pamitan. Menjengkelkan, urusan apa itu sampai dia terburu-buru. Jangan saja dicari oleh anaknya. Kesal.
"Aku pergi, Oya kamu bisa memesan apapun kalau kamu lapar. Aku bayar semua, sampai bertemu lagi," pamit Trey yang hanya menyentuh sekali pipi lembut wanita yang mau tak mau membalasnya dengan senyum itu.
Trey melenggang pergi, beberapa waktu belakangan memang sepertinya dalam tubuhnya ada yang berbeda. Semalam ada demam menyerang dan sariawan ini kenapa setelah sembuh malah berpindah tempat, belum lagi di beberapa bagian tubuhnya juga seperti muncul luka kecil yang tidak terasa sakit dan akhirnya sembuh sendiri berganti bercak aneh yang dia sendiri tak paham, baiklah lokasinya juga termasuk di adik kecilnya. Dia terlalu malas untuk periksa ke dokter, mau menghubungi dokter keluarga, jelas itu pilihan terakhir. Kalau sampai bocor ke telinga emaknya bisa bahaya, bisa-bisa wanita tua itu akan berkampanye seperti calon presiden, sudahlah.
Tidak tahu harus kemana, Trey mengunjungi Vano. Hanya dia sahabat sejati yang benar-benar sejati. Sebaiknya memang kesitu saja, karena dia tidak tahu siapa lagi yang bisa ditanyai untuk urusan itu. Vanno bukan dokter, tapi setidaknya punya otak. Menjawab beberapa pertanyaan mungkin bisa, atau kali saja dia juga pernah mengalami. Kan cakep. Dengan perlahan Trey memencet tombol dan suara Vanno segera nyaring terdengar.
"Lho Bro, katanya ngamar?" tanya Vanno dengan wajah polos.
"Ngamar kepalamu, minggir," usirnya kesal.
"Itu tampang kenapa?" tanya Vanno terheran, si Trey badjingan wanita bisa juga bertampang lesu seperti itu. Dia paham, tidak mungkin juga sahabatnya ini kekurangan uang. Kartu kredit miliknya itu unlimited, mana dia adalah cucu kesayangan mbahnya yang mana adalah pemilik saham mayoritas dari sebuah holding company. Sebut saja dia adalah The Perfect Bastard.
"Nganu," gumam Trey meraih sebotol minuman dingin dari dalam lemari es.
Dia akhirnya bercerita. Belakangan badan sepertinya agak nganu, mau periksa tapi nganu. Mencari informasi browsing yang keluar malah iklan obat raja singa, yang sakit manusia kenapa malah binatang yang keluar. Trey menenggak minumannya tapi Vano melongo, mau mengatai Trey agak bodoh tapi tidak tega. Karena sepertinya kawannya ini sedang tertekan. Apalagi ketika sampai dicerita tadi hampir saja bercocok tanam tapi cangkul sedang tidak available. Batal.
"Kasian amat anak orang, aku anterin ke dokter, jangan saja kena penyakit kelamin," kata Vanno jujur menyakitkan.
"Buset penyakit kelamin, emang ini gejalanya penyakit kelamin?" tanya Trey mendelik.
"Bisa jadi, kan gak tau juga aku bukan dokter, makanya ayoklah kuantar. Deket sini ada klinik bagus, ku setirin dah. Gak tega aku," ujar Vanno segera meraih kunci mobilnya.
Ya sudahlah, ke dokter sajalah.
***
"Tuh kliniknya, kayak bayi aja ke dokter minta antar," gerutu Vano.
"Kan kamu yang mau nganterin sendiri, astaga minta ditampol emang ni orang," umpat Trey turun dari mobil.
"Udah buruan keburu tutup," usir Vanno gemas.
Trey menoleh lagi, "Ke dokter apaan?" tanyanya bingung.
"Ya mana tau, ke dokter manusia lah masa ke dokter hewan. Tapi kalo gak ngerti mending ke dokter umum aja dulu, toh nanti kalo nganu dirujuk tuh ke spesialis," saran Vanno.
Trey menunjuk plakat yang berada di depan klinik, ada banyak nama dokter tertera di sana. Kebetulan ada beberapa nama dokter umum yang bertugas malam itu, dr. Sania M, dr. Joko S, dan yang terakhir dr. Shan. Sebisa mungkin dia menghindari dokter yang perempuan karena Vanno tadi bilang kemungkinan dia terkena penyakit kelamin. Kalau yang periksa dokter perempuan apa kabar, belum kalau dia sensi. Tidak, pokoknya tidak.
"Sania dan pasti ciwi Bro, dr. Joko keknya laki, tapi pastinya dah tua kalo liat dari namanya. Baru masuk bilang keluhan apa udah kena ceramah kau, bukan sembuh malah setres." Vanno mengurai konspirasi aneh.
"Nah tuh," balas Trey.
"Si dr. Shan keknya laki Bro, namanya modern bener, masih muda keknya. Pasti paham umpama kamu bilang jangan-jangan kena penyakit kelamin," ujar Vanno.
"Jangan keras-keras busettt ... !" umpat Trey kesal, teman tidak ada akhlak.
"Kuy kutemani, teman sejati akutu," kata Vano dengan ramah merangkul temannya dan sesekali mengedipkan mata kepada perawat cantik yang kebetulan lewat.
Ada lega terasa ketika akhirnya sudah sampai di sini, keluhan itu dikatakan hanya sariawan saja kepada wanita berseragam pink itu. Sisanya nanti kalau ketemu sama dokternya saja, untung saja Vano tadi malah sibuk menggoda perawat sebelah, jadi tidak ikut bicara. Terbayang kalau dia ikut meracau. Bubar jalan, segala rahasia bakal bocor seketika. Seorang Trey Vallois terkena penyakit kelamin.
"Pak Trey, silahkan saya antar," panggil seorang perawat dengan senyum merekah di bibir itu.
Trey pergi meninggalkan temannya yang masih keganjenan menebar umpan mencari mangsa. Sejak tadi Vano berceloteh mungkin menyenangkan bisa mengencani perawat atau dokter, nanti di kamar mereka bisa roleplay antara dokter dan pasien dan kelanjutannya, you know lah. Koridor itu terasa begitu panjang, hingga akhirnya mereka sampai di sebuah pintu bertuliskan dr. Shan H. P. Baguslah, laki.
"Silahkan Pak Trey, dr. Shan sudah menunggu anda," kata perawat itu membukakan pintu.
Trey membalasnya dengan anggukan kepala dan senyum sebagai ganti ucapan terimakasih, dan begitu memasuki ruangan dan menebarkan pandangan ke sekelilingnya sebelum.matanya tertumbuk sesuatu dan dia melongo. Seorang wanita cantik memakai jas putih lengan pendek berkalung stetoskop warna magenta itu sedang duduk di belakang meja.
"Buset, kenapa dokternya cewek?"
Vano sesat.
***
Untuk membayar hutang, dia menggantikan pengantin wanita dan menikahi pria itu, iblis yang ditakuti dan dihormati semua orang. Sang wanita putus asa dan kehabisan pilihan. Sang pria kejam dan tidak sabaran. Pria itu mencicipi manisnya sang wanita, dan secara bertahap tunduk pada nafsu adiktif. Sebelum dia menyadarinya, dia sudah tidak dapat melepaskan diri dari wanita tersebut. Nafsu memicu kisah mereka, tetapi bagaimana cinta bersyarat ini akan berlanjut?
Seto lalu merebahkan tubuh Anissa, melumat habis puting payudara istrinya yang kian mengeras dan memberikan gigitan-gigitan kecil. Perlahan, jilatannya berangsur turun ke puser, perut hingga ke kelubang kenikmatan Anissa yang berambut super lebat. Malam itu, disebuah daerah yang terletak dipinggir kota. sepasang suami istri sedang asyik melakukan kebiasaan paginya. Dikala pasangan lain sedang seru-serunya beristirahat dan terbuai mimpi, pasangan ini malah sengaja memotong waktu tidurnya, hanya untuk melampiaskan nafsu birahinya dipagi hari. Mungkin karena sudah terbiasa, mereka sama sekali tak menghiraukan dinginnya udara malam itu. tujuan mereka hanya satu, ingin saling melampiaskan nafsu birahi mereka secepat mungkin, sebanyak mungkin, dan senikmat mungkin.
BERISI ADEGAN HOT++ Seorang duda sekaligus seorang guru, demi menyalurkan hasratnya pak Bowo merayu murid-muridnya yang cantik dan menurutnya menggoda, untuk bisa menjadi budak seksual. Jangan lama-lama lagi. BACA SAMPAI SELESAI!!
Warning! Banyak adegan dewasa 21+++ Khusus untuk orang dewasa, bocil dilarang buka!
Kaindra, seorang pria ambisius yang menikah dengan Tanika, putri tunggal pengusaha kaya raya, menjalani kehidupan pernikahan yang dari luar terlihat sempurna. Namun, di balik semua kemewahan itu, pernikahan mereka retak tanpa terlihat-Tanika sibuk dengan gaya hidup sosialitanya, sering bepergian tanpa kabar, sementara Kaindra tenggelam dalam kesepian yang perlahan menggerogoti jiwanya. Ketika Kaindra mengetahui bahwa Tanika mungkin berselingkuh dengan pria lain, bukannya menghadapi istrinya secara langsung, dia justru memulai petualangan balas dendamnya sendiri. Hubungannya dengan Fiona, rekan kerjanya yang ternyata menyimpan rasa cinta sejak dulu, perlahan berubah menjadi sebuah hubungan rahasia yang penuh gairah dan emosi. Fiona menawarkan kehangatan yang selama ini hilang dalam hidup Kaindra, tetapi hubungan itu juga membawa komplikasi yang tak terhindarkan. Di tengah caranya mencari tahu kebenaran tentang Tanika, Kaindra mendekati Isvara, sahabat dekat istrinya, yang menyimpan rahasia dan tatapan menggoda setiap kali mereka bertemu. Isvara tampaknya tahu lebih banyak tentang kehidupan Tanika daripada yang dia akui. Kaindra semakin dalam terjerat dalam permainan manipulasi, kebohongan, dan hasrat yang ia ciptakan sendiri, di mana setiap langkahnya bisa mengancam kehancuran dirinya. Namun, saat Kaindra merasa semakin dekat dengan kebenaran, dia dihadapkan pada pertanyaan besar: apakah dia benar-benar ingin mengetahui apa yang terjadi di balik hubungan Tanika dan pria itu? Atau apakah perjalanan ini akan menghancurkan sisa-sisa hidupnya yang masih tersisa? Seberapa jauh Kaindra akan melangkah dalam permainan ini, dan apakah dia siap menghadapi kebenaran yang mungkin lebih menyakitkan dari apa yang dia bayangkan?
Istriku yang nampak lelah namun tetap menggairahkan segera meraih penisku. Mengocok- penisku pelan namun pasti. Penis itu nampak tak cukup dalam genggaman tangan Revi istriku. Sambil rebahan di ranjang ku biarkan istriku berbuat sesukanya. Ku rasakan kepala penisku hangat serasa lembab dan basah. Rupanya kulihat istriku sedang berusaha memasukkan penisku ke dalam mulutnya. Namun jelas dia kesulitan karena mulut istriku terlalu mungil untuk menerima penis besarku. Tapi dapat tetap ku rasakan sensasinya. Ah.... Ma lebih dalam lagi ma... ah.... desahku menikmati blowjob istriku.